Thursday, August 6, 2015
12:33 AM

Warisan

Senang rasanya ijin cuti ku di ACC oleh Kepala unit ku. Sehingga aku bisa liburan bersama suami ku. Sesuai rencana kami ingin pulang ke kampung halaman Mas Diky suami ku.* Kebetulan juga Tony, anak ku semata wayang yang masih sekolah dasar juga libur sekolah, jadi bisa agak lama disana.

Hari itu kami sekeluarga berangkat. Setelah 6 jam perjalanan kami tiba dirumah orang tua suami ku. Disana hanya tinggal Bapak dan adik perempuan suami ku beserta suaminya.

Bapak suami ku seorang mantan Kades. walaupun cuma Kades, namun disana beliau sangat dihormati. Mbah Marno, begitu orang menyebutnya. Usianya sudah 64 tahun, sejak istrinya meninggal beliau hanya tinggal bersama si Dewi.

"Mbak Maya, kangen lama gak ketemu", sapa Dewi pada ku sambil memeluk ku.
"Bener juga wi, lama gak pulang, kang mas mu sibuk terus", jawab ku.
"Bagas sudah besar ya, kelas berapa?",
"Kelas 5 tante", jawab anak ku.
"Anak mu mana wi?", tanya ku.
"Sedang bobok Mbak didalam".

"Suami mu mana wi?", tanya suami ku.
"Sedang di sawah mas, tadi ngirim kopi buat yang garap sawah, ayo masuk dulu terus makan", tambah Dewi.

Nardi, Suami Dewi bekerja di Puskesmas desa, menjadi pekerja kesehatan. Dewi punya anak perempuan, Dian namanya. Baru berusia 10 bulan.

Kami berkumpul bersama keluarga suami ku. Senang rasanya setelah lama tidak ketemu. Sore semakin ramai karena banyak saudara yang datang karena lama tidak bertemu dengan suami ku. Hilir mudik sanak saudara datang sampai malam.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku mengantar Tony tidur lalu berjalan menuju kamar ku. Ketika aku melewati kamar Dewi terdengar suara orang berbicara. Kebetulan pintu agak sedikit terbuka jadi terlihat ada orang didalam. Ternyata Nardi sedang berhubungan intim dengan Dewi.
"Masss pelan-pelan nanti ada yang dengar", bisik Dewi.
"Udah pada tidur", jawab Nardi singkat sambil men-doggy Dewi.
Namun yang membuat ku kaget, Dewi disodok dari belakang sambil tetap menyusui anak bayinya. Sehingga susu Dewi terlihat bergoyang-goyang, sesekali air susu Dewi muncrat keluar. Melihat pemandangan itu membuat ku jadi panas dingin.

"Ahhhh masss, enaaakkk", desah Dewi.
"Goyang terus dik, mas mau keluarrr",
"Aakuuhhhh kellluuaaarrrr masssss", Dewi mencapai orgasmenya.
Tangan Nardi meremas kuat-kuat payudara Dewi yang bulat penuh sehingga air susunya muncrat tidak karuan.
"Crooootttt croooootttt crooooootttttt", pejuh Nardi membanjiri rahim Dewi.
"Puass dikk", kata Nardi.

Ketika dicabut dari rahim Dewi terlihat penis Nardi begitu mengkilap dan tetap tegak berdiri. Tidak terlalu panjang , namun cukup besar. Penis Nardi kemudian dikulum oleh Dewi penuh nikmat.

Aku cepat-cepat meninggalkan tempat itu lalu menuju kamar ku. Setibanya di kamar aku tak berani bercerita dengan suami ku. Sebenernya aku bener-bener pengen namun suami ku sudah tertidur karena kecapekan.
Sudah kucoba untuk memejamkan mata, namun tetap tak bisa tidur. Terbayang terus oleh ku penis gemuk punya Nardi. Kemudian aku keluar kamar menuju kamar mandi. Ketika melintas didepan kamar Dewi suasana begitu sepi hanya terlihat si kecil sedang tidur. Aku melanjutkan langkah ku menuju kamar mandi.

Betapa terkejutnya aku ternyata di dapur Dewi setengah telanjang sedang jongkok sambil mengoral penis Nardi. Nampak wajah Nardi begitu menikmati servis mulut Dewi. Sesekali Nardi menghentakkan pinggulnya sehingga penis nya masuk lebih dalam ke tenggorokan Dewi. Aku semakin ingin ngentot.
Kemudian Nardi membaringkan Dewi diatas meja makan. Kaki Dewi dibuka lebar-lebar, kemudian tanpa ragu Nardi mengoral lubang peranakan Dewi.

Nardi begitu ganas menjilati vagina Dewi. Dewi menggeliat tidak karuan karena geli. Belum selesai sampai disitu, sambil berdiri Nardi langsung menusukkan penisnya ke vagina Dewi.
"Uuhhhhh uuhhh uuhhh aaahhhh", suara desahan Dewi.
"Terus dik, jepit kontol ku", kata Nardi.
"Sogok tempik ku yang dalam mas",
"Aahg enak dikkk tempik mu".

Setelah beberapa saat menggenjot Dewi, Nardi duduk di kursi makan dan Dewi duduk dipangkuan menghadap ke arah suaminya. Dewi begitu liar menggenjot Nardi. Payudara Dewi bergoyang naik turun, tangan Dewi mengarahkan payudaranya agar disedot oleh suaminya.
"Kenyotin masss", perintah Dewi.
"Ssrrruuuppptt ssrruuupptt ssruuuuppt", suara Nardi menyusu pada istrinya.
Vagina ku sendiri sudah becek, karena sedari tadi sudah ku kocok dengan tangan ku.
"Akuhhhh keluaaarrrr", desah Dewi.
"Akuuu jugaa mau keluaaarrr dikk",
"Croooott crooooot croooooootttt crooooottt", pejuh Nardi dan Dewi bercampur dalam rahim Dewi.

Rasanya badan ku begitu lemas setelah masturbasi dan orgasme berkali-kali. Aku bergegas menuju kamar ku untuk tidur.