Cerita ini adalah lanjutan dari cerita ane sama Gaby. Buat agan-agan yang belum tau, bisa dibaca dulu cerita ane sebelumnya di sini. http://64.237.43.94/showthread....post1890562065
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hubungan ane dengan Gaby sudah berjalan hampir setengah tahun. Selama itu, hubungan kita berjalan dengan baik. Selain cantik, Gaby terbilang wanita yang baik, tidak merepotkan, dan sangat memuaskan di ranjang. Namun, seperti banyaknya laki-laki lain, kelebihan Gaby tersebut kadang membuatku bosan. Ada kalanya aku ingin mencoba wanita lain sesekali, hanya untuk menghilangkan kebosananku hehehe.
Seperti biasa, sepulang dari kampus aku selalu memanfaatkan waktu untuk beristirahat di sebuah cafe yang terletak tak jauh dari kampus. Sedang asyik menikmati juice sirsak kesukaanku, tiba-tiba salah satu dari dua HP milikku berdering. Aku lihat siapa yang meneleponku, ternyata nomornya tak aku kenal sama sekali. Dengan bermalas-malasan, aku angkat juga telepon itu.
"Halo..," aku coba bicara sesopan mungkin.
"Ya, hallo. Ini Febri ya," ujar suara lembut dari seberang sana.
"Ini siapa ya, maaf saya tidak mengenal suara anda," jawabku dengan sedikit heran. Soalnya, sama sekali aku tidak mengenal suara tersebut, termasuk nomor teleponnya.
"Ini Anggi, kita memang belum pernah kenal kok," jawabnya semakin membuat saya heran.
"Anggi..? Trus, dari mana kamu dapat nomor HP saya," aku coba bertanya.
"Nanti kamu akan tahu juga kok. Kita bisa ketemu nggak?" ujarnya lagi.
Aku sedikit tersentak kaget. Soalnya, selain aku tidak mengenalnya sama sekali, aku juga tidak tahu apa maunya cewek itu ingin berjumpa denganku. Namun dengan masih penasaran, akhirnya aku menyanggupi permintaannya untuk bertemu denganku di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di kotaku.
Setelah menghabiskan sisa juice sirsak di hadapanku, aku langsung menghidupkan mesin motor dan melaju arah selatan, menuju pusat perbelanjaan tempat aku janjian bertemu dengannya.
Sesampai di tempat kami janjian untuk bertemu, aku coba untuk menghubungi nomor HP-nya yang masih tersimpan di HP-ku. Seketika terdengar suara dering HP milik seorang cewek cantik yang berdiri tak jauh dari tempatku berada. Seketika aku matikan kontak telepon dengannya, dan langsung menuju arah cewek itu.
"Anggi ya, saya Febri..," aku mengulurkan tangan memperkenalkan diri.
"Anggi," kurasakan tangannya yang lembut bersentuhan dengan tanganku.
Setelah berkenalan, aku ajak dia untuk masuk ke salah satu cafe yang ada di pusat perbelanjaan itu, sekaligus untuk mengobrol. Dari percakapannya dengannya, ia menyatakan mendapatkan nomor HP-ku dari seseorang yang katanya kenal denganku. Tapi Ia merahasiakan siapa orangnya.
"Persetan dengan orang yang memberikan nomor HP-ku, yang penting bisa berkenalan dengan cewek cantik," ujarku dalam hati.
Dari pembicaraanku dengannya, ternyata kuketahui ia kuliah di fakultas hukum di Universitas "P" yang cukup terkenal di kotaku, dan kost di daerah KD yang dekat dengan bandara. Dari ceritanya, aku juga bisa menebak bahwa ia saat ini sedang kebingungan setelah ditinggal pergi sang pacar.
"Sudahlah, tak usah dipikirkan lagi. Justru kalau kamu memikirkannya terus, akan menambah beban pikiranmu," ujarku sambil coba menenangkan perasaannya dengan membelai rambutnya yang direbonding.
Dan tanpa kusadari, ternyata ia merebahkan kepalanya ke dadaku. Aku terkejut bukan main, karena tak menyangka ia akan begitu. Lalu perlahan, aku tawarkan padanya untuk pergi dari tempat itu mencari tempat yang bebas untuk bercerita. Ia setuju, dan kamipun meluncur menuju kosan.
Dalam suasana yang sejuk dan senja karena hujan yang turun, aku memberanikan diri untuk merengkuh pundaknya. Ia terlihat pasrah, dan aku jadi makin berani untuk berbuat lebih lagi. Ku coba kembali membelai rambutnya dan mengecup lembut keningnya, terus turun ke bibirnya yang ranum.
"Ah..," dia mendesah.
Aku jadi semakin berani. Lidahku mulai keluar masuk ke rongga mulutnya, dan perbuatanku itu ternyata mendapat balasan darinya. Tanganku coba meremas daging kenyal di dadanya, sementara ia juga terlihat mencoba merambat ke sela-sela sudut pahaku.
Anggi terlihat mulai tak sabaran untuk bisa mengelus-elus rudalku yang sudah menegang sejak tadi. Secara perlahan-lahan, ia mencoba untuk bisa membuka resluiting celana ku, dan sesaat ia terkejut merasakan betapa besarnya punyaku.
"Oh.., besar sekali," katanya, dan aku hanya tersenyum menanggapinya sambil tanganku tetap bermain di puting susunya.
Ciuman bibirku mulai turun ke leher, dan terus turun ke bawah serta berhenti sejenak di puncak bukit kembarnya. Disini, aku permainkan puting susunya dengan lidahku, sehingga membuatnya tak kuasa menahan gejolak hawa nafsunya. Tampaknya, ia sudah tak sabaran lagi untuk melanjutkan aktivitasnya ke arah yang lebih intim lagi, karena ia sudah mulai berusaha untuk melorotkan celana dalamku.
Akupun tak mau kalah. Dengan sekali tarik, aku berhasil melepaskan baju kaos yang dipakainya dan kemudian menarik resluiting celana jeans yang dipakainya, sehingga tinggallah ia hanya mengenakan BH hitam dan CD yang juga berwarna hitam.
Tanpa membuang waktu lagi, aku dorong tubuhnya ke ranjang yang berukuran besar itu setelah berhasil membuka kait BH dengan ukuran 34B di bagian belakang tubuhnya, sehingga terlihatlah dua buah gunung putih yang menyembul dengan puncaknya yang berwarna pink. Tanpa menunggu lagi, segera aku hisap puting susunya yang berwarna pink itu dan sekali-sekali memainkannya dengan ujung lidahku.
"Ah, Febri..!" serunya.
"Anggi, toketmu begitu indah dan kenyal. Aku sangat menyukainya," ujarku.
"Terus, Febri. Oh, geli..," desahnya.
Mendengar desahannya itu, aku jadi semakin bernafsu. Jilatanku terus merambat turun ke pusarnya, dan terus ke gundukan di sela kedua pahanya. Dengan lihainya, aku permainkan clitorisnya yang sudah mulai menyembul dengan ujung lidahku, dan aku terus memasukkan ujung lidahku hingga ke dalam. Tiba-tiba, ia mengangat pinggulnya dan berteriak,
"Ah.., terus.. ee.. naak..!" racaunya.
Sementara aku terus mempermainkan rongga kenikmatannya, Anggi juga terlihat semakin kencang menggoyang-goyang pinggulnya. Dan tiba-tiba ia berteriak dengan kuat.
"Ah, aku.. ke.. luar..," dan terlihat tubuhnya mengejang dengan mata terpejam. Sementara di lubang kenikmatannya terlihat cukup banyak cairan yang keluar. Aku merasakan rasa asin bercampur manis dengan aroma yang harum dan terasa panas.
Dengan rakusnya, aku jilat seluruh cairan yang keluar dari rongga kewanitaannya itu, dan tubuhku terus merambat naik ke atas. Disini, aku permainkan kembali puting susunya yang terlihat begitu indah. Rasanya, tak ingin aku melepaskan bibirku dari sana.
Tak lama kemudian, aku lihat Anggi kembali menggeliat dan mendesah-desah. Ia tampak kembali terangsang dan minta aku segera memasukkan rudalku yang berukuran 16 Cm dengan diameter 3 cm itu ke lubang vaginanya.
"Ayo Febri, Anggi sudah nggak tahan lagi," erangnya.
Dengan cepat akupun mengambil kondom di dalam tasku dan memasangkannya ke penisku. Kondom tipis berbungkus merah ini yang selalu kusiapkan untuk bercinta dengan Gaby. Tanpa menunggu lama lagi, segera aku arahkan rudalku ke lubang vaginanya. Secara perlahan-lahan tapi pasti, ujung rudalku mulai menyeruak masuk ke lubang vaginanya yang berbulu tipis itu. Aku merasakan punyaku cukup sulit menembus lubangnya yang ternyata masih sempit itu. Namun aku terus memaksanya untuk bisa masuk.
"Ah, pelan-pelan ya..," erangnya.
Kembali aku tekan kepala rudalku untuk masuk ke lubang vaginanya secara perlahan-lahan, sehingga akhirnya aku berhasil memasukkan seluruh rudalku dan merasakan ujungnya menyentuh dasar vaginanya.
"Oh, nikmat sekali," katanya sambil mendesah.
Aku semakin bernafsu untuk menggenjot terus lubang kenikmatannya mendengar desahannya. Semakin dia menceracau tak karuan, semakin kencang aku mengeluarkan dan memasukkan rudalku ke lubang kenikmatannya.
"Oh Febri, aku.. mau.. ke.. luar lagi," desahnya.
"Tahan dulu ya sayang, aku juga.. su.. dah.. mau sampai.."
"Crot.. crot.. crot..!" beberapa kali tembakan spermaku yang cukup banyak menghantam dinding vaginanya yang terlindung kondom tipisku, sementara pada saat bersamaan aku juga merasakan cairan hangat menyelimuti batang kemaluanku.
"Maaf Anggi, aku tak kuasa lagi menahannya," kataku menyesali.
"Tak apa-apa, permainanmu sungguh membuatku nikmat Feb..." katanya sambil memelukku sambil mengelus dadaku.
"Terima kasih Anggi, kamu telah memberikan kenikmatan yang tiada tara padaku hari ini," ujarku sambil mengecup bibirnya.
"Saya juga, rasanya beban pikiranku hari ini menjadi hilang dan berubah jadi rasa nikmat. Yuk, kita mandi berdua," ajaknya sambil menarik tanganku menuju kamar mandi.
Dan di kamar mandi itu, batang kemaluanku kembali mengeras ketika Anggi sedang mengelus-elusnya. Tanpa berbasa-basi lagi, aku menarik pinggang Anggi dan menyuruhnya menungging membelakangiku.
Perlahan-lahan, aku arahkan kepala rudalku di sela-sela pantatnya yang bahenol. Sesaat, aku merasakan Anggi tersentak. Namun itu hanya sebentar, karena tiba-tiba Anggi mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya, ketika dirasakannya kepala rudalku sudah amblas semuanya.
"Ah, Febri. Aku sampai lagi," desah Anggi tertahan.
"Aku ju.. ga..," kataku sambil menembakkan kembali spermaku ke dalam rongga kewanitaannya.
"Kapan kita bisa mengulangi seperti lagi, Febri," ujar Anggi sambil mengecup lembut bibirku.
"Terserah kamu aja, telpon saja aku," jawabku pasti.
Setelah jam menunjukkan pukul 20.45 WIB, akupun mengantar Anggi pulang. Di perjalanan menjelang tempat kostnya, Anggi terlihat seperti tidak ingin melepaskan tangannya dari rudalku.
Begitu sampai di depan kosannya, Anggi pun pamit dan masuk ke dalam kosan. Sebelum ia memasuki pagar, Anggi berkata, Oya Feb, nomor kamu aku dapatkan dari Gaby... Ujarnya manja sambil berlalu masuk.
Mendengar kata-katanya, aku seperti tersambar petir dan menganga. Tidak berapa lama, ponselku berdering, ternyata Gaby yang menelpon.
Gimana Anggi temanku? Tanya Gaby santai.
Aku bingung harus menjawab apa, aku hanya terdiam.
Aku tahu kok kalau kamu lagi bosan sama aku. Makanya aku suruh Anggi buat nemenin kamu sebentar. Semoga kamu suka ya. Ngomong-ngomong, gantian dong, aku di kosan kamu nih. Kata Gaby dan langsung menutup telepon.
Senyum besar membumbung di wajahku. Dengan bergegas aku melaju kendaraanku ke kosan untuk kembali menghabiskan malam dengan Gaby. Terima kasih banyak, Gaby sayangku.
Friday, February 27, 2015