Wednesday, August 12, 2015

Pesona Lisa

Nama saya Geri, saya karakter fiktip ciptaan penulis saya. Saya lahir 17 Agustus 1995. Tinggi 170cm dan berat ideal. Sekarang saya mahasiswa baru di sebuah kampus swasta di kota sebelah Bandung. Saya tinggal di sebuah rumah kosan dengan enam kamar, tiga kamar mandi, dapur, ruang tengah dan garasi. Penghuni lainnya itu dua lelaki dan empat wanita. Salah satu diantaranya yang menarik perhatian saya adalah Lisa. Seorang pekerja di sebuah pabrik dekat kosan. Dia berusia dua tahun di atas saya. Kebetulan hari Sabtu ini Lisa sedang tidak lembur bekerja sedang teman kosan yang lain sedang beraktivitas dan ada yang pulang ke kampung. Lisa ini kalau digambarin dia berambut pendek, nampak tomboi, tapi ukuran buah dadanya besar 34B, tinggi sekitar 165cm dan berat ideal. Kulitnya putih mulus. Tapi kalau berbicara sudah kaya lelaki pada umumnya, asal jeplak.
Kejadian bermula saat saya hendak mencuci muka, karena saya masih pusing sebangun tidur, di lorong tanpa sepengelihatan saya menabrak Lisa sampi membuat dia telanjang dada, karena ikatan handuk di badannya terlepas. Saya kaget setengah mati dan setengah hidup. Karena selain saya kaget menabrak dia, saya bisa langsung menatap kedua buah dadanya yang bagi saya indah.
"Aak!!! Geri lu apa-apaan sih pake nabarak segala... Lihat lihat dong kalau jalan."
Teriaknya sambil mengikatkan kembali handuk ke badannya.
"gede juga yah."
Tanpa sadar saya mengucapkan kalimat itu pelan.
"Eh maaf-maaf, namanya masih ngumpulin nyawa jadi ga kelihatan tadi."
Lisa bergegas ke kamarnya untuk berganti baju. Saya pun menuju ke kamar mandi mencuci muka. Karena biasanya mandi agak siang nanti. Sambil cuci muka saya masih terbayang buah dada Lisa yang memang menarik perhatian.
Siang hari, sekitar jam sepuluh, saya menonton tv karena menunggu film spesial weekend di tv,
"kayanya enak nih nonton sambil masak mie."
saya pergi ke dapur memasak mie instan. Makanan favorit anak kosan. Apalagi kebetulan ada film weekend di tv ini favorit saya juga.
"Lagi ngapain lo di dapur?" tanya Lisa mengagetkan saya.
"Gua lagi masak mie, mau lo?" saya bertanya balik menawarkan mie juga. Saya dan dia sudah akrab. Makanya saya sudah biasa mengobrol dengan kata ganti gua lo.
"ya udah masakin. Tapi jangan pedes yah. Kayanya gua sakit perut dah. Ni udah yang ketiga kali gua ke toilet." jawab Lisa sambil memasuki toilet.
"oke dah. Nanti gua siapin di ruang tengah yah?!"
"yah!" jawab Lisa dari dalam toilet.
Sekitar sepuluh menit saya memasak mie. Saya sudah siap membawa dua mangkuk mie menuju ruang tengah, ketika di lorong dapur, dari pintu toilet satu keluar Lisa secara terburu, sehingga dada menabrak bahu kiri saya, untungnya tidak sampai membuat mie nya tumpah.
"Nah loh, nabrak gua lo sekarang. Makanya kalau jalan jangan buru buru!"
"sori sori Ger, eh udah jadi mie nya?"
"udah. Nih bawa ke sana sendiri." sembari say menyodorkan satu mangkuk mie ke Lisa.
Kami menuju ruang tengah dan menonton tv sembari makan mie. Setelah mie habis, sedang kita tetep menonton film yang belum selesai. Di salah satu adegan ada adegan dimana ada sepasang kekasih yang berpelukan dan berciuman, walau disensor tapi saya melihat Lisa sedikit meringis melihat adegan itu.
"Lo denger orang ngetuk pintu ga?" Lisa tiba-tiba bertanya.
"Ga?!"
"Gua cek yah." Lisa pun menuju ke depan dan memang ternyata tidak ada orang.
Sekembalinya ke sofa, Lisa yang duduk sebelah kanan saya bercerita tentang mantan pacarnya. Ternyata Lisa sudah diperawani mantannya itu.
"...tapi enak Ger."
"Emang."
"Eh, lo pernah jug yah ML?!"
"Ya gitu deh, Lis."
"anjrit dari tadi cerita ternyata lo juga udah pengalaman." Lisa berteriak begitu sambil memukul-mukul bahu saya.
"udah Lis sakit. Apaan sih, Lu pengen lagi yah?" saya menahan pukulan Lisa.
Tiba-tiba Lisa terdiam. Apa saya salah bicara sampai menyinggung dia hingga terdiam. Muka lisa menunjukan mimik kosong. Saya mendekatkan muka ke muka Lisa.
"Lis, lu ga apa-apa kan. Maafin gua kalau menyinggung."
"Ga kok." jawab Lisa, tetap dengan muka datar.
Lalu tiba-tiba Lisa merangkul dan memeluk saya.
"Ger, gua ingin ngerasain nikmatnya lagi. Kasih gua Ger." ucapan Lisa dalam pelukan saya.
Saya merasa ulang tahun saya dirayakan kembali saat Lisa berkata seperti itu, kemudian saya meregangkan pelukan sehingga saya berhadapan muka dengannya sembari menempelkan kening.
"kalau itu yang lo mau, gua bisa ngasih, Lis."
Ciuman pertama Lisa begitu lembut. Lisa memejamkan mata. Saya hanya memberi sedikit dorongan membalas ciumannya. Ketika Lisa mulai memainkan lidahnya saat mencium saya membalasnya. Frenckiss kami dilakukan begitu lembut. Lisa yang tomboi ternyata sebang berlembut. Tangan saya berusaha meraih payudara Lisa yang berada dibalika kaos hitamnya tanpa melepas ciuman. Satu ciuman panjang, kemudian Lisa melepas pelukan.
"Jangan disini Ger. Dikamar gua aja." Lisa berlari menuju kamarnya.
Saya mengikuti dari belakang,
"Ga usah ngecek pintu depan. Udah gua kunci tadi."
Ternyata tadi saat ada orang mengetuk itu hanya kode supaya dia bisa mengunci pintu. Setiba di kamar. Lisa berdiri tegak di atas kasur.
"Mau atas dulu atau bawah dulu?" Lisa menanyakan hal yang baru saya temui.
Kemudian Lisa menari meliuk liuk seperti penari striptis. Pertama Lisa melepas celana batik panjangnya. Ketika melihat itu saya dikagetkan karena Lisa, memakai gstring. Membuat saya menjadi semakin penasaran dengan tubuh Lisa. Dia menunjuk saya dan mengisyaratkan jari telunjuknya seolah mengajak saya naik.
"sini Ger... " godaan Lisa yang tidak bisa saya tolak.
Saya pun naik ke atas ranjang Lisa dan memeluknya. Kami melakukan frenchkiss lagi. Lalu Lisa menekan saya sehingga saya berlutut dihadapnya. Tepat di depan muka saya, vagina Lisa yang masih trertutup Gstring dengan wangi has.
"Jilatin Ger. Beri gua terbaik dari lu." pinta Lisa.
Saya pun mulai mencium balutan kain yang menutupi vaginanya. Wangi dan basah yang mulai makin merebak di sekitar arena sensitif Lisa membuat tangan saya berusaha membuka gstringnya. Lisa hanys bisa mengelenguh nikmat dan dia pun membuka kaos hitamnya. Tanganya menekan nekan kepala saya, membuat muka saya menekan vaginanya Lisa. Kemudian Lisa meraih kaos saya dan membukanya. Lalu mendorong saya sampai terbaring. Lisa pun turun menelusiri setiap inci badan saya sembari berusaha melepas celana yang sedang saya pakai. Setelah saya dibuat telanjang. Lisa bertumpu pada lutut denga memposisikan dirinya di badan saya.
"lu harus lihat betapa indahnya badan gua, Ger." kalimat nakal Lisa terucap.
Saya hanya bisa memain jari jemari saya di vagina Lisa. Dia membuka gstring dan bra nya secara perlahan. Kini terpampang 34B yang menantang di mata saya. Lisa mencium saya, tangannya dengan nakal memainkan penis saya yang sudah menjulang. Lisa mengarahkan buah dadanya menuju muka meminta saya untuk memainkannya. Saya hisap, gigit lembut sampai pilin. Sedang saya pun tak tahan dengan permainan tangan Lisa di penis saya sambil dia menggesekan kepala penis saya ke bibir vaginanya. Kemudian kepala Lasa menjelajah badan saya dari leher sampai pada akhir Lisa berada di depan penis saya. Lisa mulai mengemutnya dengan lembut. Saya hanya bisa merem melek dibuatnya. Selama mengemut penis saya, Lisa memutarkan badannya memberi tanda supaya vaginanya berasa di atas muka saya. Dengan susah payah, karena tak ingin melepas kuluman di penis saya. Kini kami dalam posisi 69. Saya berusaha meberikan terbaik saya untuk Lisa, tepat di klistorisnya, dengan sedikit gigitan, badan Lisa menegang dan ternyata,
"uh ah uh ah...Ger, gua keluaaaaaaaaarrrrrggggh."
Lisa mencapai orgasme pertamanya. Basah muka saya oleh cairan dari vaginanya. Tubuh Lisa menindih saya. Saya baringkan dia. Kemudia saya mengarahkan penis saya menuju vagina Lisa yang masih terkulai. Mukanya nampak merona,
"Lanjutin, Lis?" tanya iseng saya. Mana mungkin ini berakhir sampai sini.
Lisa pun membimbing penis saya menuju mulut vaginanya. Dengan perlahan, akhirnya masuklah kepala penis saya, secara perlahan saya mulai memompanya. Dengan memainkan tempo, Lisa saya buat meringis,
"euuhhhg, euuuuhhhg.." hanya itu yang terdengar darinya.
Setelah beberapa saat saya memompa, Lisa mulai memeberikan perlawanan dengan menggoyangkan pinggulnya, kerita saya merasa mulut vaginanya mulai menegang, Lisa mengerang,
"keluaaaaaarrrhhhg.... Lagi..."
Lisa mendapatkan orgasme kedua. Saya mempercepat tempo pompaan saya.
"Liss, gua mau keluar." tanda dari saya siapa tahu mau dikeluarkan diluar.
Ternyata benar, Lisa menarik dirinya sehingga penis saya terlepas dengan sarangnya. Lalu Lisa mengocok penis dengan cepatnya...
"Lisss Lisss...." saya mau keluar.
"aaaaarrrrhhhhg..."
Sekitar tujuh lompatan peju mengarah kemuka Lisa dan melumuri mukanya dengan cairan putih itu. Kami terkulai lemas. Setelah sekitar lima belas menit istirahat. Kamu merapihkan diri dan membersihkan badan di kamar mandi berbeda. Kami berjanji supaya tidak ada orang lain yang tahu.