sebelumnya : http://www.semprotku.com/showthread....Nejar-s-Series
Kakek sakit-sakitan. Karena tidak ada anak-anaknya yang tinggal di kampung, akhirnya kakek dibawa oleh Om untuk tinggal di Bandung. Anak kakek yang paling dekat, tinggal di Jogjakarta. Yang lainnya tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan tidak adanya kakek, maka aku tinggal sendirian di rumah. Untuk pindah rumah dan pindah sekolah sudah tanggung karena beberapa bulan lagi EBTA (ujian akhir). Paling-paling nanti waktu masuk SM* aku pindah kota. Mang Alit menawari aku untuk SM* di jogja, oleh karena itu liburan sekolah kali ini aku diundang untuk main ke Jogja.
Tiba di Jogja hari minggu di jemput Mang Alit di stasiun kereta. Rumah Mang Alit sederhana, ditinggali oleh istri, tante Retno dan dua anaknya yang masih kecil. Evi yang *K dan Eti masih bayi. Malam itu Mang Alit menyampaikan SM* yang bagus di Jogja dan di dekat rumah. Besok aku diminta utk melihat-lihat sekolah-sekolah itu.
Besok pagi aku terlibat aktivitas harian di rumah Mang Alit. Pagi-pagi Tante Retno menyiapkan sarapan dan mengurus persiapan Evi sekolah. Aku membantu memandikan dan memakaikan seragam sekolah Evi. Setelah sarapan bersama, Mang Alit berangkat ke kantor sambil mengantar Evi. Setelah itu Tante Retno merapikan dan membereskan rumah, mengurus bayi, baru keluar untuk urusan belanja, dan bertetangga dll. Biasanya Tante Retno memanggil salah satu anak tetangga untuk menjaga bayi Eti saat Tante sibuk beraktifitas. Namun karena ada aku maka aku yang diminta tolong untuk menjaga Eti.
"Jar, jagain Eti ya. Tante mandi dulu" kata tante retno.
"iya, te." Jawabku halus.
"kalo Eti nanti nangis tolong di asuh dulu ya." Sambung tante.
Aku menjaga Eti yang tidur dikamar Mang Alit dan memandangi sosok bayi mungil yang tertidur pulas dengan damai. Aku merebahkan diri dan tiduran disebelah bayi itu. Lalu Eti menggeliat-geliat mencari ibunya dan tak berapa lama kemudian menangis aku jadi bingung sendiri jadinya aku hanya memeluk si Eti sambil menepuk-nepuk tubuhnya dengan lembut sambil ku nina bobo'kan, barangkali nanti si Eti mau diam dan tertidur pulas lagi karena tante Retno belum selesai mandinya. Mendengar bayinya menangis, Tante Retno segera keluar dengan hanya menutupi tubuhnya dengan handuk. Ia segera menghampiri bayinya, dan tidur menyamping di samping Eti di seberangku jadi si Eti di tengah-tengah antara aku dan tante Retno dan tante Retno langsung membuka handuknya dan menyodorkan susunya kepada si bayi.
Kelihatannya Tante Retno lupa bahwa yang menjaga bayinya bukanlah anak perempuan kecil tetangganya, tetapi diriku yang laki-laki dan sudah kelas 3 SM*. Dan aku terkesima melihat susu Tante yang tak turut di susui Eti yang berkulit coklat dengan puting yang coklat gelap dan lingkaran putingnya cukup besar. Dan karena ia membuka handuk untuk menyusui, maka terlihat juga bulu jembut yang menutupi vagina Tante Retno. Tubuhnya masih mulus dan padat karena usia tante masih 25 tahun. Terasa air liurku keluar dan aku menelan ludah.
"Eti tenang ya kalau disusuin", kataku. Tante Retno hanya memberi tanda jari telunjuk dimulut, menyuruhku untuk tidak berisik.
Sambil menyusu, tangan bayi itu memegangmegang susu Tante Retno yang tak di susui nya itu padahal yang satunya lagi juga sama besarnya dan juga sama indahnya setidaknya itu menurutku karena memang begitulah apa yang kulihat. Sebuah pemandangan yang merangsang bagiku. Saat tangan mungil itu melepas pegangannya ke susu, aku raih tangan itu dan aku tempelkan lagi ke susu Tante lalu kugerak-gerakkan di susu dan putingnya. Karena tangan bayi itu kecil, maka tanganku juga ikut menyentuh dan membelai-belai susu tante. Melihat ini Tante Retno tak berani bereaksi karena takut Eti terganggu dan menangis.
Sadar bahwa tante tak bisa bergerak dan terlihat menikmati menyusui bayi, aku segera melepas tangan mungil bayi dan membiarkan ia meraba-raba sendiri susu ibunya. Sedangkan tanganku bergerak membelai perut tante yang masih langsing dan mulus itu lalu menuju jembutnya yang hitam dan keliahatannya begitu tebal. Tante tetap tak bergerak. Dia hanya menutupkan handuk ke tanganku yang sedang membelai jembutnya seperti tak ingin aku melihat tapi juga tak melarang tanganku untuk membelai-belai jembutnya itu. Aku tak tahu apa yang ada dalam pikirannya, apakah marah atau malah menambah nikmat menyusui karena tante Retno memejamkan matanya seperti meresapi apa yang terjadi bahkan tante Retno seperti menahan bibirnya untuk terbuka tapi entah lah aku juga tidak tahu.
Karena kaki tante merapat, aku hanya bisa meraba jembut yang ternyata lembut juga walaupun memang agak sedikit rimbun mungkin karena tante Retno adalah wanita dewasa jadi jembutnya lumayan tebel tapi sayanganya hanya bisa membelainya saja dan tak bisa memegang vagina tante Retno yang membuat nafasku ini sedikit sesak karena nafsuku sudah naik. Oleh karena itu aku turut dan berpindah ke sisi tempat tidur satunya dimana dibelakang tante masih ada cukup ruang untuk tubuhku ini. Dari belakang tante aku bisa melihat bibir vagina yang dikepit paha yang rapat dan sungguh membuatku semakin sesak nafas karena nafsu ku, vagina tante Retno kelihatan masih bagus menurutku walaupun tante Retno sudah melahirkan dua anak dan itu menurutku sungguh sangat luar biasa. Aku membelai-belai kepala bayi dari belakang tante Retno agar tak terlalu mencurigakan bahwa aku pindah tiduran di belakang tante retno karena hanya ingin mengintip vagina nya saja walaupun kenyataannya memang begitu dan walaupun hanya mengintipnya saja tapi rasanya jantungku sudah mau copot karena saking deg-degan nya jantungku ini antara takut kena marah tante dan juga nafsuku yang sudah naik.
"Nyusunya banyak ya Tante?", tanyaku. Sekali lagi tante mengisyaratkan aku untuk tidak berisik.
Sambil membelai-belai kepala bayi, tanganku yang satunya kembali membelai-belai dengan penuh kelembutan di vagina vagina tante retno yang ternyata begitu lembut dan agak sedikit basah, apa tante abis kencing atau apa aku juga tidak begitu paham tapi yang jelas ini sungguh nikmat bagiku waluapun hanya begini saja. Tante malah terpejam dan semakin merapatkan matanya dengan bibir menutup raoat-rapat seperti tak ingin bersuara atau barangkali memang tante retno sedang menahan suaranya dari kenikmatan yang dia nikmati atau apa juga tidak begitu paham tapi yang jelas begitulah yang terjadi. Aku benar-benar tidak tahu apa yang ada dalam pikiran tante. Tak lama kemudian, si bayi sudah terlelap, dan tante menarik pelan-pelan putingnya supaya lepas dari mulut bayi. Lalu ia bangun dari tidurnya dan kemudian berdiri membenahi handuknya.
"Jagain Eti lagi ya, tante mau neruskan mandi", katanya seolah tadi tak terjadi sesuatu.
"Jagain Eti ya, tante mau belanja dulu", katanya selesai mandi dan berpakaian.
Setelah Tante selesai dengan urusannya, barulah aku pamit keluar rumah untuk melihat-lihat suasana beberapa SM* disana. Jogja lebih rame dibanding Tasik apalagi dibanding kampungku.
Keesokan harinya, kejadian pagi hari kemarin terjadi lagi. Aku menemani si bayi menyusu pada tante Retno. Ikut membelai-belai susu dan jembut tante yang sama-sama lembut dan sama-sama indah bagiku dan juga sama-sama membuat nafsuku meroket naik sampai dadaku sesak karena nafsuku sendiri sekaligus karena situasi dan kondisi yang menurutku cukup menegangkan sehingga rasanya walaupun tak lebih dari itu tapi sensasinya bagiku sungguh luar biasa tapi aku tidak tahu dengan apa yang dipikirkan dan dirasakan tante retno karena dia selalu diam dan menahan bibirnya rapat-rapat seperti anak kecil yang tak mau makan dari suapan ibunya ataukah ada yang lain yang terjadi pada tante retno, tapi yang jelas aku juga tidak tahu tentang itu semua. Lalu aku berjalan kesebelah punggung tante dan mengusap-usap bibir vaginanya. Mirip sekali dengan yang kemaren terjadi tapi tidak sama persis seperti kemaren. Karena Kali ini aku sengaja hanya pakai sarung tanpa celana dan juga celana dalam sehingga penisku bebas untuk tegang se tegang-tegangnya tidak seperti kemaren yang sakit sendiri karena kejepit celana dan celana dalamku sendiri, dan saat berjalan tante melihat penisku tegang karena memang saat berjalan untuk pindah di belakangnya penisku sedang tegang dan terlihat jelas sekali dari bentuk kain sarungku yang menyembul kedepan dan pastinya tante paham sekali dengan apa yang menyembul itu karena tante kan sudah lama berumah tangga jadi sangat ma'fum dengan apa yang menyembul dibalik sarung seorang pria dan kulihat mata tante seperti tak lepas memandangi sarungku yang menyembul itu sampai aku sudah tidur di belakangnya. Sehingga saat aku membelai-belai lagi vaginanya yang lembut dan halus dengan vagina yang membasah itu yang saat itu juga aku bingung lagi karena apa tante tadi pipis atau apa aku juga tidak tahu tapi yang jelas itu seperti menambah nikmatnya tanganku ketika membelai-belai vaginanya yang sungguh lembut itu, tangan tante kebelakang tubuhnya untuk menyentuh-nyentuh dan meraih penis ngacengku yang tertutup sarung. Tapi aku merasa kurang jadinya kusingkap saja sarungku sehingga tangan tante yang lembut dan halus itu dapat memegang langsung penisku.
Aku bergerak mendekat atau lebih tepatnya memajukan pantatku kedepan agar penisku mendekat dan lebih dekat ke vagina tante yang sedang ku belai dengan penuh kelembutan sebagaimana lembut dan halusnya vagina tante retno yang luar biasa ini setidaknya itu bagiku, lalu aku mengumpulkan keberanianku untuk memberanikan diri agar dapat kusentuh-sentuhkan penisku ini ke vaginanya yang lembut nan halus itu. Aku sungguh sangat ingin sekali merasakan bagaimana rasanya penisku ini yang masuk ke vagina yang lembut nan halus luar biasa itu. Tetapi tiba-tiba tante menahanku dengan tangannya yang berusaha menahan perutku agar tak mendekat lagi karena mungkin akan bisa menyentuh vaginanya dan bahkan mungkin bisa masuk kedalam vagina lembut nan mulus miliknya itu. Tapi aku tahu tante tak mungkin bergerak karena si bayi masih menyusu, jadi aku mengumpulkan keberanianku kembali untuk berani kuluruskan lagi penisku ke vaginanya yang lembut nan halus itu. Sambil tetap memegang penisku, tante berusaha menahan doronganku. Akhirnya dia hanya menggerak-gerakkan penisku bergesekan dengan vagina tante retno yang begitu lembut dan halus itu bahkan rasanya tak bisa di gambarkan dengan kata-kata padahal hanya kepala penisku saja yang bergesek-gesekkan dengan bibir vagina tante retno dan bukan memasukinya itu sungguh membuatku makin sakit kepala karena nafsuku sendiri yang begitu ingin meledak-ledak walaupun entah apa yang mau diledakkan.
tapi sayangnya itu hanya sebentar dan kemudian si Bayi terlelap, karena memang si Eti sudah tidur lagi dengan tenang maka tante langsung beranjak pergi ke kamar mandi untuk melanjutkan mandinya yang tertunda tadi agar bisa segera belanja, tak lupa ia menitipkan si bayi untuk kujaga apabila terbangun sebelum dia kembali dari belanjanya. Setelah urusan tante selesai, aku kembali mengitari SM* lain untuk membandingkan. Kelihatannya aku cocok di kota ini karena disini ramai dan juga ramah-ramah walaupun disini merupakan kota besar walaupun memang agak sedikit lebih panas cuacanya disini di bandingkan di kampung ku mungkin karena sudah sedikit pohon dan sudah banyak bangunan jadinya kurang banyak pohonnya padahal kalau banyak pohon kota ini bisa se sejuk kampung ku yang kutinggalkan saat ini.
Keesokan paginya kembali aku menjaga si bayi dan mengharapkan kejadian seperti kemarin terjadi lagi. Namun kali ini, si bayi tertidur lelap sampai tante selesai mandi dan berarti aku tak bisa lagi mengulangi lagi apa yang terjadi kemarin padahal aku sudah mempersiapkan apapun seperti kamren agar aku bisa langsung melancarkan aksiku karena memang kemaren-kemaren tante hanya diam dan bersikap biasa saja maka aku kali ini ingin memberanikan diri langsung mengulangi kejadian terakhir kemaren tapi sayangnya semuanya seperti sia-sia saja. Yang berarti pupus harapanku melihat tante terburu-buru datang menyusui bayi dengan hanya menggunakan handuk, karena biasanya selesai mandi, tante keluar kamar mandi dengan menggunakan baju lengkap. Padahal hari ini adalah hari terakhirku di rumah paman, nanti sore aku kembali naik kereta malam mana sendirian pula aku di kereta nanti malam.
Tapi ternyata aku salah. Walaupun tante mandinya sudah selesai, tapi tante tetap hanya menggunakan handuk saja dan kemudian tiduran menyamping disebelah bayinya tidur. Menurut kata tante retno, karena berhubung nantinya dia mau belanjanya agak lama dari biasanya, jadi tante retno mau gak mau harus nyusuin bayinya dulu biar nanti tidak rewel sewaktu di tinggal belanja oleh tante retno. Tapi saat itu aku bingung sekali kenapa menyusui harus menggunakan handuk, kan bisa pakai baju dulu terus kalau mau menyusui tinggal bh nya disingkap sedikit saja kemudian mengeluarkan salah satu susunya tapi entah lah aku juga tak begitu bisa memahami apa yang dipikirkan tante retno saat itu.
Aku tak mau ambil pusing atas hal ini karena memang bukan aku juga yang menyusui, aku yang masih tetap rebahan menyamping disebelah bayi, memberanikan diri untuk dapat menggerakkan tanganku agar dapat menerobos handuknya yang menutupi tubuh tante retno untuk ku dapat memegang kambali susu-susunya seperti kemaren-kemaren dan sepreti kemaren-kemaren juga susu-susunya masih begitu lembut dan halus bahkan mungkin ini sungguh kenyal bagiku dan langsung menghantarkan rangsangan yang begitu banyaknya pada penisku yang langsung tengang setegang-tegangnya. Lalu bergerak menuju jembutnya dengan kembali tangankku menyusuri perutnya yang langsing dan halus itu.
Seperti halnya hari-hari kemarin aku segera pindah, aku berjalan menuju kebelakang punggung tante retno yang masih hanya memakai handuk saja tanpa ada kain lain yang menutupi tubuh mulus tante retno. Kembali aku membelai-belai vagina lembut nan halus milik tante retno yang telah basah seperti kemarin entah itu dari sisa air mandi nya atau memang karena ada sesuatu yang lain tapi itu membuatku semakin asyik saja dan setelah membelai vaginanya, akupun segera menyingkap kain sarungku yang kupakai hingga penisku terbebas dari sarungku dan sudah tegang setegang-tegangnya kemudian aku mengarahkan penisku ke vagina lembut nan halus miliknya dan berusaha untuk menggesek-gesekkan peniskku yang telah tegang ke vaginanya yang masih tetap lembut dan halus seperti kemrin-kemarin yang membuatku begitu nikmat bagiku. Seperti halnya kemarin tangan Tante menjulur kebelakang dan mancari penisku yang kemudian untuk dipeganginya penisku. Dan seperti kemarin juga karena tangan tante langsung mengelus-elus penisku sambil tante retno menikmati belaian-belaian tanganku di vagina lembut nan halus miliknya yang begitu mengsyikan bagiku, Selanjutnya aku coba mengarahkan lagi penisku untuk dapat kumasukkan ke vagina lembut milik tante retno yang mengasyikan ini. Tapi ternyata lagi-lagi Tante retno kembali berusaha menahan gerakanku yang semakin memajukan pantatku agar penisku dapat menyentuh vaginanya yang lembut itu.
"Boleh dong tante.. aku belum pernah memasukkan kontol ke memek", dengan suara berbisik aku berusaha memintanya pada tante retno. Tapi yang ku dapatkan ternyata Tante menggelengkan kepala.
"Sekali dorong saja tante.. setelah itu tidak", aku menawar. Dan berusaha meyakinkan tante agar aku setidaknya bisa mencicipi rasanya masuknya penisku kedalam vagina seorang wanita yang selama ini aku impi-impikan bagaimana rasanya.
Tante hanya diam saja dan tidak menggelengkan kepala ataupun menganggukan kepalanya yang membuatku sedikit bingung tapi ternyata tante juga malah melepaskan genggaman tangannya yang saat itu memeganggi penisku dan membebaskan penisku dari genggaman telapak tangannya yang halus dan hangat itu dari penisku, sambil tante retno menunjukkan satu isyarat dengan hanya jarinya tegak satu yang berarti bahwa hanya boleh satu kali masuk seperti yang aku tawarkan tadi. Aku merasa begitu semangatnya karena telah mendapatkan izin dari tante retno, maka aku berusaha untuk mendorongkan penisku untuk dapat segera menusuk masuk kedalam vagina lembut nan halus milik tante rento yang pasti nikmat ini. Tetapi karena memang belum pernah melakukannya jadinya kepala penisku selalu saja meleset dan meleset lagi begitu terus-menerus sampai-sampai aku hampir putus asa karena atas usahaku untuk dapat merasakan penisku berada didalam vagina lembut nan halus milik tante retno yang sudah pasti sangat nikmat itu. Ketika kulihat vaginanya dari belakang memang vagina tante merapat dan terlihat agak basah dan mungkin barangkali Karena bibir vaginanya yang tertutup rapat dan sempit itulah penisku berulangkali terpeleset tanpa bisa sempat masuk walau hanya kepala penisku saja, aku tidak tahu dimana posisi lubang vaginanya yang terlihat menyembul tembam itu. Barangkali karena Beberapa kali gagal, akhirnya tangan tante kembali menuju penisku agar dapat dipegangi tante lagi. Dan kemudian tante membantu penisku dengan menggenggm penisku dan mengarahkannya ke arah yang telat diaman lubang vagina nya berada agar aku dapat segera memasukkannya atau karena tante tak punya waktu lama tapi yang jelas itu membuatku senang karena bantuan tante retno ini.
ketika sudah tepat di pintu gerbanng lubang vagina tante retno aku berusaha menekan selembut mungkin karena tak ingin menyakiti tante retno atas apa yang kulakukan ini dan penisku pelan-pelan mulai masuk kedalam dan langsung disambut ribuan nikmat yang belum pernah kurasakan selama ini. Saat penisku perlahan-lahan mulai masuk, kulihat tante seperti sedikit menggeliat sehingga aku langsung menghentikan doronganku karena takut menyakiti tante atau terjadi sesuatu pada tante retno. Dan terasa sekali ada cairan dan kehangatan menyelimuti penisku dalam jepitan yang begitu nikmat bagiku. Kemudian aku berusaha untuk segera menekankan penisku lagi dengan tetap pelan-pelan dan kuhentikan ketika tante menggeliat lagi atau ketika tante seperti bersuara sedang menahan nafas maka langsung berhenti sebentar lalu kulanjutkan lagi ketika tante tenang kembali walaupun dalam keadaan yang senikmat ini aku masih terus berusaha untuk tidak menyakiti tante dengan menusukkan penisku sepelan dan selembut meungkin agar tante tak merasa terganggu apalagi menyakitinya. Kurasakan vagina tante seperti bergerak-gerak, penisku serasa dipijit-pijit seperti penisku dihisap-hisap oleh vagina tante retno. Lalu kutekan lagi dengan pelan-pelan dan perlahan, lalu ku stop lagi hingga tante tenang, dan kembali kutekan lebih dalam dengan tetap perlahan dan penuh kelembutan, dan ku stop lagi ketika tante seperti menggeliat, dan begitulah terus menerus sampai pada akhirnya kurasakan ujung penisku seperti menyentuh sesuatu dan tak bisa kutekan lagi lebih dalam entah apa itu yang penisku sentuh itu tapi yang jelas itu seperti sebuah dinding yang lunak dan lembut serta begitu hangat bahkan mungkin sangat hangat sekali kurasakan yang membuatku sampai hampir merinding merasakannya. Karena memang aku hanya diperbolehkan satu kali saja memasukkan penisku kedalam vaginanya yang memang terasa nikmat luar biasa ini, maka aku menepati janjiku itu dan berusaha untuk menikmati sensasi nikmta tak terkatakan ini yang kurasakan dari masuknya penisku ke dalam vagina seorang wanita untuk pertama kalinya maka kubiarkan penisku selama mungkin agar tetap berada didalam vagina tante retno yang nikmat ini dan berharap tante lupa kalau vaginanya sedang kumasuki penisku sambil merasakan sensasi nikmat tak terkatakan ini, kupejamkan mata untuk lebih meresapi kenikmatan yang sedang kunikmati ini, aku agak terkaget-kaget ketika tak kusangka dan tak kuduga tiba-tiba saja kurasakan vagina tante menjepit-jepit seperti meremas-remas tapi bukan seperti pertama tadi karena jepitan-jepitan dan remasan-remasan ini lebih kuat bahkan tante seperti orang kaget yang mana badannya seperti mengejang tapi apapun yang terjadi pada tante retno antara khawatir apa yang terjadi padannya dan juga kenikmatan yang makin bertambah terus-menerus sampai-sampai gigi-gigiku gemeretak menahan sensasi yang kurasakan ini yang bahkan aku belum tau apa namanya tapi yang jelas ini sungguh sangat luar biasa nikmatnya dari kenikmatan-kenikmatan yang kurasakan.
Setelah agak reda dari denyutan-denyutan yang menghanyutkan dari vagina tante retno ini aku tetap bertahan untuk hanya mendiamkan penisku yang tetap masih di dalam vaginanya sambil menikmati lembut dan hangatnya jepitan vagina tante retno yang juga pengalaman pertamaku merasakan nikmatnya penisku di dalam jepitan lubang vagina seorang wanita dewasa tapi beberapa menit kemudian, tante mendorongku untuk mencabut penis dari dalam vaginanya. Dan sempat Kulihat penisku begitu basah kuyup yang entah apa namanya cairan kental yang menyelimuti penisku itu tapi yang jelas masih jelas tergambar dalam ingatanku bagaimana luar biasa nikmatnya dari hangatnya vagina tante retno yang sangatlah menghangatkan itu.
"Cuci dulu", kata tante sambil menyuruhku ke kamar mandi. Eh, akhirnya tante ngomong juga.
Setelah itu tante mandi lagi, menyusui bayi lalu belanja. Ternyata belanjanya hanya sebentar, tidak lama seperti katanya tadi. Dan setelah itu aku keliling melihat SM* sekitar. Sorenya diantar paman ke stasiun kereta untuk pulang ke Tasik lewat Bandung. Saat berpamitan dengan tante dan keponakan2, tante memandangku tajam dan mengucap terimakasih. Kubilang bahwa akulah yang berterimakasih.
Dikereta malam diantara tidur, aku memegang selangkanganku.
"Kamu sudah tidak perjaka lagi", kataku bangga kepada penisku.
Wednesday, January 28, 2015