Halo agan agan semprot sekalian, ane mau lanjutin cerita ane bareng Sabrina waktu itu yang ada di sini nih >> http://64.237.43.94/showthread....post1890319868 Semoga berkenan, ditunggu GRP, cendol dan komengnya suhu suhu supaya semangat updatenya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ku tatap wajah Sabrina yang cantik yang sedang tertidur pulas disampingku. Pergelutan nafsu liar kami berdua semalam masih teringat jelas dibenakku. Bagaimana tubuh indah Sabrina yang begitu sintal, basah dengan keringat, deru nafas yang berat, juga tatapan tajam saat kenikmatan menghujam tubuhnya berkali-kali. Desahannya begitu membangkitkan gairah dan birahi, belum lagi sentuhan bibir lembutnya saat mengulum penisku yang menyumpal penuh mulutnya.
Aku hanya tersenyum dan mengusap rambut Sabrina yang masih belum bangun. Waktu memang baru menunjukan pukul 5 pagi, tapi mataku sudah terasa segar dan segera beranjak dari kasur.
Ku perhatikan sekali lagi tubuh Sabrina yang tercetak jelas dibalik selimut tipis yang menutupinya. Terkadang aku tidak habis pikir bagaimana bisa aku mendapatkan wanita secantik Sabrina.
Aku pun bergegas mengambil handuk dan ke kamar mandi. Tidak berlama-lama aku menghabiskan waktu untuk mandi, dingin yang menyengat tulang sudah sangat membantu membuatku semakin segar pagi ini.
Begitu ku buka pintu kamar mandi, Sabrina sudah ada dibalik pintu mengagetkan ku.
"Astaga! Kamu ngapain? Bikin kaget aja. Mana gak pake baju lagi" Seruku.
Sabrina yang telanjang bulat sambil berdiri didepanku hanya tertawa kecil karena melihatku yang terkejut.
"Gapapa, kebangun denger suara air di kamar mandi. Ngapain sih mandi pagi-pagi gini? Emang gak dingin?" Tanya Sabrina.
"Ya dingin lah." Jawabku sambil berlalu ke arah lemari pakaian, tanpa mengenakan handuk dan busana apa-apa. "Tapi kan ada kamu yang bisa bikin hangat. Hehehe.." tambahku.
Sabrina kembali tertawa mendengar jawabanku. Ia lalu duduk ditepi kasur sambil melihatku yang sedang mencari baju di lemari.
"Sayang..." panggil Sabrina lembut.
Aku menoleh dan melihat Sabrina sedang memandangiku dari duduknya. Mata dan senyumnya terlihat begitu nakal dan menggoda. Sabrina lalu menepuk kasur disampingnya sebagai isyarat untuk aku duduk disebelahnya.
"Kenapa sayang?" Tanyaku sambil menghampirinya dan duduk disampingnya sambil membawa baju dan celana yang sudah aku pilih tapi belum sempat aku gunakan.
"Aku mau peluk..." Ucap Sabrina manja. "Dingin tau, yang..."
"Lah, aku yang mandi, kenapa kamu yang dingin?"
"Aku kedinginan karena liat kamu mandi tau..." balas Sabrina
Aku hanya tertawa melihat tingkah Sabrina. Ia memang terlihat kekanak-kanakan, tapi itu juga yang membuatku gemas dan menyukainya.
"Udah, jangan ketawa-ketawa." Ujar Sabrina sambil mendorong tubuhku agar tertidur di kasur. Dengan sekali gerakan Sabrina sudah duduk diatas perutku dengan tangannya yang mengusap-usap dadaku.
Sabrina mendekatkan tubuhnya ke arahku. Dikecupnya leherku dan tangan kanannya meremas rambutku. Aku hanya berdiam menikmati serangan fajar Sabrina.
Kecupan Sabrina semakin turun ke bagian dada. Ia pun menggeser pantatnya turun agar makin leluasa menciumku. Penisku kini tepat dibawah vagina Sabrina. Begitu hangat di pagi yang dingin ini. Sabrina pun menggesek gesek penisku dengan vaginanya sesekali sampai penisku mengeras.
"Uhhm..." Desahku pelan.
Tidak perlu menunggu lama, Sabrina yang sudah tahu betul kesukaanku sudah tepat berada didepan pangkal kakiku. Memegang penisku yang berdiri tegak sambil mengocoknya perlahan.
"Hmm, sayangggg..."
Sabrina menjulurkan lidahnya dan menyapu batang penisku. Dimainkan ujung penisku sesekali dengan usapan lidahnya yang lembut dan hangat itu, membuatku semakin tak karuan menahan nikmat.
"Aaahhhh sayangggg, enak yanggg...." Desis ku pelan.
Sabrina tidak menghiraukan desahanku, penisku kini sudah masuk seluruhnya ke dalam mulut Sabrina. Dimainkan lidah mungilnya sehingga kenikmatan yang menyambar melalui penisku semakin kuat ke kepala. Aku hanya meremas rambutku sendiri untuk menahan kenikmatan tersebut.
Ku akui, hisapan Sabrina memang selalu membuatku tak bisa menahan diri. Ia begitu pintar untuk menyedot penisku dan memainkannya dengan lidah disaat yang bersamaan. Ngilu yang meradang membuat pria manapun tak kuasa menahannya.
Hampir lima menit aku menahan diri atas serangan Sabrina. Aku tak sanggup lagi berdiam diri tanpa melakukan apa-apa. Segera ku tarik Sabrina agar ia berbaring di sebelah ku.
Dengan cepat langsung ku serang bagian dada Sabrina. Ku remas payudaranya yang sebelah kanan, dan kuhisap putting payudaranya yang sebelah kiri.
Kali ini Sabrina yang mengerang, desahannya yang selalu membuatku bergairah, menambah kehangatan pagi itu.
Dengan gemas, Sabrina meremas rambutku. Membuatku semakin bersemangat untuk menikmatinya sampai matahari memecah gelap.
Ku julurkan tanganku ke area vagina Sabrina. Perlahan ku usap bibir vaginanya yang tebal, tanpa sehelai rambut, hangat, dan terselip cairan bening yang keluar dari dalamnya.
Sabrina mendesis tepat ketika jariku menjepit klitorisnya yang membengkak merah.
"Aaaaahhh sayang! Enak bangetttt..."
Sabrina memang mudah sekali terangsang, sentuhan sentuhan lembut tanganku di vaginanya sudah cukup membakar gairahnya. Ia bisa orgasme berkali-kali hanya dari sini, belum lagi bisa penisku ini sudah membobol seluruhnya.
Puas mengerjai vagina Sabrina dengan tangan, kini giliran lidahku yang bergerilya.
Ku buka bibir vagina Sabrina dengan ibu jari dan jari telunjukku. Ku julurkan lidahku untuk menyapu klitorisnya yang makin membesar.
"Terus sayangggg! Terussss....!" Erang Sabrina sambil menaikan panggulnya agar sapuan lidahku di vaginanya semakin dalam. Kenikmatan luar biasa dari sentuhan lidah yang sederhana, begitu ungkapan yang pernah diberikan Sabrina untuk perlakuanku tersebut.
"Sayang...masukin dong yang...." Pinta Sabrina memelas. Keringat sudah mengucur deras dipelipis dan tubuh Sabrina.
Aku hanya tersenyum menimpali sambil mengembalikan posisi tubuhku disamping Sabrina.
"Udah gak tahan ya?" Godaku, sambil mengelus elus vagina Sabrina.
"Hu uh..." Angguk Sabrina.
Aku mengecup leher Sabrina dan disaat yang bersamaan aku masukan jari tengahku ke dalam vagina Sabrina. Seketika tubuh Sabrina menggelinjang.
Sabrina meronta-ronta menahan kenikmatan yang aku berikan lewat jari dan kecupan. Kepalanya mengadah ke samping hingga menunjukan leher jenjangnya yang membuat aku semakin leluasa menikmatinya.
Ku keluar-masukan jariku berkali-kali, mulai dari tempo yang pelan, hingga ku percepat dan Sabrina hampir menangis karena nikmat duniawi yang menerjang seluruh saraf di dalam tubuhnya.
Tangan Sabrina meraih penisku yang masih berdiri tegak, dikocoknya cepat seiring kocokan jariku di dalam vaginanya. Pemanasan seks ini sudah begitu panas sepertinya.
"Ambil kondom yang semalem dong, yang..." Bisik Sabrina di telingaku.
Aku mengangguk pelan dan membuka laci kecil yang ada disebelah kasur. Sengaja kuletakan disitu untuk memudahkan aku mencarinya disaat penting seperti ini.
Kondom dengan kotak merah ini sudah menjadi hal wajib yang harus aku miliki untuk bisa menikmati Sabrina.
Meski liar, namun Sabrina tidak ingin beresiko hamil atau tertular penyakit karena tidak menggunakan kondom. "Lagian sama enaknya, kondomnya juga tipis..." itu kalimat yang selalu Sabrina ucapkan bila aku tidak ingin menggunakannya.
Ku buka satu bungkus dan ku keluarkan isinya. Mata Sabrina terlihat begitu sayu, namun sorotnya masih terlihat nafsu menggebu yang sudah tidak sabar untuk disalurkan.
Tidak perlu menunggu lama, setelah kondom selesai ku pasangkan, Sabrina langsung bangkit dari tidurnya dan menyiapkan posisi untuk duduk di atasku.
Digesek gesekkannya penisku dibibir vaginanya. Kepalanya mendongak menatap langit-langit, mulutnya terbuka lebar dengan nafas yang tersengal.
"Aaaahh.... Ahhhhhh..." Erangan Sabrina semakin kencang seiring makin dalamnya penisku memasuki vaginanya.
"Enak kan sayangggg?" Tanya Sabrina dengan terengah-engah.
"Iya, enak sayang..." Jawabku pelan.
Sabrina lantas menggoyangkan pinggulnya pelan. Penisku terasa seperti ditarik semakin masuk di dalam vaginanya. Perasaan luar biasa yang bisa diberikan dari vagina Sabrina yang nikmat ini.
Setiap genjotan Sabrina mengiringi payudaranya yang naik turun dengan cantiknya. Kedua tangan Sabrina digunakan untuk menumpu badannya di pahaku.
"Arrgggh, arrgghhh, sayanggg arrrgghhh..." Desis Sabrina
Terasa sekali kelembutan dan kehangatan vagina Sabrina di setiap inchi kulit dan kepala penisku ini. Membuatku sungguh melayang layang.
Posisi woman on top berlangsung sekitar lima menit dan dua orgasme diraih Sabrina. Nafasnya terengah-engah, keringat semakin deras bercucuran. Namun Sabrina terlihat masih menggebu-gebu. Aku pun berinisiatif untuk bertukar posisi. Ku minta Sabrina tengkurap untuk doggy style.
Ku remas pantat Sabrina yang cukup besar namun proporsional dengan tubuh dan pinggulnya. Ku tepuk dengan cukup keras sesekali. Rintihan Sabrina semakin jadi tiap kali aku memerlakukannya dengan sedikit kasar. Itu selalu membangkitkan gairahnya lagi dan lagi.
Ku genjot lagi vagina Sabrina dengan liar.
"Argggh sayang arrggghhh aku mau keluar lagi sayanggg...." Sabrina berteriak sambil meremas sprei dan bantal yang ada di dekatnya.
"Ayo sayang uhhh arggghh arhhh aku juga mau keluar sayangg...." Desisku.
Genjotanku ku percepat, ku fokuskan kenikmatan di penisku agar aku bisa cepat keluar.
"Teruss sayang arrrgggg terus terusssss argggghhh sedikit lagi sayangggg..." Sabrina meracau mendekati orgasmenya yang semakin memuncak.
"ARRGGGGHHH SAYANGGGGGGGG..." Teriak Sabrina saat ia mencapai puncaknya.
"Aarggggh iya sayanggggg arrggghhhh" Crot crot crot. Tiga kali tembakan spermaku keluar berbarengan dengan Sabrina.
Begitu orgasmenya selesai, Sabrina langsung tersungkur di kasur dan penisku pun terlepas dari vaginanya. Terlihat cairan hangat merembes keluar dari dalam vaginanya, sedangkan spermaku tertahan di dalam.
Aku pun merebahkan diri disamping Sabrina yang terlihat begitu lelah. Matanya terpejam, keringatnya membasahi bantal yang ada dibawah wajahnya.
Aku mengusap rambut Sabrina dan mengecup keningnya pelan. Sabrina lalu membuka matanya.
"Iseng ya pagi-pagi gini..." celetuk ku.
Sabrina tertawa masih dalam posisi tengkurap dengan wajahnya menghadap ke arahku.
"Salah kamu tahu, yang..." Kata Sabrina.
"Loh, kok jadi aku yang salah?"
"Siapa suruh mandi, bikin aku kebangun lagi tidur. Jadi pengen kan tuh..." Jawab Sabrina asal.
Kami berdua tertawa, lalu aku kecup mesra bibir Sabrina.
Sabrina pun merubah posisinya dengan kepalanya bersandar di dadaku dan tangannya merangkul perutku.
Kamipun tertidur lagi sampai siang menjelang dan melanjutkan rutinitas kami berdua masing-masing dengan perasaan tidak sabar untuk bisa kembali mencumbu satu sama lain nanti malam.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sunday, February 22, 2015