Sunday, February 1, 2015
10:04 PM

Kenang-Kenangan Perpisahan 1 [Nejar's Series]

sebelumnya : http://www.semprotku.com/showthread....Nejar-s-Series

Aku mengakhiri masa SM*. Tapi aku harus meninggalkan kota Tasik karena kakek sudah tinggal bersama om di Bandung. Orang tuaku kurang setuju aku ikut ke Bandung. Aku diminta untuk memilih melanjutkan SMA di Jogja, di Banjarmasin, di Makasar atau di Padang, yang semua adalah om dan tante, saudara kandung bapak. Aku memilih untuk melanjutkan SMA di Padang.

Beberapa hari lagi aku pergi ke Padang, hari ini aku akan berkeliling untuk pamitan kepada orang-orang yang kukenal. Pertama tentu ke tetangga terdekat, keluarga Bi Neneng. Kuketuk pintu dan kuucapkan salam, tak ada yang menyahut. Kuperkeras suaraku, lalu terdengar suara Bi Neneng dari belakang rumah, mempersilahkan aku masuk.

“Ke belakang saja Jar, Bibi lagi nyuci”, teriaknya dari belakang

Dibelakang kulihat Bi Neneng sedang mencuci dengan posisi jongkok. Kainnya disingkap sehingga terlihat sedikit paha putihnya, sedangkan posisi menunduk memperlihatkan belahan dadanya. Aku jadi teringat kejadian setahun yang lalu saat mandi bareng dia dan belajar onani.
“Ada apa Jar”, tanyanya sambil terus mencuci pakaian.
“Aku mau pamit, beberapa hari lagi berangkat ke Padang”, kataku.
“Oo..”, kata dia sambil beranjak.
Dan kamipun berbasa basi dan saling mendoakan.
“Bagaimana, sekarang sudah bisa onani sendiri belum?”, tiba-tiba dia iseng bertanya
“Belum, kayaknya harus lihat Bi Neneng bugil dulu”, kataku bercanda
“Ah kamu ini ..”, dia menepuk pundakku.

Sejenak dia melihat ke ruang tamu depan, lalu beranjak berdiri dan menutup pintu depan yang dari luar langsung menuju rung tamu rumanhnya, lalu bi neneng kembali dan menarik tanganku untuk masuk ke kamar mandi bersama-sama dengan bi neneng.
“Ya sudah sini. Kamu onani lagi deh. Anggep-anggep Kenang-kenangan dari Bibi. Kalo gitu cepet Copot celanamu”, katanya.

Aku kaget, tapi ketika melihat bi neneng mulai mencopoti bajunya sampe keliatan bh dan cd nya, akupun akhirnya kebawa nafsu juga dan ikut-ikutan mencopot celanaku. Lalu bi neneng mulai mencopoti bh dan cd hingga terlihatlah di depan mataku tubuh bugil yang montok milik bi neneng dalam keadaan buil, akupun langsung ikut-ikutan bugil telanjang bulat di dalam kamar mandi nya bersama-sama dengan bi neneng yang juga bugil telanjang bulat yang membuat mataku melotot tak ingin mengalihkan pandanganku walau sedetikpun.
“Wah.. kayaknya burungmu lebih gede dari tahun lalu ya..” kata bi neneng

Bi Neneng kemudian langsung jongkok di depanku sampai-sampai wajahnya berhadapan langsung dengan penisku yang saat itu mengeras tegang setegang-tegangnya dan tangannya mulai memegang penisku. Membelai-belainya dengan penuh kelembutan dan mengambil sabun lalu mengocok-ngocok penisku lebih cepat dan berirama. Aku tak mau pasif, jadi aku mengarahkan tanganku menuju susunya dan meraba-raba dengan sedikit remasan-remasan kecil tapi mantap di kedua susu nya yang tak akan bisa kulupakan keindahannya.

Tahun lalu aku dibolehkan bi neneng untuk menyusu di kedua puting susunya yang agak besar tapi mantap itu, jadi aku berusaha untuk ikut jongkok di depannya walaupun agak sulit tapi bisa juga lalu menciumi serta menghisap-hisapi kedua gunung susunya yang padet dan montok sekali setidaknya itu menurutku. Bi Neneng hanya membiarkan apa yang kulakukan itu bahkansebelah tangannya yang nganggur malah mengusap-usap kepalau penuh kasih sayang seperti mengasihi anaknya sendiri atau seperti ibu yang sedang menyusui anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus, dan tangannya yang tetap mengocok tadi masih berada di penisku dengan terus berusaha mengocok-ngocok penisku walaupun agak sedikit sulit karena posisi yang kami lakukan saat itu tapi tetap terasa nikmat dan mendebarkan sekali menurutku. Aku telah membulatkan tekad untuk lebih dari ini dan berusaha bagaimanapun caranya agar bi neneng juga mau lebih dari tahun lalu yang hanya bisa bermain dengan kedua gunung susu montok miliknya yang tak bisa kuhilangkan dari ingatanku. Tanganku menggerayang menuju ke vaginanya dan kurasakan helaian demi helaian rambut vagina nya yang agak tebal dan menghitam seperti serumpun bambu yang tumbuh di gundukan tanah yang tinggi tapi ini tentu berbeda. Bi neneng kaget dengan tanganku yang sudah membelai-belai lembut vagina dan menahan tanganku dengan tangannya berusaha untuk tidak membuat tanganku bergerak lebih liar lagi karena kulihat bi neneng sudah bermata sayu seperti lemas oleh nikmat. Aku menatapnya dalam-dalam di mata sayu yang indah itu, lalu kucium bibirnya dengan perlahan-lahan karena tak ingin membuat bi neneng terkaget dan mengurungkan niatnya padaku, sambil kedua tanganku meremas-remas kedua susunya aku tetap berusaha selembut mungkin agar bi neneng juga turut larut dalam nikmat sehingga bi neneng dapat ku ajak lebih nikmat lagi hingga dapat kurasakan semua yang dimilikinya walaupun aku harus bersabar dan bersabar karena untuk mendapatkannya. Lama-lama bi neneng juga turut menikmati remasan-remasan di kedua gunung susunya oleh tanganku yang tak pernah telat dari tugasnya untuk membelai-belai dengan mesra bahkan sudah sering terdengar suaranya yang terengah-engah dengan ombak-ombak birahi yang menggelegak.

Mumpung bi neneng sedang menikmati apa yang terjadi pada tubuhnya, aku pelan-pelan memindahkan satu tanganku dari kedua gunung susunya yang luar biasa montok itu menuju bulu jembutnya yang agak lebat sambil tetap terus mencium bibirnya yang kuarasakan manis dan lembut itu dengan bibirku sambil berusaha untuk mencoba mencari ludahnya karena aku berusaha untuk mencoba bagaimana rasanya ludah bi neneng yang cantik dan montok ini dan sambil meremas satu susunya aku terus merangsangnya selama mungkin bila perlu sampai bi neneng lupa daratan dan lupa keadaan karena kenikmatan. Aku sudah bersiap-siap apa bila bi neneng berusaha menolakku dan malah mungkin akan marah padaku karena selama ini aku tak pernah sampai sejauh ini, tapi kenyataanya berkata lain karena ternyata bi neneng malah berusaha memberikan serangan balasan atas ciuman-ciuman yang kulancarkan pada bibirnya sehingga bi neneng membalas ciumanku sambil terus memejamkan mata sehingga terlihat begitu mempesona sekali di mataku yang baru mengenal seluk beluk tubuh bi neneng lebih dalam lagi dari tahun lalu yang hanya terasa sekilas bagiku. Apalagi saat jariku menemukan itilnya yang kecil dan bahkan sangat mungil sekali dan menyentuh itilnya yang membuat bi neneng langsung bereaksi seperti orang terkejut dan badannya seperti orang kejang walaupun itu terjadi hanya sebentar saja dan berubah dengan desahan dan geliatan tanpa henti dan tanpa irama dari tubuhnya tapi dimataku itu sangatlah menggairahkan dan sangatlah mempesana melihat apa yang terjadi padanya yang saat itu seperti dihantam gelombang ombak birahi yang menggelegak.

Tanganku masih asyik denga terus memainkan kedua gunung susu milik bi neneng yang montok dan itilnya terus menerus tanpa henti-henti nya ku belai-belai dan kadang jariku keluar-masuk di dalam vaginanya yang sudah sangat membasah di dalam relung vagina yang masih sempit dan hangat itu. Tapi sejujurnya memang posisi jongkok ini sangatlah kurang enak karena sulit untuk dapat berpelukan sedangkan bi neneng sepertinya sudah agak sedikit lemas karena rangsangan-rangsangan yang nikmat yang terus di terimanya dari apa yang kulakukan pada kedua gunung susunya dan juga vaginanya yang tak pernah berhenti untuk kubelai-belai selembut dan senikmat mungkin agar bi neneng merasakan nikmat dan mau ku ajak menuju yang lebih nikmat sampai kepuncak kenikmatan yang tertinggi, maka dengan terus mempertahankan ciuman mesraku aku berusaha untuk menelentangkan bi neneng di lantai kamar mandi yang cukup luas untuk hanya sebagai alas tidur 2 orang dan aku sangat senang sekali ketika ku rebahkan bi neneng di lantai ternyata dia sama sekali tak menolak malah terlihat matanya memandang mataku sebentar dengan tatapan mata sayu yang luar biasa menantang birahiku hingga berkobar-kobar lebih besar dari sebelum-sebelumnya. Dalam keadaan berposisi seperti aku menindih bi neneng ini malah membuatku lebih lebih leluasa untuk menciumi dan menghisapi kedua gunung susunya yang montok itu di usia nya yang tengah matang dalam hal biologis dan harus ku akui desahan-desahan yang keluar dari bibir bi neneng sunguh-sungguh membuatku makin terpacu untuk memanaskan kobaran birahi bi neneng, tangaku tak henti-hentinya untuk tetap terus meremas gunung susu satunya lagi dan tetap dengan memainkan vaginanya menggunakan jari-jari tanganku yang membelai dengan lembut dan halus agar bi neneng mau menerima ini semua dan agar bi neneng juga terlena dengan kenikmatan ini. Perlahan tapi pasti kumasukkan jariku lebih dalam lagi kelubang vaginanya yang sudah membasah, dan langsung di sambut oleh Bi Neneng dengan desahan-desahan yang benar-benar membuatku bernafsu karena mendengar suara desahan merdu nan menggoda itu entah karena memang sedang bernafsu atau karena hal lain tapi yang jelas desahan lembut nan merdu dari bibir bi neneng membuatku semakin bernafsu saja.

Aku tak mau lagi menunggu lama dengan hanya belaian-belaian tangan bi neneng di sekujur penisku karena aku semakin berkeinginan untuk menerkam tubuh bi neneng, segera aku menindih tubuh indah nan montok bi neneng dan aku berusaha mengarahkan penisku ke vaginanya yang sudah basah kuyup dari dalam vaginanya yang hangat itu. Aku begitu senang ketika ternyata Bi Neneng malah sama sekali tidak menolak bahkan punya niat menolakku pun sepertinya tidak ada karena matanya yang sayu saat itu seperti memberitahukan padaku bahwa dia memasrahkan dirinya untukku. Akhirnya dengan perlahan-lahan dan dengan penuh kelembutan aku berusaha untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang ternyata masih sangat sempit kurasakan dengan kehangatan yang tak pernah kubanyangkan dari kehangatan vaginanya yang selama ini aku idam-idamkan bahkan ketika penisku sudah semuanya masuk kedalam vagina bi neneng rasanya penisku tak bisa lagi untuk aku keluarkan entah karena sempitnya vagina bi neneng atau karena memang aku tak ingin mengeluarkannya dari vagina nya yang begitu hangat dan sungguh nikmat luar biasa. Dia mengerang lirih dan mendekap erat punggungku sehingga makin merapat menindih tubuhnya yang telanjang bulat yang penuh kehangatan, tak terkira lagi kenikmatan dan kehangatan yang kurasakan saat ini. Kenikmatan dan kehangatan yang kurasakan membuat pantatku tiba-tiba seperti bergerak sendiri untuk naik turun memompakan penisku yang sudah terbenam sepenuh nya di dalam vagina yang penuh kehangatan dan kelembutan dari bi neneng yang montok ini, Kugoyang terus-menerus pantatku tak henti-hentinya bahkan kepalaku sampai terbenam di dalam lembah di antara kedua gunung susu milik bi neneng yang montok dan begitu hangat itu dan kusempatkan untuk mencupang kedua gunungnya walaupun cuman sekali tapi aku setidaknya ingin memberikan kenang-kenangan untuk bi neneng yang telah bersedia mengizinkanku untuk merasaka apa yang saat ini kurasakan, pompan-pompaan ku terus menerus dengan penuh kemantapan sampai tiba-tiba akhirnya Bi Neneng mengejang dan terkulai lemas dengan mata terpejam dn vagina yang sangat kuat sekali meremasi penisku yang masih berada di dalam vaginanya, kejangan-kejangan dan remasan vagina bi neneng yang meremasi penisku itu merupakan tanda bahwa ia telah mencapai puncak dari puncak kenikmatan yang ingin kulihat dan kurasakan. Karena sedang nikmat-nikmatnya jadi aku tak peduli lagi dengan keadaan bi neneng yang lemas dan terkapar tak berdaya dan terus menghujamkan penisku ke dalam vaginanya sedalam-dalamnya dengan pompaan-pompaan secepat-cepatnya yang dapat kupompakan.

Ini pengalaman merupakan pertamaku dalam berhubungan seks secara penuh, tidak hanya gesek-gesek kelamin atau sekali coblos seperti pengalaman selama ini kulewati dan kurasakan. Seks secara utuh ini membuatku melayang-layang entah kemana seperti membuatku mabuk kepayang akan kenikmatan yang penuh debaran-debaran aneh yang entah apa namanya yang beriringan dengan kenikmatan yang tak terpisahkan dengan kehangatan yang mebuatku tergila-gila, aku tak ingin mau menyia-nyiakan semua kesempatan ini karena entah kapan lagi aku merasakannya lagi dan entah apakah aku dimaafkan atau akan dimarahi bi neneng, tapi yang jelas aku sangat ingin mengeluarkan maniku di dalam vagina wanita ini wanita yang membuatku tergila-gila dalam kenikmatan yang penuh dengan keindahan dan kehangatan vaginanya yang meremas ini.

Walaupun Bi Neneng sudah lemas dan pasrah tapi terlihat jelas sekali dari wajahnya bahwa bi neneng benar-benar puas dan lemas dengan kepuasan yang saat ini sedang ku daki bersama kehangatan dan kelembutan vagina bi neneng yang luar biasa nikmtnya, aku tetap menggenjot-genjotkan penisku walaupun tak beraturan lagi dengan nafas yang terngah-engah dan terus-menerus mempercepat genjotan pantatku hingga kedua gunung susu milik bi neneng terguncang-guncang seperti terkena gempa dengan wajahnya semakin menyiratkan turut menikmati kembali apa yang kulakukan ini walaupun dia sudah menggapai puncaknya tetapi sepertinya bi neneng kembali menerima undanganku untuk mendaki kembali puncak kenikmatan bersama-sama untuk melambung tinggi dalam kenikmatan. Sampai akhirnya aku sudah tak kuat lagi untuk menahannya walau sedetikpun tetapi tiba-tiba vagina meremas lagi dan lebih kuat lagi sampai jiwaku seperti tersedot kedalam vaginanya dan bersamaan dengan pancaran-pancaran puncak nafsuku yang bersarang di dalam vagina nya yang penuh kehangatan, kubenamkan penisku sedalam-dalamnya ke dalam vagina hangat nan lembut Bi Neneng, dan ku biarkan semua maniku terpancar muncrat di dalam vaginanya yang sempit dan hangat ini sehingga semakin menghangat berkat semua maniku yang tertumpah dalam relung terdalam vagina bi neneng. Lalu aku terkulai diatas tubuhnya dengan perasaan sangat puas.

Kami berpakaian kembali. Aku tersenyum senang. Bi Neneng juga tersenyum, tetapi terlihat ada penyesalan. Aku jadi merasa ikut bersalah. Ia menatapku seolah berkata tetaplah tersenyum.
“Terimakasih Bi, saya pamit”, kataku lirih
“Seharusnya kita tidak boleh melakukan ini”, ujarnya lirih
“Maafkan aku”, kataku
Dia menarik napas panjang, “Bagaimanapun, ini adalah kenang2an dari Bibi. Rahasia kita berdua, dan jangan kita ulangi lagi”.