sebelumnya : http://www.semprotku.com/showthread....post1890488920
Dibulan awal kelas tiga SM*, ada puting beliung yang memporakporandakan sebagian genteng sekolah kami yang memang sudah uzur. Karena ada perbaikan atap sekolah, maka sebagian kelas menumpang ke kelas lain dan masuk siang, termasuk kelasku. Karena masuk siang, aku tidak terburu-buru mandi pagi. Kamar mandi dirumah kakek berada di ruang terbuka, di halaman rumah yang dikelilingi pagar, sehingga masih berada didalam lingkungan rumah.
Suatu hari saat baru mau mulai mandi, kudengar ada yang masuk kehalaman rumah. Orang itu lalu menimba air di sumur dan mengisi bak mandi dikamar mandi.
"Jar, aku numpang mandi ya..sumur di rumah kering", ternyata Bi (tante) Neneng tetangga kakek. Memang kalau musim kemarau banyak sumur kering. Sedangkan sumur kakek dalamnya hampir 30 meter sehingga masih ada airnya. Aku kenal dan akrab dengan Bi Neneng karena sejak nenek meninggal tiga tahun lalu, ia sering mengantarkan makan untuk kakek dan aku.
"Ya Bi, tapi aku baru mulai mandi", sahutku sambil jongkok dibawah pancuran bak mandi.
Lima kali nimba, bi Neneng langsung nyelonong masuk ke kamar mandi yang memang pintunya hanya selembar seng yang digeser. Lalu langsung bugil, membuka tutup pancuran, jongkok dan langsung mandi. Memang didalam kamar mandi itu ada dua pancuran bak.
"Maaf ya, buru-buru", katanya tanpa mempedulikanku yang kaget dan terpana
"Iya Bi", jawabku sambil tetap terpana melihat Bi Neneng bugil di depanku. Waktu itu usianya 26 tahun. walaupun mukanya biasa saja, tapi tubuhnya langsing dengan kulit mulus coklat langsat. Susunya lebih besar dari Ceu Kokom. Putingnya juga lebih besar, mungkin karena dia sudah punya dua anak. Melihat pemandangan ini penisku segera tegang.
Saat sabunan, terpaksa aku berdiri. Dan karena penisku ngaceng maka aku menghadap membelakangi Bi Neneng.
"Kok balik badan? Malu ya, karena titit (penis) kecilnya ngaceng..", Bi Neneng mencandai
Tak lama Bi Neneng juga berdiri untuk sabunan. Aku penasaran untuk melihat bagian vaginanya yang tadi tertutup saat jongkok. Kalau berdiri, harusnya vaginanya terlihat, pikirku. Maka aku beranikan menoleh untuk melihat Bi Neneng. Ternyata bulunya tidak lebat dan kelihatan belahan bibir vaginanya. Membuatku tambah ngaceng.
Tiba-tiba Bi Neneng berhenti sabunan, "coba balik badan, aku mau lihat". Bi Neneng memegang pundakku dan memutar tubuhku menghadapnya.
"Hah, gede amat" ujarnya kaget sambil tangannya menutup mulut karena takjub. Rupanya waktu tadi aku menoleh melihat vaginanya sekilas ia melihat penisku.
"Tititmu kena penyakit ya?" tanyanya
"Nggak Bi, aku dikasih tahu Ceu Kokom cara membesarkan titit" jawabku sambil menceritakan caranya.
Bi Neneng menghampiri, memegang penisku dan membersihkan busa sabun yang masih menempel di penis, buah zakar dan sekitarnya.
"Kamu normalkan? Suka mimpi basah?", dia menyelidiki
"Iya beberapa kali", jawabku
"Pernah mimpi basah waktu bangun?"
"Maksudnya?", tanyaku
"Pernah mengeluarkan mani (sperma) waktu bangun?", ia bertanya
"Belum", jawabku
Bi Neneng mengambil sabun lalu menyabuni penisku yang masih tegang. Lalu ia menggosok-gosok dan mengocok-ngocok penisku. Aku kaget, tapi terasa nikmat.
"Diapain Bi?" tanyaku
"Ngetes ngeluarin mani"
Bi Neneng terus menambah sabun dan mengocok-ngocok penisku. Aku meregang-ngerang.
"Kok nggak keluar sih?" setelah 15 menit mengocok. Tapi melihatku merem melek dan meregang-ngerang dia terus mengocok. Makin lama makin cepat dan makin cepat. Aku meregang, mendesah dan menggoyang-goyangkan pinggulku.
Akhirnya aku merasakan seperti ingin pipis, tapi berbeda. Seperti ada yang mau meledak keluar dari penisku.
"A aaaahhhhh.." ada sesuatu keluar dari penisku, sesuatu yang kental berwarna putih. Muncrat kemana-mana dilantai kamar mandi itu.
"Nah , tuh bisa keluar mani. Kamu sehat", kata Bi Neneng.
"Enak banget Bi" ujarku terbata-bata. Tubuh ini lemas rasanya.
"Memang enak. Sudah, mandi lagi sana", kata Bi Neneng. Lalu ia segera menuntaskan mandinya dan terburu-buru pergi.
Besoknya aku menunggu di kamar mandi. Dan sengaja tidak segera mandi, menunggu Bi Neneng datang. Tak lama kemudian dia datang, menimba dan mandi bareng lagi.
"Mau dikocok lagi tititnya?", ia seperti tahu mauku yang telah berdiri dengan penis tegang
"Iya..", jawabku girang.
Dan mulailah ia menyabuni dan mengocok lagi. Hingga maniku keluar.
"ini namanya onani. Kamu bisa melakukan sendiri", kata Bi Neneng
"tapi enakan bibi yang ngelakuin-nya" ujarku terbata-bata.
"loh..kenapa?" tanya bi neneng.
"tangan bibi alus banget.." jawabku serak.
"emang enaknya gimana sih?" goda bi neneng.
"ah..pokoknya semua badan enak semua" jawabku tak beraturan.
Setelah itu tak ada percakapan lagi di kamar mandi itu tetapi hanya suara erangan nikmatku yang sebisaku untuk menhannya dan juga suara kocokan tangan bi neneng pada tititku lah yang nyaring terdengar. Sampai aku maniku keluar lagi dengan begitu nikmatnya,
Besoknya, kembali aku minta penisku dikocok Bi Neneng.
"Lho, kan bisa onani sendiri?" katanya
"Sudah nyoba tapi nggak bisa, ngacengnya lama" kataku
"Oo mungkin ngacengnya karena terangsang melihat aku bugil ya?" sindirnya
"He he he" aku nyengir, "Mungkin kalau sambil megang lebih cepat ngacengnya"
"Megang apa?" tanya Bi Neneng
"anu..Megang susu .." aku menjawab ragu takut ia marah
"Ya sudah, pegang saja nih", Bi Neneng menyodorkan susunya. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan aku meremas-remas susunya. Dan benar, ada kenikmatan yang lebih banyak saat penis dikocok sambil megang susu. Aku jadi lebih cepat keluar mani. Dan ketika akmeremasi susunya rasanya darahku lebih cepat berdesir sampai aku keluar mani tak bisa membuka mataku sama sekali karena bagitu nikmatnya.
Besoknya sambil dikocok aku minta nyusu. Sejak Diah pindah, sudah lama aku tidak ngemut susu wanita. Atas permintaanku itu, Bi Neneng juga mengabulkan. Kurasakan ia membelai rambut dan menikmati hisapanku di puting susunya. Sungguh mendebarkan sekali rasanya, tititku di kocok sambil mulutku menghisai puting milik bi neneng yang terasa nikmat walaupun tak mengeluarkan ASI sama sekali. Entahlah kok bisa nikmat begitu padahal rasanya agak asin barangkali karena keringat bi neneng juga. Tapi sungguh luar biasa rasanya apalagi yang baru kenal beginian rasanya baru sebentar aja maniku dah siap nembak.
Besoknya aku minta tambah meganginkan vaginanya. Kali ini Bi Neneng tidak mengizinkan. Akhirnya pengalamanku hanya sampai menghisap susu. Tapi dengan ukuran susu yang lebih besar sehingga tidak semua bagian susunya muat dimulutku. Juga pentil Bi Neneng lebih besar dari pentilnya Diah, lebih terasa saat dihisap-hisap.
Lebih dari seminggu aku dikocok Bi Neneng, sampai akhirnya kelasku masuk pagi lagi, karena perbaikan atap sudah selesai. Tak ada kesempatan untuk mandi sore bareng dengan Bi Neneng karena rame orang. Kakekku, suami dan anak-anak Bi Neneng, di sore hari semua ada di rumah. Apalagi setelah musim hujan tiba, Bi Neneng mandi di rumahnya sendiri.
Friday, January 23, 2015