Monday, April 13, 2015
12:03 PM

The untold stories of harry potter - luna

Terinspirasi dari seringnya seri Harry Potter disiarkan di tv (walaupaun yang menjengkelkan acara stasiun tv yang bersangkutan yang dimuat di surat kabar sering tidak sama dengan kenyataannya, jadi ku berpikir apa gunanya mencetak acara tv tersebut di surat kabar kalu sering tidak sama dengan kenyataannya), ku mencoba untuk menulis kembali cerita2 sex seperti dahulu. Tentunya cerita yang kutulis ini tidak bermaksud untuk menceritakan sihir2nya tetapi kenikmatan yang didapat Harpot dari
temen2 prempuan yang selalu ada disekitarnya dalam cerita aslinya, Ginny Weasly, Fleur Delacour, Chochang, Hermione Granger dan Luna Lovegood. cerita ini mengambil setting setelahsetelah masa damai terjadi di dunia sihir setelah musnahnya Voldemort dan geng nya.

Ketika masi sekolah, salah satu sahabat prempuanku yang cantik adalah Luna, walaupun sering berperilaku rada aneh tapi aku suka ma Luna karena dia selalu ngomong apa adanya dan gak berpura2. Setlah lulus skolah dah cukup lama aku gak ketemu Luna sampe suatu hari aku ketemu dia di satu supermarket. Dia sedang blanja kebutuhan rumah tangga saja, Aku memandangi sosok prempuan yang duduk didepanku. Tinggi tubuhnya sekitar 157 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Luna mengenakan celana pendek ketat yang lumayan pendek, 15 senti diatas lutut. Paha dan betis yang tidak ditutupi celana pendeknya itu tampak amat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dihiasi bulu2 halus yang pendek. Pinggulnya yang besar melebar. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara baju lengan pendek tidak dikancingkan disebelah tas sehingga menyebabkan belahan toketnya yang tidak terlalu besar menyembul di belahan baju. Lehernya jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Segera kami terlibat dalam ngobrol yang seru sambil bercanda2 mengenang masa2 ketika masi sekolah di Hogwarts dulu sambil belanja. Dia ngajak aku kerumahnya, kutolak secara halus tapi dia terus memaksa, dia bilang dia kesepian dirumah karena suaminya lebih mementingkan pekerjaannya sedang dia tidak diijinkan untuk bekerja. Karena sulit untuk menolaknya maka aku bersedia menemani dia. Dirumahnya kubantu dia memasukkan bahan2 kebutuhan yang baru dia beli ditempatnya, makanan dan minuman di lemari es, sedang sabun, cairan pembersih lantai, dan sebangsanya kumasukan ke lemari pantri dan dilemari deket mesin cuci .

Aku duduk di meja makan. Luna mengambilkan teh buatku dan kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Luna keluar hanya mengenakan daster tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan toket yang membusung. Luna tidak mengenakan bra, sehingga kedua pentilnya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Luna beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakangiku, aku menatap tubuhnya dari belakang yang sangat merangsang. Melihat Luna sewaktu membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya bila tubuh tersebut digeluti dari arah belakang. Kuperhatikan gerak tubuhnya dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah kakinya. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan kon tolku di gundukan pantatnya. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, kon tolku berdiri melihat tubuhnya. Dan ingin rasanya kuremas-remas toketnya habis-habisan.

Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem2. kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Luna tidak menyadari bahwa belahan daster di dadanya mempertontonkan toketnya kala agak merunduk. kon tolku pun menegang. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal sex. "kamu gak puas ya sama suami kamu", kataku to the point. Luna tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. "Kok kamu tau sih", jawabnya lirih. "Kan kamu tadi bilang suami kamu lebih mementingkan kerjaan dari dirimu sampe kamu kesepian, kamu jablay ya Lun". "Iya Har, dah jarang digarap, kalo maen dia cepet banget kluarnya. Aku baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya aku cuma jadi pemuas napsunya aja", Luna mulai curhat. Aku hanya mendengarkan curhatannya saja. "Kamu liat tv dulu ya, aku mo nyiapin makan buat kita berdua, kamu gak buru2 mesti pulang kan", katanya mengakhiri pembicaraan seru.

Ketika makan, kita ngobrol soal yang lain, Luna berusaha tidak mengarahkan pembicaraan kearah yang tadi. Otak ku dah kadung jadi ngeres kerna ngebayangin aku bisa muasin dia hari ini. Kalo Luna tertawa, ingin rasanya kulumat habis-habisan bibirnya. Ingin rasanya kusedot-sedot toket nya dan ingin rasanya kuremas-remas pantat kenyal Luna itu sampai dia menggial-gial keenakan. Selesai makan, Luna membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, Luna terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah ketika Luna membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Luna membentur rak kayu. "Aduh", Luna mengerang kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong Luna kekamarnya. Kuletakkan Luna di ranjang. Belahan daster terbuka lebih lebar sehingga aku dapat dengan leluasa melihat kemontokan toketnya. Nafsuku pun naik. kon tolku semakin tegang. ketika aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya. Luna berusaha meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betis nya. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis tersebut seraya kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut. "Pelan Har, sakit", erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Luna, kupandang wajahnya. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Luna sudah tertidur. Mungkin karena lelah setelah belanja dan menyiapkan makan untukku juga. rumah. Aku semakin melemahkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali.

Kupandangi Luna yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya wajahnya. Lehernya jenjang. Toketnya bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya. pentilnya menyembul dari balik dasternya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang besar melebar. Daster tersebut tidak mampu menyembunyikan garis segitiga CD yang kecil. Terbayang dengan apa yang ada di balik CDya, kon tolku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih terbuka karena daster yang tersingkap. Kuelus betisnya. Kusingkapkan bagian bawah dasternya sampai sebatas perut. Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari CD yang minim. Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Luna. Kueluskan perlahan ibu jariku di belahan bibir nonoknya. kuciumi paha mulus tersebut berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha tersebut secara otomatis bergerak membuka agak lebar.

Napsuku makin memuncak, kulepaskan celana dan cd ku. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betis nya. Kutempelkan kepala kon tolku yang sudah ngaceng berat di pahanya. Rasa hangat mengalir dari paha Luna ke kepala kon tolku. kugesek-gesekkan kepala kon tol di sepanjang pahanya. kon tolku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat. Nafsuku semakin tinggi. Aku semakin nekad. Kulepaskan daster Luna, Luna terbangun karena ulahku. "KAmu mo ngapain aku", katanya lirih. Aku terkejut dan segera menghentikan aksiku. Aku memandangi tubuh mulus Luna tanpa daster menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh membangkitkan birahi. toket yang membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilnya berdiri tegak.

"Aku mo berbagi kenikmatan ma kamu, kamu mau gak", kataku perlahan sambil mencium toket nya. Luna diam saja, matanya terpejam. Hidungku mengendus-endus kedua toket yang berbau harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku.pentil toket kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badannya sedikit tersentak ketika pentil itu kugencet perlahan dengan menggunakan lidah dan gigi atasku. "Har", rintihnya, rupanya tindakanku membangkitkan napsunya juga. Karena sangat ingin merasakan kenikmatan dien tot, Luna diam saja membiarkan aku menjelajahi tubuhnya. kusedot-sedot pentil toketnya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak
kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Kini pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku. Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajah Luna tampak sedikit berubah, seolah menahan suatu kenikmatan. Kedua toket harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. kon tolku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli toket dengan bibir, lidah, dan wajahnya, aku terus menggesek-gesekkan kon tol di kulit pahanya yang halus dan licin. Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Luna. perlahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kugesek- gesekkan wajahku di lekukan tubuh yang merupakan batas antara gumpalan toket dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian.

Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Luna. Sementara gesekan-gesekan kepala kon tolku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyusuri perut sekeliling pusarnya yang putih mulus. wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan- lahan. Kecupanku pun berpindah ke CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Kususuri pertemuan antara kulit perut
dan CD, ke arah pangkal paha. Kujilat helaian- helaian bulu jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kuendus dan kujilat CD pink itu di bagian belahan bibir nonoknya. Luna makin terengah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya menahan kenikmatan yang dirasakannya.

Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut kukangkangi tubuhnya. kon tolku yang tegang kutempelkan di kulit toket Luna. Kepala kon tol kugesek-gesekkan di toket yang montok itu. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala kon tol terus kugesekkan di toketnya, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit aku melakukan hal itu. Kuraih kedua belah gumpalan toket Luna yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Luna dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang kon tolku kujepit dengan kedua gumpalan toketnya. Kini rasa hangat toket Luna terasa mengalir ke seluruh batang kon tolku. Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur kon tolku di cekikan kedua toket Luna. Kekenyalan daging toket tersebut serasa memijit-mijit batang kon tolku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala kon tolku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala kon tolku tersembunyi di jepitan toketnya. Lama-lama gerak maju-mundur kon tolku bertambah cepat, dan kedua toket nya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang kon tolku semakin kuat. Aku pun
merem melek menikmati enaknya jepitan toketnya. Luna pun mendesah-desah tertahan, kon tolku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi belahan toket Luna. Oleh gerakan maju-mundur kon tolku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan-tekanan dan remasan- remasan tanganku di kedua toketnya, cairan itu menjadi teroles rata di sepanjang belahan dadanya yang menjepit batang kon tolku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya kon tolku di dalam jepitan toketnya.

Dengan adanya sedikit cairan dari kon tolku tersebut aku merasakan keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala kon tolku dengan toketnya. aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafas Luna menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya , yang kadang diseling desahan lewat hidungnya. Desahan-desahan Luna semakin membuat nafsuku makin memuncak. Gesekan-gesekan maju-mundurnya kon tolku di jepitan toketnya semakin cepat. kon tolku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang kon tolku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. "Enak sekali, Lun", erangku tak tertahankan. Aku menggerakkan maju-mundur kon tolku di jepitan toket Luna dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari kon tol ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Luna. Alis matanya bergerak naik turun seiring dengan desah-desah perlahan bibirnya akibat tekanan- tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu. Toket sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku.

Tangan kananku lalu membimbing kon tol dan menggesek-gesekkan kepala kon tol dengan gerakan memutar di kulit toketnya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas toket kiri Luna, kon tolku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala kon tolku kugesekkan memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya. kucopot CD minimnya. Pinggul yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan amat mulus. Di bawah perutnya, jembut yang menutupi daerah sekitar lobang nonoknya. Kedua paha mulus Luna kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan di bawah perut tadi terkuak, mempertontonkan nonoknya.

Aku pun mengambil posisi agar kon tolku dapat mencapai no nok Luna dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang batang kon tol, kepalanya kugesek- gesekkan ke jembut Luna. Rasa geli menggelitik kepala kon tolku. kepala kon tolku bergerak menyusuri jembut menuju ke no noknya. Kugesek-gesekkan kepala kon tol ke sekeliling bibir no noknya. Terasa geli dan nikmat. kepala kon tol kugesekkan agak ke arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang no nok itu menjadi basah.

Kugetarkan perlahan-lahan kon tolku sambil terus memasuki lobang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut no nok Luna. Jepitan mulut no nok itu terasa hangat dan enak sekali. Kembali dari mulut Luna keluar desisan kecil tanda nikmat tak terperi. kon tolku semakin tegang. Sementara dinding mulut no nok Luna terasa semakin basah. Perlahan-lahan kon tolku kutusukkan lebih ke dalam. Kini tinggal separuh batang yang tersisa di luar. Secara perlahan
kumasukkan kon tolku ke dalam no nok. Terbenam sudah seluruh batang kon tolku di dalam no nok Luna. Sekujur batang kon tol sekarang dijepit oleh no nok Luna dengan sangat enaknya. secara perlahan-lahan kugerakkan keluar- masuk kon tolku ke dalam nonoknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam no nok hanya kepala kon tol saja. Sewaktu masuk seluruh kon tol terbenam di dalam no nok sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar biasa kini seolah memijiti seluruh bagian kon tolku. Aku terus memasuk-keluarkan kon tolku ke lobang nonoknya. Alis matanya terangkat naik setiap kali kon tolku menusuk masuk nonoknya secara perlahan. Bibir segarnya yang sensual sedikit terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut sexy itu keluar desis kenikmatan, "besar banget kontolmu Har, nikmatnya....".

Aku terus mengocok perlahan-lahan nonoknya. Enam menit sudah hal itu berlangsung. Kembali kukocok secara perlahan nonoknya. Kurasakan enaknya jepitan otot-otot no nok pada kon tolku. Kubiarkan kocokan perlahan tersebut sampai selama dua menit. Kembali kutarik kon tolku dari no nok Luna. Namun kini tidak seluruhnya, kepala kon tol masih kubiarkan tertanam dalam mulut no noknya. Sementara batang kon tol kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya Rasa enak itu agaknya dirasakan pula oleh Luna. Luna mendesah-desah akibat sentuhan-sentuhan getar kepala kon tolku pada dinding mulut nonoknya. Tiga menit kemudian kumasukkan lagi seluruh kon tolku ke dalam no nok Luna. Dan kukocok perlahan. Kunikmati kocokan perlahan pada nonoknya kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat gerakan keluar-masuk kon tolku pada no noknya. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur kon tolku. Aku sampai tak kuasa menahan ekspresi keenakanku. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, "nonokmu luar biasa, Lun". Gerakan keluar-masuk secara cepat itu berlangsung sampai sekitar empat menit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur kon tolku. Berarti beberapa saat lagi aku akan ngecret.

Kucabut kon tolku dari no nok Luna. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi tubuhnya agar kon tolku mudah mencapai toketnya. Kembali kuraih kedua belah toket montok itu untuk menjepit kon tolku yang berdiri dengan amat gagahnya. Agar kon tolku dapat terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. kon tol kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan toketnya. Cairan no nok Luna yang membasahi kon tolku kini merupakan pelumas pada gesekan-gesekan kon tolku dan kulit toketnya. "hangatnya...nikmatnya...memek kamu luar biasa Lun", aku merintih-rintih keenakan. Luna juga mendesis-desis keenakan, Giginya tertutup rapat. Alis matanya bergerak ke atas ke bawah. Aku mempercepat maju-mundurnya kon tolku. Aku memperkuat tekananku pada toketnya agar kon tolku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat kon tolku. Rasa hangat menyusup di seluruh kon tolku. Karena basah oleh cairan no nok, kepala kon tolku tampak amat mengkilat di saat melongok dari jepitan toket Luna. Leher kon tol yang berwarna coklat tua dan helm kon tol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketnya. Lama-lama rasa gatal yang menyusup ke segenap penjuru kon tolku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat kocokan kon tolku pada toket Luna. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat kon tolku di toket montok itu berlangsung. Dan ketika rasa gatal dan enak di kon tolku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan kon tol di kempitan toket indah Luna dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku. "Luna", pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak. Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel kon tolku saat menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!

Pejuku menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai mengenai rahang Luna. berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leher Luna. Peju yang tersisa di dalam kon tolku pun menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas belahan toketnya. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan. "Luar biasa Lun, nikmat sekali tubuhmu", aku bergumam. "Kok gak dikeluarin di dalem aja si", kata Luna lirih. "Gak apa kalo ngecret didalem Lun". jawabku. "Gak apa Har, aku pengen ngerasain kesemprot peju anget. Tapi aku ngerasa nikmat sekali Har, belum pernah aku ngerasain kenikmatan seperti ini", katanya lagi. "Ini baru ronde pertama, mau lagi kan ronde kedua". "Maulah, tapi ngecretnya didalem ya". "Kok dari tadi kamu diem aja si". "Bingung aku tapi nikmat banget si". Luna menggeliatkan badannya. Aku segera mengelap kon tol dengan tissue yang ada di atas meja. beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap pejuku yang berleleran di rahang, leher, dan toket Luna. Ada yang tidak dapat dilap, yakni cairan pejuku yang sudah terlajur jatuh di rambut kepalanya. "Kamu mo kemana". "Mo ngambilin minum buat kamu Lun". "Buruan".Rupanya Luna sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi. Aku kembali membawa gelas berisi air putih, kuberikan kepadanya yang langsung menenggaknya sampe habis. Aku keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas aku memandangi toket indah yang terhampar di depan mataku tersebut. mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke nonoknya yang dikelilingi oleh bulu jembut. Betapa enaknya
ngen totin Luna. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat tubuhnya. Mengocok nonoknya dengan kon tolku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku dapat menyemprotkan pejuku di dalam no noknya sambil merengkuh kuat-kuat tubuhnya saat aku nyampe.

Nafsuku terbakar. "Luna", desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya. Sementara Luna pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku. Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuhnya sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Luna pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, toketnya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari tangan Luna mulai meremas-remas kulit punggungku. Luna pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuh Luna sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus mendekap tubuhnya sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketnya yang montok menekan ke dadaku. Dan ketika saling sedikit bergeseran, pentilnya seolah-olah menggelitiki dadaku. kon tolku terasa hangat dan mengeras. Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Luna, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. kon tolku tergencet perut bawahku dan perut bawah Luna dengan enaknya.

Sementara bibirku bergerak ke arah lehernya.kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku. "Aaaaahhhh....", desah Luna sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya. Luna pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya, dan meremas-remas toket tersebut dengan perasaan gemas. Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi toket. Kugeluti belahan toket Luna, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah toketnya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan toket itu.

bibirku bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Kuciumi bukit toket nya, dan kumasukkan pentil toket di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot pentil toket kiri Luna. Kumainkan pentil di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. "Aaaaahhhh....", kembali Luna mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada pentilnya. "Har....aaaaahhhh....geli....ngilu....enak.... ", desahnya lagi. Aku semakin gemas. toket Luna itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya pentilnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain
kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya.

"Aaaah...terus...hzzz...ngilu...", Luna mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tuya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya. Sampai akhirnya Luna tidak kuat melayani serangan-serangan awalku. Jari-jari tangan kanan Luna yang mulus dan lembut menangkap kon tolku yang sudah berdiri dengan gagahnya. "Kontol kamu besar banget", ucapnya. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketnya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kon tolku secara berirama. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kon tolku. kurengkuh tubuhnyadengan gemasnya. Kukecup kembali daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya.

Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah toketnya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah. Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit toket kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kon tolku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke perutnya. Luna pun menggelinjang ke kiri-kanan. "Aaaaah....ngilu...terus....geli....enaknya... .", Luna merintih-rintih sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di toketnya. Akibatnya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kon tolku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan perutnya merasa semakin keenakan. "Lun, enak sekali....sssh...luar biasa...enak sekali...", aku pun mendesis-desis keenakan. "Kamu keenakan ya? Batang kon tol kamu terasa besar dan keras sekali menekan perut ku. Wow, kon tol kamu terasa hangat di kulit perutku. tangan kamu nakal sekali ...ngilu", rintih Luna. "Jangan mainkan hanya pentilnya saja, remas seluruhnya dong", Luna semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku. Dia sudah makin liar saja desahannya, rupanya dia sangat menikmati gelutannya. "diremas yang kuat sekalian. Tangan kamu nakal sekali,,,ngilu. kon tol kamu besar sekali...kuat sekali." Luna menarik wajahku mendekat ke wajahnya. bibirnya melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya.

Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya. Kemudian aku menindihi tubuh Luna. kon tolku terjepit di antara pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kon tolku yang tegang dan keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kon tolku untuk mencari liang nonoknya. Kuputar-putarkan dulu kepala kon tolku di kelebatan jembut disekitar bibir no nok Luna. Luna meraih batang kon tolku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar. "kon tol kamu besar dan keras sekali", katanya sambil mengarahkan kepala kon tolku ke lobang nonoknya. kepala kon tolku menyentuh bibir no noknya yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, kon tol kutekankan masuk ke liang no nok. Kini seluruh kepala kon tolku pun terbenam di dalam no noknya.

Aku menghentikan gerak masuk kon tolku. "teruskan masukin...Sssh...enak...jangan berhenti sampai situ saja", Luna protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kon tolku hanya masuk ke lobang nonoknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kon tolku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Luna menggelinjang- gelinjang
dengan tidak karuan. "sssh...enak...enak...geli. Terus masukin, Har". Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. kon tolku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam no nok Luna dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang kon tolku bagaikan diplirid oleh bibir nonoknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! "Auwww!" pekik Luna. Aku diam sesaat, membiarkan kon tolku tertanam seluruhnya di dalam no nok Luna tanpa bergerak sedikit pun. "Sakit",
kata Luna sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.

Aku pun mulai menggerakkan kon tolku keluar-masuk no nok Luna. Aku tidak tahu, apakah kon tolku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang no nok Luna yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kon tolku yang masuk no noknya serasa dipijit-pijit dinding lobang no noknya dengan agak kuatnya. "Bagaimana Lun, sakit?" tanyaku. "Sssh...enak sekali... kon tol kamu besar dan panjang sekali sampai- sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang no nok ku", jawabnya. Aku terus memompa no nok Luna dengan kon tolku perlahan-lahan. toketnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua pentilnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku. kon tolku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot nonoknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kon tolku menyentuh suatu daging hangat di dalam no nok Luna. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala kon tol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat. Aku mengambil kedua kakinya dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kon tolku tidak tercabut dari lobang no noknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Luna kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekaan ke wajahku. Sambil terus mengocok no noknya perlahan dengan kon tolku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil
mempertahankan gerakan kon tolku maju-mundur perlahan di no nok Luna.

Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah toketnya. Masih dengan kocokan kon tol perlahan di nonoknya, tanganku meremas-remas toket Luna. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua pentilnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. pentil itu semakin mengeras, dan bukit toket itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Luna pun merintih-rintih
keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. "geli...ngilu...Sssh...terus Har, kon tol kamu membuat no nok aku merasa enak sekali. Nanti jangan dingecretinkan di luar nonokku ya. Ngecret di dalam saja". Aku mulai mempercepat gerakan masuk- keluar kon tolku di no nok Luna. "Ah- ah-ah...bener gitu...yang cepat...Terus..." Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Luna. Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kon tolku di no nok Luna. Terus dan terus. Seluruh bagian kon tolku serasa diremas- remas dengan cepatnya oleh no nok Luna. Mata Luna menjadi
merem-melek. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa. "Sssh...enak sekali nonokmu". "Iya Har, aku juga merasa enak sekali... terusss..." Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kon tolku pada nonoknya. "sssh...Terus...aku hampir nyampe...sedikit lagi...sama-sama ya", Luna jadi mengoceh tanpa kendali.

Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau ngecret. Namun aku harus membuatnya nyampe duluan. Sementara kon tolku merasakan no nok Luna bagaikan berdenyut dengan hebatnya. "Ah-ah-ah-ah-ah....aku mau keluar..ah-ah- ah-ah-ah...sekarang ke-ke-ke...." Tiba- tiba kurasakan kon tolku dijepit oleh dinding no nok Luna dengan sangat kuatnya. Di dalam no nok, kon tolku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari no nok Luna dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Luna meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Luna pun berteriak tanpa kendali: "keluarrr". Mata Luna membeliak-beliak. Sekejap tubuh Luna kurasakan mengejang. Aku pun menghentikan genjotanku. kon tolku yang tegang luar biasa kubiarkan tertanam dalam no nok Luna. kon tolku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan no nok Luna. Kulihat mata Luna memejam beberapa saat dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding no noknya pada kon tolku berangsur-angsur melemah, walaupun kon tolku masih tegang dan keras.

Kedua kaki Luna lalu kuletakkan kembali di atas ranjang dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Luna dengan mempertahankan agar kon tolku yang tertanam di dalam nonoknya tidak tercabut. "luar biasa...rasanya seperti ke langit ke tujuh...", kata Luna dengan mimik wajah penuh kepuasan. kon tolku masih tegang di dalam no noknya. kon tolku masih besar dan keras. Aku kembali mendekap tubuh Luna. kon tolku mulai bergerak keluar-masuk lagi di no nok Luna, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding no nok Luna secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kon tolku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kon tolku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan yang disemprotkan oleh no nok Luna beberapa saat yang lalu. "Ahhh...langsung mulai lagi. Sekarang giliran kamu.. semprotkan peju kamu di nonokku.. Sssh...", Luna mulai mendesis- desis lagi. Bibirku mulai memagut bibir Luna dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas toket Luna serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak
maju-mundur kon tolku di no noknya. "Sssh...enak Har, enak...teruss...," desis Luna. Sambil kembali melumat bibir Luna dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kon tolku di no noknya. Pengaruh adanya cairan di dalam no nok Luna, keluar-masuknya kon tol pun diiringi oleh suara, srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret. Luna tidak henti- hentinya merintih kenikmatan. kon tolku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari toketnya. Kedua tanganku kini dari ketiak Luna menyusup ke bawah dan
memeluk punggungnya. Tangan Luna pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar- masuknya kon tolku ke dalam no nok Luna sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kon tol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk no nok Luna sedalam-dalamnya. kon tolku bagai diremas dan dihentakkan kuat- kuat oleh dinding no nok Luna. Sampai di langkah terdalam, mata Luna membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, "Ak!" Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar no nok, kon tol kujaga agar
kepalanya tetap tertanam di lobang no nok. Remasan dinding no nok pada batang kon tolku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir no nok yang mengulum batang kon tolku pun sedikit ikut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini Luna mendesah, "Hhh..." Aku terus menggenjot no nok Luna dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Luna meremas punggungku kuat-kuat di saat kon tolku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang nonoknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kon tolku dan no nok Luna menimbulkan bunyi srottt-srrrt... srottt-srrrt...srottt-srrrt. Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Luna: "Ak!...Hhh...Ak!...Hhh". kon tolku terasa empot-empotan luar biasa. "Lun, Enak sekali nonokmu...nonokmu hangat sekali...jepitan nonokmu enak sekali". "terusssss....", rintih Luna, "enak bangettttt...." Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kon tolku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kon tolku ke no noknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kon tolku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di kon tol pun semakin menghebat. "Luna...aku...aku..." Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.

"Aku mo nyampe lagi Har...Ak- ak-ak...aku nyam,,,,", Tiba-tiba kon tolku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding no nok Luna mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam kon tolku. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kon tolku terasa disemprot cairan no nok Luna, bersamaan dengan pekikan Luna, "aku nyampee..." Tubuh Luna mengejang dengan mata membeliak-beliak. "Luna, aku...", aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Luna sekuat- kuatnya. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Pejuku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejuku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding no nok Luna yang terdalam. kon tolku yang terbenam semua di dalam no nok Luna terasa berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya aku dan Luna terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Aku menghabiskan sisa-sisa peju dalam kon tolku. Cret! Cret! Cret! kon tolku menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam no nok Luna. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuh Luna maupun tubuhku tidak mengejang lagi. Aku menciumi leher mulus Luna dengan lembutnya, sementara tangan Luna mengusap- usap punggungku dan engelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil ngentotin Luna.