Monday, July 6, 2015

Biarawati Cantik Nan Eksotik Dari Timur Indonesia

Perkenalkan namaku Roy dan aku tinggal di sebuah kota kecamatan, tepatnya di daerah Karangmojo Gunungkidul Yogyakarta. Kisah yang akan kubagikan ini sebenarnya terjadi beberapa tahun silam, saat aku masih sekolah di bangku SLTP dan usiaku mungkin sekitar lebih kurang lima belas tahun kala itu.

Orangtuaku tinggal di luar pulau karena Papaku bekerja di sebuah perusahaan pertambangan milik asing disana, sedangkan aku sejak kecil memang sengaja dititipkan pada kakek-nenekku di kampung dan entah apa alasannya, yang jelas bukan karena mereka tidak mampu mengurusku atau soal materi. Apa yang diberikan oleh kedua orangtuaku meski memang melalui kakek-nenek justru berlebih jika dibandingkan dengan teman-teman sebayaku. Mulai dari pakaian, mainan, uang saku, dan masih banyak lagi yang secara tidak langsung membuat aku jadi anak yang ke-pede-an bahkan cenderung suka cari perhatian dan arogan. Meski begitu prestasiku dalam bidang pendidikan bisa dibilang cukup baik, kenyataannya aku bisa diterima di salah satu SLTP Negri favorit di daerahku.

Kebetulan Kakek-nenekku menikah beda agama. Kakekku yang berasal dari desa adalah seorang muslim yang taat, sedangkan nenekku yang masih keturunan ningrat-belanda memeluk agama Katolik. Meski keduanya sayang kepadaku tapi aku justru lebih dekat dengan kakek, dan yang jadi masalah adalah pengetahuan agamaku yang kurang karena aku beragama katolik sesuai dengan papa-mamaku. Tak sekalipun kakek mengajarkan tentang agamanya meskipun kami begitu dekat, sedangkan jika aku harus dekat dan belajar dengan nenek .... hehehe yang ada aku selalu diomelin dan dituntut untuk menjadi anak yang baik dalam segi apapun degan cara nenek yang otoriter bagai kompeni itu. Karna itulah aku selalu berlindung dibalik kakek, atau jika keadaan terdesak dan kakek pun merasa perlu menyerahkan aku pada nenek, aku lebih memilih kabur hingga kakek dan nenekku bahkan sampai bingung bagaimana aku bisa mendapatkan pemahaman agama yang baik, karena dalam semua mata pelajaran di sekolah, pelajaran agama adalah mata pelajaran yang paling jeblok dalam raporku. Suster Paulista guru agamaku terkadang hampir habis kesabaranya saat mengajarku dalam kelas. Pengetahuan agama yang kurang ditambah sikap dan perilaku yang badung membuat beliau bahkan pernah datang ke rumah dan membahas soal kenakalan dan prestasiku yang jeblok di sekolah.

Suster Paulista Op. beliau adalah seorang suster yang bertugas di paroki dan juga mengajar agama Katolik di sekolahku. Selain bekal pengetahuan agama yang kurang dari rumah, sebenarnya beliau Suster Paulista ini adalah salah faktor yang membuat nilaiku justru jeblok di sekolah. Bagaimana tidak, setiap beliau megajar bukan soal pelajaran yang aku serap, aku justru sering melamun soal beliau. Jika boleh aku gambarkan disini, beliau berasal dari NTT, dengan cirikhas orang timur berkulit sawo matang, posturnya bisa dibilang proporsional setidaknya menurutku, tubuhnya ramping meski tidak terlalu tinggi, lekuknya samar tercetak dibalik baju keagamaan dengan ukuran pas badan, belum lagi kedua matanya yang bening namun tajam yang kadang menemaniku dalam khayalan saat beronani baik saat di rumah atau di toilet sekolah. Terlebih jika beliau sedang menulis di papan tulis, tangan kanannya yang terangkat karena papan tulis yang terlalu tinggi dan tangan kirinnya yang memegang buku panduan membuatku seolah ingin memeluknya dari belakang, meremas toketnya sambil menggesek-gesekkan kontolku di pantatnya yang kencang. kadang sesekali kupejamkan mata ketika sedang menikmatinya, hingga pada suatu hari ...
"PLAKKKKK..."
Mataku terbelalak ketika Suster Paulista sudah ada di hadapanku sambil memegang penggaris kayu besar yang tadi dipukulkannya dei mejaku.
"Hei kamu Roy, coba kamu jelaskan tentang Nabi Musa seperti yang suster ajarkan barusan? " Suster Paulista menatapku tajam seketika itu pula aku tertunduk, meski dengan diselingi gerakan menggaruk-garuk kepalaku sendiri.
"Anu suster ... anu ..."
"matih aku ...." gumamku dalam hati. Dengan jumlah murid yang sedikit dan suasana yang begitu hening saat Suster menantikan jawabanku, membuatku tak berkutik untuk meminta bantuan bisikan dari teman di dalam kelas agama.
Beberapa menit aku tak kunjung mengeluarkan kata-kata untuk menjelaskan kembali pelajaran yang baru saja diajarkan Suster Paulista.
"Sudah sana, kamu keluar dan tunggu di luar kelas".
Dengan langkah gontai dan tanpa pembelaan akupun berjalan keluar dan duduk di depan pintu ruang agama Katolik. Bel pelajara berbunyi, aku masih tetap berada di depan pintu ruang agama dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kudengan doapenutup pelajaran agama sudah selesai dan tak berapa saat suster paulista keluar ruangan. Beliat menatapku dari kejauhan, namun saat melintasiku suster berlalu dengan sikap dingin tanpa menyapaku.
"Suster ... suster ..." aku berjalan mengejar beliau, namun Suster Paulista tetap tak bergeming hingga saat aku beranikan diri untuk menyenuh lengan tangan kanannya. Seketika Suster Paulista menghentikan langkahnya di lorong sekolah.
"Suster, Roy minta maaf .... "
"Iya ..." Suster Paulista hanya mengeluarkan sepatah kata dengan raut wajah yang dingin dan kembali lagi melanjutkan langkahnya.
"Maafin Roy suster ... ?" aku masih terus mengejar dengan kata-kataku.
"Roy janji akan bersikap baik di kelas dan memperhatikan pelajaran, tapi suster maafin Roy ya ...? Kalau perlu berikan hukuman atas kesalahan Roy .... " Kali ini aku berdiri menghadang Suster Paulista hingga beliau berhenti dan kedua bola matanya yang indah menatapku kembali dengan tajam.
"Baik jika itu permintaanmu, suster minta kamu datang ke Susteran jam 4 sore dan sekarang kembalilah ke kelasmu."
"Terima kasih suster..." aku menundukkan kepala dan menggeser tubuhku untuk membirikan jalan."

Jam sudah menunjukkan jam 3 sore, dan aku bergegas mandi, Setelah berpakaian rapi akupun menstater sedan Toy*ta hatchback yang dititipkan papaku di rumah kakek sepaket dengan aku. Meski belum cukup umur dan papaku juga jauh di luar pulau, tapi aku sudah terbilang mahir membawa mobil berkat Om Agus adik bungsu dari mamaku yang masih kuliah dan tinggal di rumah kakek dan nenek.
skip skip skip
Ahkirnya aku pun sampai di depan gerbang susteran. Setelah mobil kutepikan aku mngetuk intu pagar besi yang tertutup rapat dan tak lama keluarlah Suster Paulista.
"Eh kamu Roy, silahkan masuk ,"
"Dianter siapa Roy.. ?" Suster Paulista bertanya sambil bahasa tubuhnya seolah menanyakan siapa yang menungguku di dalam mobil.
"Saya sendirian suster..."
"Kamu sendiriaan?? Setir mobil itu...???" diikuti dengan tarikan nafas panjang dan gelengan kepala.
"Iya suster.... " jawabku singkat dengan perasaan sedikit bangga namun tetap menunjukan mimik cemas akan reaksi suster paulista selanjutnya.
"Memang orang tua kamu mengijinkan?"
"Papa dan mama di luar pulau suster, Roy dari kecil .... bla ... bla ... " ahkirnya sore itu suster Paulista tahu tentang keadaanku yang sebenarnya, bahkan raut wajahnya yang biasanya datar pun kulihat berubah menunjukan rasa trenyuh dengan keadaanku.

.... bersambung ...


Tidak ada maksud SARA atau apapun dalam tulisan ini, dan jika ada pihak yang keberatan dan merasa dirugikan maka nubi mohon maaf dari lubuk memek yang paling dalam dan akan segera nubi hapus thread ini. Akan tetapi jika para pembaca tidak mempermasalahkan dan tetap mendukung baik secara moril maupun secara CENDOLIL, maka dengan senang hati akan nubi lanjutkan cerita ini sampai nge-CROTT.
No BATA, CENDOL only.

Salam bejat,
lubangmatahari