Wednesday, July 8, 2015

repost mantab

Hari masih pagi. Masih belum banyak murid yang hadir di sekolah. Ustazah Nur rohmah sengaja berangkat lebih pagi untuk mampir ke klinik kesehatan yang ada di sebelah sekolah. Ia ingin memeriksakan diri, sudah hampir 3 hari ini ia merasa nyeri dan sakit di bagian bawah perut. Terutama di dekat kemaluannya, padahal saat itu ia tidak sedang datang bulan. Tidak biasanya ia begini, karena itulah ia jadi takut. Jangan-jangan ini tanda-tanda kanker rahim, rekan sesama guru pernah mengalaminya. Lebih baik berjaga-jaga daripada terlambat sama sekali.

Usia Ustazah Nur sendiri masih muda, berkisar 26 tahun. Baru tahun kemarin menikah dan dikaruniai 1 orang anak. Sekarang bayinya yang baru berusia 2 bulan diasuh oleh ibunya karena tidak mungkin Ustazah Nur membawanya ke sekolah. Selain karena sifatnya yang rendah diri dan baik hati, ibu guru yang satu ini juga dikenal karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Mungkin itu turunan dari ibunya yang berdarah Cina.

Setelah melahirkan, pesona dan kharismanya bukannya berkurang, malah semakin menjadi-jadi. Wajahnya jadi tampak dua kali lebih jelita, kulitnya jadi lebih putih, sementara body-nya -jangan ditanya lagi- begitu montok dan mengundang birahi. Payudaranya jadi semakin besar karena berisi air susu, dulu saja sudah kelihatan membusung, apalagi sekarang. Baju selebar dan selonggar apapun tidak bisa menutupi kemolekannya. Setiap mata lelaki yang memandangnya pasti berdecak kagum, dan ujung-ujungnya timbul keinginan untuk menjamahnya, atau minimal memandanginya sepuas hati. Karena itulah, sekarang Ustazah Nur selalu memakai jilbab lebar kalau ke sekolah. Ia ingin mengalihkan perhatian para lelaki, meski dalam hati tahu kalau itu sia-sia belaka.

Dan tak cuma payudara, pinggul dan paha Ustazah Nur juga membengkak makin sempurna. Kalau dulu masih agak kecil dan kerempeng, sekarang sudah membulat begitu indah. Kalau dia berjalan, goyangan pantatnya sanggup membuat semua mata lelaki berpaling, padahal sehari-hari Ustazah Nur senantiasa mengenakan jubah panjang dan stoking kaki. Tak lupa juga sarung tangan dan kain dalaman, namun tetap saja para lelaki memandang lapar kepada dirinya. Sebagai seorang ustazah yang sehari-hari mengajar pendidikan agama, Ustazah Nur bukannya tidak tahu hal itu. Namun segala cara sudah ia lakukan, dan sampai sekarang hasilnya masih minim. Ia masih terlihat seperti ikan asin diantara para kucing, keberadaannya terlalu sukar untuk diabaikan.

Ia pernah mengutarakan hal ini pada sang suami, bukannya jawaban memuaskan yang ia terima, malah kecupan mesra di bibir yang ia dapat. Dan ujung-ujungnya, mereka sama-sama tak tahan dan akhirnya bercinta di ruang tengah, di sebelah bayi mereka yang tidur pulas dalam buaian. Ibu mertua yang memergoki aksi mereka, pura-pura tidak tahu, dan melanjutkan kegiatannya di dapur. Menghadapi kecantikan dan kemolekan Ustzah Nur, memang selalu membikin suaminya lepas kendali.

Dan begitu lepas kendalinya hingga membuat laki-laki itu jadi tidak tahan lama. Tahu kan artinya? Ya, suaminya selalu keluar duluan sebelum Ustazah Nur melenguh puas. Sebenarnya ini tidak terlalu dirisaukan oleh sang ibu guru muda, karena sebagai istri yang baik, ia harus menurut dan tidak boleh mengecewakan sang suami. Apapun keadaannya harus ia terima, meski itu artinya ia tidak pernah sekalipun mengalami orgasme selama 1 tahun pernikahannya.

Ustazah Nur bukannya tidak menginginkannya, kadang ia mengharapkannya juga, bahkan cerita-cerita dari rekan sesama guru yang kehidupan ranjangnya begitu panas dan menggelora, sering membuatnya berpikir; senikmat apakah orgasme itu? Tapi sekali lagi, ia terlalu sungkan untuk mengutarakan pada sang suami. Didikan agama yang begitu ketat membuatnya memandang tabu pembicaraan seperti itu. Lagian, sebagai seorang istri yang solehah, cukup baginya melihat sang suami melenguh puas, tak peduli dengan dirinya sendiri yang tidak pernah merasa nikmat.

Ya, Ustazah Nur berani berkata seperti itu karena memang itu yang ia alami. Sudah ejakulasi dini, barang suaminya juga kecil lagi pendek. Memang terasa saat dimasukkan, tapi masih seperti ada yang kurang. Benda itu tidak bisa menjangkau seluruh lorong kewanitaannya. Hanya terasa di gerbang depan saja, itupun cuma membentur-bentur ringan, tidak bisa menyesaki seperti cerita Ustazah Rina yang suaminya seorang Perwira Polisi. Bikin Ustazah Nur jadi gatal setengah mati. Dan saat gatalnya perlahan memuncak, sang suami malah sudah KO duluan. Ustazah Nur memang tidak pernah protes, ia bisa menerima semua itu dengan ikhlas, namun dalam hati kecilnya tetap terbersit keinginan untuk dipuaskan seperti wanita pada umumnya.

Yang lebih tragis lagi, bahkan untuk menembus keperawanan Ustazah Nur saat malam pertama dulu, suaminya tidak menggunakan penisnya. Ia tidak mampu! Laki-laki itu menggunakan dua jari tangannya untuk merobek selaput dara Ustazah Nur. Kecewa pastinya, tapi apa mau dikata. Ia sudah memilih laki-laki itu sebagai suaminya, apapun keadaannya harus diterima. Memang di atas ranjang, suaminya tidak mampu. Tapi sehari-hari, lelaki itu itu adalah sosok yang alim lagi bertanggung jawab. Dan itulah yang dicari oleh Ustazah Nur, ia harus bisa menekan hasrat birahinya demi kebahagiaan keluarga. Itu yang lebih penting.

Ustazah Nur masuk ke dalam klinik yang sudah menjadi langganannya itu. Setiap kali sakit atau ada keluhan kesehatan, ia selalu pergi kesana karena selain dekat dan murah, juga karena ada beberapa doktor muslimah yang bertugas di sana. Ustazah Nur kurang sreg kalau diperiksa oleh dokter lelaki, batasan bukan muhrim membuatnya jadi tidak leluasa berbincang dan berkonsultasi. Beda kalau ditangani dokter wanita, untuk suntik atau apapun, Ustazah Nur bisa bebas melakukannya. Kalau dengan dokter lelaki, jangankan memamerkan pinggulnya yang seksi, untuk tensi darah saja ia malu setengah mati.

Setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam, Ustazah Nur masuk ke ruang periksa. Untunglah saat itu dokter Aini yang sedang bertugas, Ustazah Nur lega saat melihatnya.

Keluhannya apa, bu Ustazah? tanya dokter Aini ramah. Lesung pipitnya tampak indah di bawah kacamata bulatnya.

Ini, dok, Ustazah Nur pun menceritakan keluhannya.

Dokter Aini mendengarkan dengan seksama, setelah itu ia meminta ustazah Nur untuk naik ke atas tempat tidur. Maaf, bisa diangkat bajunya, mau saya USG dan periksa secara visual. kata dokter cantik yang usianya baru lewat 40 tahun itu.

Ustazah Nur segera menyingkap baju kurungnya ke atas, dan dililitkannya ke dada. Juga dalemannya. Dengan hanya berstocking dan bercelana dalam, ia berbaring di atas ranjang. Dokter Aini memandangnya, sekilas tampak mengagumi kemolekan dan kesintalan tubuh Ustazah Nur. Bisa dilepas juga celananya? tanya dokter itu.

Ustazah Nur pun melepas celana dalamnya, tanpa malu-malu ia kini berbaring setengah telanjang di depan dokter Aini.

Buka sedikit kakinya, dokter Aini meminta. Dengan alat semacam pengait, ia membuka lipatan vagina Ustazah Nur. Bilang kalau misalnya ada yang sakit ya, kata Dokter Aini sambil mulai menekan-nekan lorong vagina Ustazah Nur dengan alatnya.

Ustazah Nur merasakan sensasi dingin logam menjalari dinding-dinding vaginanya. Dokter Aini menekan di beberapa tempat, sampai menemukan suatu benjolan aneh di sisi klitoris Ustazah Nur. Apakah sakit? tanya sang Dokter sambil sedikit menusuk.

Auw! Ahh, Ustazah Nur berjengit dan sedikit kaget, itu sudah cukup sebagai jawaban.

Dokter Aini melanjutkan pemeriksaannya dengan melakukan USG. Setelah selesai, ia mempelajari hasilnya lalu berkata. Nampaknya ini sedikit serius.

Ada apa, dok? tanya Ustazah Nur pelan, takut mendengar jawabannya.

Ustazah sudah menikah? tanya dokter Aini.

Iya, sudah. jawab Ustazah Nur.

Anak?

Baru satu. Memangnya kenapa, Dok? tanya Ustazah Nur lagi.

Begini, dari hasil pemeriksaan, sebaiknya Ustazah menjalani pemeriksaan lebih lanjut dengan seorang doktor ahli kandungan. Sepertinya ada masalah serius di bagian kewanitaan Ustazah. terang dokter Aini.

Ah, begitu ya, dok? gumam Ustazah Nur lirih.

Tapi jangan khawatir, ini cuma dugaan awal saja. Siapa tahu itu cuma bisul yang salah tempat. dokter Aini berusaha menenangkan.

I-iya, Dok. resah Ustazah Nur, apa yang ditakutkannya ternyata terjadi juga.

Saya tidak bisa menerangkan lebih banyak lagi, karena itu bukan bagian saya. Ustazah bisa bertanya nanti pada dokter Ismi, biar dia yang memeriksa lebih lanjut.

Ustazah Nur mengangguk lagi.

Ustazah silakan tunggu di depan, nanti kami panggil. kata dokter Aini.

Periksanya harus sekarang, dok? tanya Ustazah Nur, hari sudah siang, ia harus mengajar ke sekolah.

Iya, soalnya saya takut kalau terlambat nanti jadi bahaya. terang dokter Aini.

B-baik, terima kasih, dok. Assalamualaikum... Ustazah Nur pun pamit dan melangkah keluar dari ruang periksa dengan perasaan bimbang. Ia segera mengirim SMS kepada Ustazah Rina, mengabarkan kalau hari ini ia tidak bisa masuk karena sakit.

Kurang dari 15 menit, Ustazah Nur dipanggil kembali. Ia disuruh masuk ke ruang periksa oleh seorang perawat muda yang juga berjilbab lebar seperti dirinya. Kali ini ruangannya agak sedikit berada di pojok, dekat dengan ruang bersalin. Ustazah Nur membuka pintunya dan alangkah terkejutnya dia saat melihat siapa yang berada di dalam. Bukan dokter Ismi yang ia temui, melainkan seorang dokter tua yang usianya hampir setengah abad, dua kali lipat dari usianya. Badan lelaki itu kurus, tapi cukup tegap. Kulitnya agak gelap, dengan dandanan rapi dan sopan. Ada sedikit petak-petak putih di rambutnya yang tersisir rapi.

Dokter itu tersenyum dan menyuruh Ustazah Nur untuk masuk, Silakan duduk, Ustazah. Dia terlihat cukup sopan. Dr. Pramudya, begitu tulisan yang tertera di nametag-nya.

Ustazah Nur balas tersenyum dan segera menempatkan diri di depan dokter tua itu. Perasaannya sungguh tak karuan. Dimana dokter Ismi? Apakah dia harus diperiksa oleh dokter laki-laki ini? Ustazah Nur tentu sangat keberatan. Tapi sebelum dia sempat memprotes, dokter Pram sudah keburu berkata,

Maaf, Ustazah, dari hasil laporan pendahuluan yang saya terima dari dokter Aini, saya menduga ini adalah sejenis virus atau bibit kanker. Untuk memastikannya, saya harus melakukan pemeriksaan lanjutan pada diri Ustazah. kata dokter Pram.

Ustazah Nur terhenyak, apa yang selama ini berusaha ia hindari, ternyata terjadi juga. Ia akan dijamah oleh dokter lelaki. Untuk menenangkan gejolak di hatinya, Ustazah Nur menarik nafas panjang dan kemudian bertanya, Kalau boleh tahu, kemana dokter Ismi? Menurut dokter Aini, dokter Ismi lah yang harusnya menangani saya.

Dokter Pram tersenyum, Dokter Ismi mendapat telepon mendadak dari keluarganya, salah satu anaknya terlibat kecelakaan di luar kota. Saya terpaksa datang untuk menggantikannya.

Ehm, begitu ya. A-apakah tidak ada dokter yang lain, yang wanita maksud saya. kata Ustazah Nur terbata-bata.

Dokter Pram tertawa, Jangan takut, Ustazah. Saya tidak akan berbuat macam-macam pada Ustazah. Saya sudah berkerja puluhan tahun, sudah tidak terhitung jumlah pasien yang saya tangani. Semuanya tidak ada masalah, saya akan perlakukan Ustazah seperti saya memperlakukan mereka. Saya terikat sumpah kalau sampai berbuat buruk pada Ustazah.

Ustazah Nur menunduk, ia jadi tidak punya argumen lagi untuk menolak.

Bagaimana, Ustazah, bisa kita mulai sekarang? tanya dokter Pram melihat Ustazah Nur yang terdiam membisu.

I-iya, Dok. Tapi sebelumnya, kalau boleh tahu, pemeriksaan macam apa yang akan dokter lakukan? tanya Ustazah Nur malu-malu.

Pap smear dan VE. Dengan begitu saya bisa memastikan jenis benjolan yang ada di kewanitaan Ustazah. jelas dokter Pram. Sekarang, silakan Ustazah berbaring di situ, laki-laki itu menunjuk kasur yang ada di pojok ruangan. Perawat berjilbab yang sejak tadi menyiapkan segala sesuatu, sekarang berbalik pergi meninggalkan ruangan, menyisakan dokter Pram dan Ustazah Nur hanya berdua di tempat yang sepi itu.

Jantung Ustazah Nur berdegup kencang, dia teringat berbagai cerita mengenai pap smear dari rekan-rekannya. Kebanyakan kisah mereka sungguh menakutkan karena harus memamerkan mahkota yang paling berharga kepada lelaki yang bukan muhrim, padahal sepatutnya hanya kepada suami sajalah mereka boleh memperlihatkan pemandangan indah itu. Dalam hati, Ustazah Nur ingin menolak, namun dia bingung juga akan keadaan dirinya, apalagi mengingat kata-kata dokter Pram barusan. Ia terancam terkena kanker rahim! Oh, sungguh sangat menakutkan.

Dan ketakutan ternyata bisa meruntuhkan akal sehatnya, terbukti saat dokter Pram berkata, Silakan Ustazah letakkan kedua kaki di atas sini, Ustazah Nur sama sekali tidak bisa menolak. Bayangan akan ancaman kanker rahim membuatnya menurut dengan cepat.

Dokter Pram menunjuk dua penyangga yang ada di ujung ranjang, saat Ustazah Nur meletakkan kedua kakinya disana, posisinya sekarang jadi seperti mengangkang. Kedua pahanya terbuka lebar, sementara kemaluannya terekspos bebas, siap menerima tatapan dokter Pram yang akan menghujam sebentar lagi.

Laki-laki itu berdiri di ujung ranjang, tepat di tengah-tengah celah kaki Ustazah Nur. Tampak sebagian paha Ustazah Nur sedikit terbuka, juga selangkangan perempuan cantik itu yang tampak menggembung indah. Dokter Pram menatap nanar kesana, seperti tengah menyantap dan menikmati betapa mulus dan mempesonanya aurat Ustazah Nur.

Ustazah Nur sendiri bukannya tak sadar diperhatikan seperti itu, namun apa daya, ia tidak bisa melakukan apapun untuk mencegah semua itu. Sama sekali tidak ada! Yang bisa ia lakukan sekarang cuma duduk terdiam pasrah sambil berharap pemeriksaan itu berlangsung cepat sehingga rasa malu yang menggumpal di hatinya tidak bertambah menjadi lebih besar lagi.

Maaf, Ustazah. Dokter Pram menarik jubah terusan panjang warna hijau muda bercorak bunga yang dikenakan Ustazah Nur ke atas, kain daleman warna putih yang dipakainya turut disingkap ke atas sampai ke batas pinggang, membuat sebagian paha dan celana dalam si ustazah terlihat jelas. Ustazah alim ini memakai stoking putih panjang hingga ke ujung lututnya, meski begitu, separuh tubuhnya sudah telanjang sekarang. Memang dia masih memakai baju dan jilbab lebar untuk menutupi tonjolan buah dadanya yang membusung indah, tapi bagian bawah tubuhnya -yang merupakan bagian paling intim- justru terbuka lebar.

Dokter Pram menelan ludah, dia memang beruntung. Meski sudah banyak melihat berbagai bentuk dan rupa kemaluan wanita, namun milik Ustazah Nur ini tampak sangat spesial. Masih tertutup celana dalam saja sudah terlihat begini indah, apalagi kalau dibuka. Membayangkannya membuat penis sang dokter yang sudah lama tidak terbangun, jadi menggeliat lagi. Ditambah kulit paha Ustazah Nur yang begitu putih dan mulus, jadilah dokter Pram menyeringai mesum karenanya.

Maaf ya, Ustazah, ininya saya buka, kata dokter tua itu sambil menyingkap sedikit celana dalam Ustazah Nur hingga celah kemaluannya terlihat jelas. Tampak begitu indah dan sempurna. Meski baru saja dipakai untuk melahirkan, benda itu tetap terlihat imut dan lucu, begitu sempit dan mungil, tampak tidak melar sama sekali. Pasti rasanya masih sangat menggigit. Dengan warna merah kecoklatan, dan rambut yang tercukur rapi tumbuh di bagian atasnya, jadilah kemaluan itu begitu mantab dan mempesona.

Ustazah Nur bukannya ikhlas diperhatikan seperti itu, tapi mau bagaimana lagi, mau mundur sekarang juga percuma, dokter Pram sudah terlanjur menatap kemaluannya. Ia sebenarnya malu bukan main, air mata mulai menetes di sudut kelopaknya, tapi apa yang bisa ia lakukan? Ini prosuder normal, hanya dengan begini dokter Pram bisa mendiagnosis penyakitnya, meski itu artinya ia harus merelakan dokter tua itu mengutak-atik kemaluannya. Ustazah Nur menghela nafas, demi kesembuhan, tampaknya ia harus rela melakukan itu.

Maaf, Ustazah, sekali lagi dokter Pram meminta maaf. Tanpa memperhatikan ekspresi Ustazah Nur yang malu dan takut, ia mengambil krim dari salah satu tube yang tertata rapi di meja dan mengoleskan ke telapak tangannya. Ustazah Nur memperhatikan dengan seksama saat dokter Pram meratakan krim itu ke permukaan kemaluannya.

Agar Ustazah nyaman dan tidak sakit. kata dokter tua itu sambil tangannya terus bergerak. Ustazah Nur bergidik, baru kali ini ada lelaki lain yang memegang kemaluannya, dan bukan cuma memegang, tapi sudah memijit dan menggesek-gesek meski sama sekali tidak terlihat punya niat buruk. Jari-jari dokter Pram bergerak dengan ringan, membelai bibir kemaluan Ustazah Nur, berusaha meratakan krim di tangannya sesempurna mungkin.

Vagina Ustazah Nur jadi terlihat licin dan mengkilap sekarang. Tadi saja sudah terlihat begitu indah, apalagi sekarang. Dokter Pram yang sering melihat kemaluan wanita saja, sempat berhenti sebentar karena saking terpesonanya. Sekilas ia menatap kemaluan Ustazah Nur tanpa berkedip, memperhatikan saat benda itu berkedut-kedut ringan seiiring nafas Ustazah Nur yang semakin cepat karena saking malunya. Ingin ia melihat lebih lama lagi, namun janji sumpah setianya sebagai dokter melarang hal itu. Maka sambil sedikit bergidik, dokter Pram menarik pandangannya.

Hah, Ustazah Nur menghela nafas lega, namun itu cuma sementara, karena selanjutnya sang dokter sudah bersiap untuk langkah berikutnya.

Ustazah tidak apa-apa? Saya akan memulai pemeriksaan, kata dokter Pram sambil mulai menutul dan menguak-nguak lubang kelamin Ustazah Nur dengan ujung jarinya.

Ustazah Nur yang tidak diberi kesempatan untuk bernafas, kontan mengeluh karenanya. Namun sepertinya dokter Pram tidak mengetahui, atau tidak peduli? Entahlah, yang pasti, laki-laki itu terus memegang dan memeriksa alat kelamin Ustazah Nur. Dengan jari-jari tangannya yang panjang dan keriput, dia terus mengelus dan memijitinya. Ditelusurinya vagina cantik Ustazah Nur tanpa berkedip, tiap bagiannya ia perhatikan dengan teliti. Air cinta Ustazah Nur yang mulai mengalir keluar diusapnya dengan hati-hati agar tidak menghalangi pandangan. Dokter Pram sepertinya jenis orang yang teliti.

Hmm, sepertinya semua baik-baik saja, kata laki-laki tua itu, tangannya terus bermain di permukaan kewanitaan Ustazah Nur.

Sang ibu guru muda yang diperlakukan seperti itu, sebenarnya ingin protes, namun tidak berani. Siapa tahu ini benar-benar prosedur normal, bukan seperti kata hatinya, yang merasa kalau jari-jari tangan dokter Pram seperti merangsang dirinya! Sama seperti yang biasa dilakukan suaminya ketika merayu untuk mengajak bercinta. Akibatnya, cairan kewanitaan Ustazah Nur jadi meleleh deras sekarang. Semakin lama menjadi semakin banyak. Karena malu, ia pun menguatkan diri untuk melayangkan protes. Ustazah Nur tidak ingin digoda lebih lama lagi. Sudah tahu kalau kewanitaannya baik-baik saja, kenapa masih dipegangi juga?

Ehm, dok... a-apa nggak sebaiknya pake s-sarung tangan? B-bersalaman aja k-kita tidak boleh, a-apalagi bersentuhan s-seperti ini! sergah Ustazah Nur dengan nafas panjang pendek. Wajah cantiknya sudah memerah karena malu.

Dokter Pram menoleh dan tersenyum bijak, Sarung tangan cuma membatasi feeling saya, Ustazah. Begini lebih baik, hasil diagnosanya bisa lebih akurat. kata laki-laki tua itu.

T-tapi... saya masih keberatan, Ustazah Nur mengeluh, ia berusaha keras melawan rangsangan yang datang... karena sambil berbincang, tangan dokter Pram terus memegang dan memijit-mijit kemaluannya.

Ustazah tenang saja, biar saya yang menanggung dosanya. Yang penting Ustazah cepat sembuh. doktor Pram menggunakan dua jarinya untuk menguak lubang kemaluan Ustazah Nur. Kalau tadi cuma permukaannya yang terlihat -yang mana itu sudah membuat Ustazah Nur malu bukan main-sekarang seluruh lorong dan celah kewanitaan sang Ustazah terlihat jelas.

Sungguh indah bukan main. Warna dan lipatannya yang masih tampak sempurna sanggup membuat dokter Pram terdiam. Lagi-lagi pria itu terpesona, bagaimana bisa wanita alim seperti Ustazah Nur yang jarang merawat tubuh bisa memiliki alat kelamin sebagus ini. Sungguh suatu anugrah dari yang kuasa. Mungkin ini yang namanya karunia, kalau tidak mau dikatakan mukjizat.

Ahh, dok... kembali Ustazah Nur membuka suara, mencoba untuk memprotes. K-katanya baik-baik saja, k-kenapa masih diteruskan? tanyanya dengan suara berat.

Tadi cuma bagian luar saja, yang dalam kan belum saya periksa. kilah dokter Pram. Dengan satu jari ia mengorek kemaluan Ustazah Nur.

Tak dinyana, Ustazah Nur yang sejak tadi sudah matian-matian berusaha menahan diri, tiba-tiba saja berteriak kencang. Dok, auw! jeritnya parau.

Doktor Pram sempat terkejut, namun selanjutnya tersenyum penuh pengertian. Kenapa, Ustazah? Sepertinya saya tidak menyentuh bagian yang sakit.

Ah, s-saya...

Belum selesai Ustazah Nur menjawab, dokter Pram sudah cepat memotong, Jangan bilang kalau jari saya lebih besar dari kemaluan suami Ustazah,

Ustazah Nur terdiam, matanya melotot, sementara mulutnya komat-kamit ingin membalas kekurang-ajaran dokter tua itu, namun ia tidak bisa mengeluarkan suara karena apa yang dikatakan oleh dokter Pram memang benar adanya. Memang tidak lebih kecil sih, tapi ukuran penis suaminya sama dengan jari dokter Pram (Menyedihkan bukan?) itulah kenapa ia menjerit, saat dokter Pram memasukkan jarinya, Ustazah Nur jadi merasa seperti disetubuhi.

Melihat keterpanaan Ustazah Nur, doktor Pram tersenyum nakal dan meneruskan aksinya. Tangannya kembali mengorek-ngorek vagina Ustazah Nur, sementara mulutnya berbisik, Punya saya lima kali lebih besar dari ini lho,

Hah, Ustazah Nur mendelik marah, sama sekali tidak menyangka kalau dokter tua yang kelihatan sopan itu kini menggodanya. Dokter jangan macam-macam ya, saya...

Kenapa, Ustazah ingin melihatnya? tantang dokter Pram dengan lebih berani. Ia nekad berbuat seperti itu karena meski melihat Ustazah Nur marah, tapi wanita itu seperti terlihat pasrah. Hanya mulut dan matanya yang memprotes, sementara gerak-gerik dan isyarat tubuhnya menunjukkan hal yang sebaliknya.

Bukan! Ustazah Nur menggeleng cepat, Mana mungkin ada yang punya barang sebesar itu, ujarnya kemudian dengan muka menunduk menahan malu, entah kenapa ia bisa berkata seperti ini, padahal biasanya ia paling anti berkata jorok.

Haha, dokter Pram tertawa, tangannya terus bergerak membelai kemaluan sang Ustazah cantik dengan mesra. Benda itu sudah sangat membanjir sekarang. Ustazah mau bukti? tanyanya menggoda.

Ustazah Nur terdiam, tubuh sintalnya menggeliat, namun tidak bisa melepaskan diri dari kekangan penyangga yang menahan kakinya. Usahanya memang tidak terlalu keras, karena meski ia tidak menginginkannya, perbuatan dokter Pram sanggup memancing gairahnya secara perlahan. Itu yang membuatnya jadi sedikit pasrah.

Dari tadi, benda ini bikin saya penasaran, kata dokter Pram sambil menekan pelan kelentit Ustazah Nur.

Auw! seperti tadi, kali ini perempuan cantik itu juga berteriak kesakitan.

Aha, sepertinya kita menemukan letak penyakit Ustazah. kata dokter Pram pura-pura gembira. Tangannya bergerak mengusap pelan kelentit Ustazah Nur, mencoba menaksir apa kiranya benjolan merah yang terasa kaku itu.

I-iya, dok... i-itu yang sakit. sahut Ustazah Nur dengan terengah-engah. Bukan saja karena kaget, tapi juga karena rangsangan birahi yang mulai menguasai tubuh sintalnya. Bagaimana tidak? Sambil mengusap kelentit, salah satu jari dokter Pram terus menjejalahi lubang kemaluannya. Laki-laki itu seperti merangsangnya. Misalkan ditambah jilatan, lengkaplah sudah ritual mesum itu.

Ini cuma benjolan biasa, tapi untuk memastikannya, kita harus melakukan tes lain. kata dokter Pram.

T-tes apa, d-dok? tanya Ustazah Nur dengan sedikit berbisik, ia mulai tidak bisa berpikir jernih. Tebalnya iman yang biasanya ia bangga-banggakan, perlahan terhapus oleh bayangan penis sang dokter yang katanya lima kali lipat besarnya. Kalau pakai jari saja sudah begini enak, gimana kalau pakai penis sungguhan? Ah, Ustazah Nur mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa berpikir seperti itu. Mencoba mengusir bayangan mesumnya, ia pun menarik nafas panjang.

Ustazah lelah? tanya dokter Pram yang melihat Ustazah Nur menghela nafas.

Ah, t-tidak. Saya cuma pingin rileks, Ustazah Nur melemaskan lagi tubuhnya yang tadi sempat tegang. Dengan dokter Pram yang menarik jarinya dan sekarang berdiri di sampingnya, ia jadi bisa melakukan itu.

Maaf tadi saya berlaku kurang ajar. Habisnya, tubuh Ustazah begitu indah. Baru kali ini saya dapat pasien yang sanggup bikin saya lepas kendali. kata dokter Pram dengan sangat terus terang.

Emm, tidak apa-apa, dok. Saya juga minta maaf, saya bisa mengerti kok. Ustazah Nur melirik selangkangan sang dokter yang kini tepat berada di sudut matanya, tampak benda itu sudah sangat menggembung, besar sekali. Apapun sesuatu yang ada di dalamnya, kini sudah terbangun dan menggeliat, menampakkan keperkasaannya. Tanpa sadar, Ustazah Nur menelan ludahnya. Bayangan penis yang besarnya lima kali lipat dari milik sang suami kembali menggoda pikirannya.

Saya ingin tahu reaksi tubuh Ustazah. Bukankah tadi ustazah bilang kalau perut bagian bawah yang sakit? Benjolan itu seharusnya tidak menghasilkan efek seperti itu. Saya takut ini karena sebab lain. kata dokter Pram.

M-maksud dokter g-gimana? tanya Ustazah Nur dengan terbata-bata. Matanya tetap melirik selangkangan si dokter tua.

Saya ingin mengecek tubuh Ustazah secara keseluruhan. kata dokter Pram.

S-saya harus check-up lengkap, gitu? tanya Ustazah Nur tak mengerti.

Dokter Pram tertawa, Iya, tapi itu nanti. Untuk sekarang, saya ingin melakukan pemeriksaan secara visual. Seperti yang saya lakukan pada kewanitaan ustazah.

Ustazah Nur terhenyak, tak tahu harus berkata apa. Dokter Pram ingin melihat seluruh tubuhnya! Apa ia tidak salah dengar? Diperiksa di bagian kemaluan saja sudah membuatnya malu setengah mati, sekarang malah dokter itu ingin melihat seluruh tubuhnya. Ini sudah tidak benar. Ia harus menolak. Seberapapun kuat gairah yang sudah menguasai tubuh sintalnya, Ustazah Nur mencoba untuk melawan. Harkat dirinya sebagai seorang wanita terhormat yang taat menjalankan ajaran agama sedang dipertaruhkan, dan ia tidak ingin kalah.

M-maaf, dok. Sepertinya s-saya tidak bisa melakukan itu. kata Ustazah Nur pada akhirnya. Inilah kalimat paling benar yang ia ucapkan selama 10 menit terakhir.

Dokter Pram menoleh. Kenapa, Ustazah malu? tanyanya.

Bukan hanya malu, ini memang tidak boleh. kata Ustazah Nur tegas.

Lalu bagaimana saya harus memeriksa Ustazah? tanya dokter Pram, mulai terlihat tidak sabar.

Tidak usah, cukup obati benjolan yang ada di kewanitaan saya saja. dan ngomong soal kewanitaan, Ustazah Nur jadi teringat pada lubang vaginanya yang sampai saat ini masih terbuka lebar bagi sang dokter. Dan tolong, tutupi milik saya. pintanya dengan muka jengah antara malu dan jengkel.

Dokter Pram mengangguk dan tersenyum, sedikit meminta maaf. Ah, iya. Maaf. segera ia menurunkan kembali celana dalam Ustazah Nur. Saat mengatur letaknya, jarinya sedikit menggesek, seperti sengaja menyentil kelentit sang ustazah untuk yang terakhir kali.

Sedikit berjengit, namun tidak bisa marah, Ustazah Nur menghela nafas lega. Untunglah, ia bisa lolos dari awal perbuatan zina.

Kemudian tit tit bunyi hpnya berbunyi ketika diangkat ternyata suami ku yang nelpon.
assalamu alaikum umi sekarang kamu dimana?
Waalaikum salam,sekarang umi di klinik,udah mau pulang kok abi
ya udah aku tunggu
baik abi
lalu aku tutup hpnya,
gimana dok keadaan saya
Perlu pemeriksaan tambahan bu
Maaf dok saya di suruh pulang sama suami
Jadi besok saya kesini lagi
Mari dok saya pulang dulu
Ustadzah nur pun segera pulang ke rumah.sesampai di rumah .


Assalamu alaikum abi
Waalaikum salam umi
Tanpa basa basi langsung di ajak kekamar.
Umi abi kangen nih, udah seminggu enggak ketemu
Langsung ku bopong ke kamar nya dan langsung memeluknya, dan mencium bibirnya. Tak sampai disitu, kurebahkan tubuhnya keatas ranjang dan kuhimpit dengan tubuhku. Kulanjutkan aktifitasku, mencium dan melumat bibirnya..
Tapi aku terus menciuminya, tanganku mulai menyusup kebalik baju nur. masuk sampai menyentuh payudara istriku yang masih terbunkus BH. Aku meremas lembut payudaranya yang montok itu. Istrku pun mendesah, aku terus meremas tidak lupa ciumanku terus melumat bibirnya. Aku mengalihkan ciumanku ke lehernya., jemari tanganku mulai nerayap kepunggungnya, dan terus melepas tali BHnya.

"BerhasilBatinku.
kali ini ciumanku lebih ganas dari pada yang pertama. Mulai dari bibir ke telinga terus menjalar ke lehernya. Jemari tanganku melanjutkan aksi lagi menarik keatas BH terus meremasnya, memuntir-muntir putingnya. diapun pasrah dan kelihatan mulai panas dengan permainan yang kuterapkan. Aku mengangkat tubuh nya dan membuka baju serta BHnya, kali ini ciumanku kuarahkan ke payudaranya. diapun menggeliat, apalagi tanganku menyentuh payudaranya yang satu lagi. Kami berdua telah bermandikan keringat, tangannya menjambak rambutku.

Permainanku jemariku mulai merangkak ke bawah dan berusaha menyelusup kebalik rok dan CDnya. Jemari tanganku menyentuh rambut kelaminnya, lalu jemariku menggesek-gesek sekitar liang vaginanya.istrku nur mendesah panjang dan membenamkan kepalaku kepayudaranya, untuk mendapatkan kenikmatan lebih. Setelah beberapa lama, ciumanku mulai merangkak kebawah sampai kebatas rambut vaginanya yang sedikit terbuka. Aku kemudian memeloroti rok dan CDnya, akupun demikian. Aku kembali terkagum melihat tubuh telanjang istriku walaupun sering aku melihatnya. Payudaranya putih padat berisi dihiasi puting susu yang berwarna coklat kemerah-merahan. Sementara Vaginanya dikelilingi rambut kelamin yang lebat.

Aku kembali beraksi, kali ini daerah sasaranku liang vaginanya. Aku menciumi dan menjilati yang agak menonjol disekitar liang vaginanya mungkin itu yang dinamakan kloritas.semakin ku intensifkan serangan ku disana akupun melepaskan boxerku Setelah beberapa lama ciumanku kembali keatas, merentangkan tangannya yang menutupi payudaranya. Terus menjilati tubuhnya dan akhirnya mnedarat lagi di bibirnya. Batang penisku dengan mulut vagina istriku saling beradu. Ini menyebabkan batang penisku ingin dimasukkan ketempatnya. Aku mengatur posisi dan melebarkan kaki
umi jangan kaget ya ini adalah hadiah dari aku karena umi sudah setia sama akudengan keadaan ku ini
apa sih abi ayo dong
Aku mengambil posisi yang pas, batang penisku kuarahkan ke vaginanya mulai memasuki pintu kewanitaannya.akh abi
Diapun lang sung bangun dan melihat penis aku.karena sekarang sudah berbeda ini ide dari temanku yang menyarankan aku ke make rot. Sekarang penisku berukuran 17 cm.
Abi apakan penisnya kok bias seperti inisambil memegang penisku
Emang umi enggak suka,aku malu umi umi kelihatan tidak pernah puas berhubungan dengan aku
Ayoalah umi sekarang abi udah enggak tahan nih
Pelan2 ya abi
Akupun mengarahkan ke vaginanya Seperti masih perawan, batang penisku sering melenceng memasuki liang vagina Bu Denok, aku terus berusaha dan akhirnya masuk juga batang vaginaku keliang vagina istriku. istriku mendesah panjang dan badannya berguncang.
"Gila enak banget. "
istriku telah sedikit tenang dan batang penisku telah masuk sedikit demi sedikit. Akhirnya semua batang kejantananku tenggelam di liang senggama istriku. Aku menggoyangkan pinggulku sehingga batang kejantananku keluar masuk di liang senggamanya. Makin lama makin cepat, istriku mendesah sambil menyebut namaku. Erangan yang panjang disertai cairan hangat menerpa batang kejantananku yang masih berada didalamliang senggama istriku. Rupanya istriku telah mencapai orgasme akupun membiarkan dia menikmati orgasmenya,
Gimana dik enak
Enak banget abi
Maaf ya umi enggak sedari dulu kulakukan.
Enggak papa kok abi
Umi masih mau lagi aku belum keluar nih
Akupun menggenjot lagi sedang tangan ku tak tinggal diam meremas payudaranya.akupun membalikkanya kemudian akutusuk dari belakang sambil tanganku tetap meremas payu dara nya.tak berapa lama diapun orgasme lagi hingga dia pun ambruk. Akupun membalikkanya dan mengangkat kakinya ke pundakku hingga terasa vaginanya semakin menjepit peniskuakupun menggenjotnya lagi dengan cepat.
"Aahh.. ohh ahh.. sshh.. aku mau keluar nih.. ahh", lalu aku memeluk istriku sambil meremas-meremas buah dadanya. Sementara itu, diapun memelukku kuat-kuat sambil mengoyang-goyangkan pantatnya. "Ah umi juga mau keluar lagi ahh.. shh.." lalu dengan sekuat tenaga kutekan kontolku ke liang kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat. "Seerr.. serr.. crot.. crot.." diapun menggigit pundakku
Abiiiiiiiii
Ketika aku mau mencopotnya
Pelan2 abi
Abi kok penisnya bisa kayak gitu gimana caranya?
Aku pergi ke alternative untuk berobat kamu enggak senang aku kecilin lagi yaa
Jangan abi
sambil memegang penisku ,akhirnya bangkit lagi ketika kulihat jam ternyata udah sore.
Abi masih mau
Kamu emang masih bisa
Akh abi mumpung ada enak nih
Aku mencium nya udah sore entar malam lagi yaa.