Sunday, January 4, 2015

Jin Dildo (CoPasEdit dari Tetangga)

-------------------

Selamat Tahun Baru.. Nubi ucapin buat All Semproters.
Nih.. Nubi sekedar Sharing Doank.. sekalian belajar bikin trit.. hehe..
Ga tau deh, udah pernah dishare belum.. di Forum Tercinta ini.

Jujur.. Nubi ga tau siapa 'Maestro' yang nulis ini cerita..
So.. Nubi mohon maaf atas kelancangan Nubi nge-Share di sini.
Soalnya.. menurut Nubi.. lumayan asyik juga ceritanya.

Lagian.. sebuah karya 'yang bagus' apa salahnya juga dishare di 'tempat yang bagus' ya, ga..?
Buat yang udah pernah baca.. selamat Nge-Reread aja dah
.
---------------------

Sore.. sekitar pukul enam-an di gedung perkantoran berlantai 20 itu terlihat mulai lengang..
Banyak karyawan kantor sudah pulang.. yang tersisa hanya mereka yang lembur, Satpam yang menjaga gedung dan para petugas kebersihan yang menyelesaikan pekerjaannya.

Zuhri adalah salahsatu diantaranya. Ia adalah office boy yang bekerja di kantor itu.
Ia sedang mengumpulkan sampah-sampah di lantai 12 ke dalam bak sampah dorong sambil bersiul-siul kecil.

Ketika sedang bersih-bersih di sebuah ruangan yang disekat partisi, matanya diam-diam mencuri pandang pada seorang gadis cantik yang sedang sibuk di depan komputernya sambil mengobrol lewat ponselnya.

Gadis itu bernama Arline, 24 tahun, salahsatu staff accounting di perusahaan asuransi yang terletak di lantai 12 itu, saat itu ia sedang menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit lagi.

Sudah sering Zuhri melongo dan menelan ludah karena pesona kecantikan Arline, apalagi gadis itu sering memakai baju seksi di kantor.

Hari itu Arline memakai kemeja putih lengan pendek di balik blazernya dipadu rok biru tua yang menggantung sejengkal di atas lutut.

Pahanya yang ramping dan mulus itu dibungkus stoking transparan yang senada dengan warna kulitnya.
Zuhri merasakan celananya semakin sesak saja ketika lewat di depan gadis itu yang tersenyum basa-basi padanya.

"Idiihhhhh.."

Wajah Zuhri mendadak berubah saat ia memalingkan wajahnya ke depan, Mpok Minah tersenyum lembut kepadanya, kemungkinan besar Mpok Minah Naksir berat pada Zuhri..

Wajah Mpok Minah yang berbanding terbalik dengan Arline, bagaikan langit dan bumi, bagaikan hitam dan putih, Yin and Yang..
membuat Zuhri bergidik membayangkannya

"Nasib.. nasib.. barang bagus tapi cuma bisa dipelototin aja..!" keluhnya dalam hati.

Zuhri merasa bagai pungguk merindukan bulan, tentu saja dengan tampang yang jauh di bawah standar, wajah ndeso dengan bibir tebal.. juga kocek yang untuk menghidupi diri sendiri saja kadang setengah mati, mana mungkin bisa mendapatkan gadis cantik berpendidikan seperti Arline.

Di usianya yang sudah menginjak 31 tahun, Zuhri belum pernah berpacaran, karena sifatnya yang pendiam dan susah bergaul itu.

Paling banter dulu di kampungnya pernah dekat dengan seorang gadis, tapi gadis itu pun akhirnya menikah dengan pria lain pilihan orangtuanya.

Ia ke ibukota untuk mengubah nasib dengan mendapat uang lebih banyak tapi nyatanya seperti lagu 'siapa suruh datang Jakarta..'.

Ia menghela nafas pelan sambil membuka bak sampah dorongnya dan menuangkan sampah dari tong sampah dari bawah sebuah meja.

Sebelum menutup kembali tutup bak sampah itu, mendadak matanya tertumbuk pada sebuah benda berwarna merah mencolok.

"Eh apaan tuh..?" tanyanya dalam hati.

Zuhri meraih benda itu dari antara tumpukan sampah-sampah lain.. ternyata adalah sebuah dildo berbentuk aneh.. ujungnya berbentuk kepala babi.
Batangannya yang sepanjang kurang lebih 25cm terbuat dari bahan karet yang lembut.

Wew.. kok bisa ada barang ginian di sini ya..? pikirnya aneh.

Setelah membersihkan ruangan itu.. Zuhri tidak segera turun ke bawah..
Ia ke ruangannya terlebih dulu untuk minum dan istirahat sebentar.

Dinyalakannya TV kecil di ruangan itu..
Di TV nampak Grace Natalie sedang mewawancarai Ali Muchtar Ngadalin.. anggota DPR yang pro UU Pornografi.

Kapan gua diwawancara sama Mbak Grace ya..!?
Katanya dalam hati menatap wajah cantik salahsatu pembawa berita favoritnya itu.

Ketika iklan, Zuhri mengeluarkan dildo aneh tadi dari saku celananya dan diamat-amatinya sejenak.

"Hehehe.. jangan-jangan punya si nenek sihir Selmy itu.."

Ia nyengir-nyengir membayangkan Bu Selmy, salah seorang staf senior yang galak dan suka ngomel-ngomel terhadap siapapun yang kerjanya tidak sesuai keinginannya.. ya, namanya juga perawan tua, mau apa lagi coba?

Iseng-iseng Zuhri menekan tombol yang terletak di bawah dildo itu dan..
Bbbzzzzz..! Benda itu pun bergetar.

"Weis.. masih jalan, lagi..!"

Namun tiba-tiba getaran benda itu makin keras saja seperti alat pengebor jalan.. sehingga Zuhri pun sampai kaget dan benda itu terlepas dari genggamannya saking kuatnya getarannya.

Ketika jatuh ke lantai.. Bles..!
Tiba-tiba seberkas cahaya yang sangat menyilaukan membuat Zuhri tidak kuat hingga harus menutup matanya dengan kedua tangan.

"Buset..! Alamak.. apaan nih..!?" ia sampai jatuh ke lantai karena kaget.

"Huahahaha..!" tiba-tiba terdengar sebuah suara tawa.

"Heh.. sapa lo..? Mahluk apaan lo..!?"
Zuhri melongo dan menunjuk-nunjuk pada pria berkostum aneh yang muncul di hadapannya itu.

Pria kurus tinggi itu memakai kostum yang eksentrik.. sebuah setelan ketat yang dadanya terbuka, sehingga menunjukkan bulu-bulu dada dan tulang-tulang yang tercetak di kulitnya.. juga memakai topeng merah dan kacamata hitam yang menutupi sebagian wajahnya.. hanya bagian mulut yang terlihat yang dihiasi kumis dan jenggot tipis.

"Wahahaha.. kenalin..! Gua Jin Dildo.. hahaha..!" pria aneh itu memperkenalkan diri tanpa berhenti tertawa.

"Apa? Jin.. Dildo..? Jadi lu berasal dari barang itu..?"
Tanya Zuhri yang masih terheran-heran sambil memandang dildo babi yang tergeletak di lantai.

"Yo'i.. tepat sekali, kaya jin lampunya Aladin itu loh.. cuma kalau gua dari dildo..!" jelasnya.

Zuhri mencubit-cubit pipinya sendiri masih tidak percaya dan mengira ini hanyalah mimpi.
Bisa-bisanya di jaman serba komputer begini ada jin-jinan, jin dildo pula, benar-benar konyol, sehingga ia belum mempercayai pengelihatannya sendiri.

Dengan menggunakan jari telunjuk Zuhri mencoba mencokel belek di sudut matanya, ajib benar, Jin Dildo masih berdiri di tempatnya, berarti ini bukan halusinasi..!

"Karena kamu telah mengeluarkan saya, maka saya juga akan memberikan kamu satu permintaan.." lanjutnya dengan gaya bicara yang aneh.

"Hahaha.. bener nih..? Kalau gitu gua minta duit setrilyun bisa dong..?"
Zuhri masih belum percaya dan memandang sinis pada pria itu.

"Wah-wah-wah.. bukan permintaan seperti itu.." katanya lagi.
"Kalau kamu minta duit, minta jadi penguasa dunia, minta hidup abadi, itu sih saya gak bisa.."

"Yeee.. katanya jin bisa ngabulin permintaan, taunya cuma jin karbitan.."
Zuhri melambaikan tangan dengan wajah sinis pada pria aneh itu.

"Wowowo.. denger dulu dong Coy..! Gua tuh cuma bisa ngabulin permintaan tentang seks..!
Jadi.. fantasi seks setiap orang yang ngeluarin gua, gua sanggup mewujudkannya..!"
Terangnya sambil tangannya ikut bermain seperti pelawak pantomim.

Zuhri bengong menatap pria yang mengaku jin itu. Ia tak percaya mendengar pengakuan pria itu.
Bisa-bisanya dia membual dapat mewujudkan fantasi seks orang yang membebaskannya dari dildo aneh itu..
Ini semua hanya ada dalam dongeng anak-anak.. pikirnya.

"Jadi kamu masih belum percaya? Gimana kalau saya buktikan dulu..?" tantang pria aneh itu.
"Nah.. liat tuh si penyiar berita cantik itu. Kamu pengen kan ngeliat dia ngeseks di depan layar waktu bawain berita..?" tanyanya.

"Wahaha.. pengen bangetlah, tapi cuma mimpi kali yee..!"
Kali ini Zuhri tertawa geli mendengarnya karena hal itu adalah mustahil.

Tekk..!
Jin Dildo menjentikkan jarinya dan senyum lebar di wajah Zuhri segera memudar berganti melongo memandang layar televisi.
-------------

Grace Natalie vs Ali Muchtar Ngadalin

"Oke baik Pak.. sekarang ini kan batasan mengenai pornoaksi sendiri itu kan masih belum jelas.. nah, kalau menurut Pak Ali sendiri yang dimaksud pornoaksi itu yang seperti apa aja sih Pak..?"
Tanya Grace Natalie pada pria bersorban dan berjenggot itu mengenai UU yang kontroversial tersebut.

"Aaahh.. baiklah mengenai hal yang satu ini saya akan berikan contoh konkretnya.."
Jawab Ali Muchtar Ngabalin sambil mendekatkan duduknya ke arah Grace yang mewawancarainya.

"Yang seperti ini Mbak bisa dikategorikan sebagai pornoaksi.."

Lanjutnya sambil meletakkan tangannya di paha Grace dan bergerak menyingkap rok hitam selututnya hingga paha mulusnya terlihat..

"Juga yang seperti ini.."
Tangannya yang satu meraih payudara kiri Grace dan meremasnya dari balik blazernya.

"Pak.. tolong jaga tingkah Bapak, kita lagi siaran..!" kata Grace tegas..

Tapi anehnya.. dia membiarkan tangan pria itu tetap mengelus-elus pahanya..
wajah cantiknya terlihat merona merah.. matanya makin sayu.

"Pak ini.. mmmm..!" Grace hendak berdiri dan menyentaknya..

Namun Ali Muchtar dengan sigap mendekap tubuhnya dan memagut bibirnya dengan ganas.

Anehnya Grace malah menyambut pagutan pria itu dengan tak kalah agresif.
Kamera mendekat dan menfokuskan ke arah mulut mereka, sehingga lidah mereka yang saling membelit terlihat jelas di layar kaca.

Tanpa melepas cumbuan, tangan Ali Muchtar mempreteli satu-satu kancing baju Grace, sehingga menyembullah buah dada penyiar berita cantik itu yang masih dibungkus bra hitam berenda.

Grace yang sudah larut dalam birahi menggerakkan tangannya melepaskan pakaian luarnya yang telah dipreteli kancingnya, sehingga dari pinggang ke atas ia hanya tinggal memakai bra.

Ali Muchtar menarik turun cup bra yang sebelah kiri lalu mulutnya yang tadinya mencium bibir Grace dengan cepat berpindah ke payudaranya yang sudah terbuka.

Tangannya yang lain dengan lincah menarik turun resleting roknya lalu meloloskannya dari paha jenjang wanita itu.

"Nah kalau yang ini namanya pornografi yaitu mempertontonkan aurat di depan umum.."
kata Ali Muchtar sambil menjilat puting Grace yang berwarna coklat, saat itu kamera terfokus pada wajahnya yang tengah mesum itu.

Grace mendesah-desah dengan wajah menengadah merasakan kenikmatan yang menjalari tubuhnya. Tangannya lalu menurunkan jas pria itu.

Setelah itu ia membiarkan tubuhnya dibaringkan pria itu pada sofa, lalu pria itu melepaskan kancing branya yang terletak di dada.

Kini payudara Grace terekspos jelas, kedua gunung kembar itu nampak naik turun seirama nafas pemiliknya yang memburu.

Penyiar berita cantik itu kini tinggal mengenakan celana dalam dan sepatu haknya.
Pria bersorban itu menyeringai mesum menatap tubuh mulus Grace.
Ia membuka sabuknya dan menurunkan resleting celananya sendiri.

"Sekarang saya akan peragakan bagaimana kaum pria juga bisa dikenai pasal undang-undang ini" katanya sambil membuka celana.

Grace tampak terhenyak melihat penis Ali Muchtar begitu benda itu menyeruak keluar dari balik celana dalam pria itu.

Ukurannya termasuk besar dengan kepala bersunat, bulu-bulunya juga selebat janggut yang tumbuh di bawah mulutnya.

Pria itu meraih tangan Grace menggenggam penisnya yang telah ereksi itu, ia turun dari sofa dan berdiri di hadapan Grace.

"Kalau ini dikategorikan pornoaksi, melakukan aksi yang membangkitkan nafsu birahi di depan umum" katanya sambil membawa wajah cantik Grace ke selangkangannya, kepala penis pria itu tinggal berjarak 1 cm saja dari bibir Grace.

Tahu apa yang diinginkan si anggota dewan 'yang terhormat' itu, Grace mulai menjilati dan menghisap penis itu dengan bernafsu.

Kamera mendekat ke wajah cantiknya mensyuting wajah penyiar berita cantik itu yang sedang melakukan oral seks, pipinya tampak menggelembung karena kepala penis pria itu.

Ali Muchtar mendesah keenakan, gairahnya semakin meledak terutama ketika matanya bertemu mata Grace yang sesekali memandang ke atas.

"Uuuhh.. sepongan Mbak Grace emang top banget!" lenguh pria bersorban itu keenakan.
Sambil mengulum penis itu, Grace juga meremas-remas payudaranya sendiri, dari mulutnya terdengar gumaman tak jelas.

Tak lama kemudian tangan kirinya yang meremas payudaranya itu merambat ke bawah dan masuk ke celana dalamnya, satu-satunya kain yang tersisa di tubuhnya.
Nampak tangannya bergerak-gerak di balik celana dalam hitam itu.

Ali Muchtar, yang makin merem-melek menahan nikmat, menarik lepas penisnya dari mulut Grace sebelum ejakulasi dini. Ia kembali duduk di sofa dan mendekap tubuh mulus Grace.

"Sudah jelas kan mengenai apa itu pornografi dan pornoaksi itu?" tanya Ali Muchtar sambil menciumi payudara Grace yang montok.

"Iyah Pak.. aahh.. jelasshh!" desah Grace dengan mata terpejam karena pria itu menyedot-nyedot putingnya.

Ia nampak pasrah ketika tangan pria brewok itu menarik lepas celana dalamnya bahkan menggerakkan kakinya seolah membantu pria itu menelanjanginya.
Kini tubuh Grace Natalie, sang penyiar berita cantik itu sudah tidak tertutup apa-apa lagi.

Ali Muchtar lalu menaikkan kaki kanan Grace ke sofa kedua belah pahanya mekangkang dan memperlihatkan vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat.

"Nah.. menunjukkan alat kelamin di depan kamera seperti ini juga bisa disebut pornoaksi" kata Ali Muchtar sambil menunjuk vagina Grace yang disorot kamera.

"Sekarang saya tunjukkan juga kegiatan lain yang bisa dikenai pasal pornoaksi misalnya begini.. " jelasnya sambil menempatkan diri di antara kedua paha wanita itu, satu tangannya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vagina yang sudah basah itu.

Kepala penis yang mirip jamur itu pun menyentuh bibir vagina Grace, namun pria itu tidak segera memasukkannya, ia menggesek-gesekkannya terlebih dulu sehingga penyiar cantik itu menggeliat dan mendesah karena rasa geli yang nikmat.

"Masukin Pak.. aaahhh.. saya mohon..!" desahnya sambil meremasi payudaranya sendiri.

Ali Muchtar menyeringai melihat reaksi Grace, wajahnya yang sudah seperti bandit padang pasir itu semakin terlihat memuakkan dengan senyum mesumnya itu.

Saat itu barulah ia menekan penisnya hingga memasuki vagina Grace.

Penyiar cantik itu pun membeliakkan mata dan mendesah, penis pria berjanggut itu semakin dalam memasuki vaginanya dilanjutkan dengan gerakan menyodok.

Mula-mula sodokan itu cukup lembut, namun sodokan-sodokan berikutnya semakin keras dan cepat sehingga sepasang payudara Grace ikut bergoncang-goncang mengikuti sentakan tubuhnya.

Ali Muchtar terus memompa vagina Grace, tangannya makin kuat meremas-remas payudara wanita itu. Kamera kini menangkap wajah Grace yang tengah mengap-mengap mengeluarkan desahan nikmat, ia terlihat makin menggairahkan dengan ekspresi seperti itu apalagi kedua pipinya yang putih bersemu kemerahan menahan rangsangan.

Sepuluh menit kemudian, pria itu melepas penisnya dari vagina Grace kemudian ia membaringkannya menyamping menghadap kamera.

Paha kiri penyiar cantik itu ia angkat dan sangkutkan ke bahunya.
Setelahnya kembali ia masukkan penisnya ke vaginanya, kali ini nampak lebih mudah karena lubang intim itu sudah sangat basah.

Pria itu melanjutkan genjotannya, dengan posisi demikian ia dapat merasakan pahanya yang berbulu itu bergesekan dengan paha mulus Grace.

Ia menggelinjang dan mendesah setiap kali anggota dewan itu menyentakkan pinggulnya, tangannya kadang meremasi sofa dan kadang meremas payudaranya sendiri.

Genjotan itu makin lama makin kuat, akhirnya Grace dilanda orgasme hebat, pinggangnya sampai melengkung seolah mengekspresikan nikmat yang amat sangat itu.

Beberapa kali tubuhnya tersentak sentak sampai akhirnya melemas, kakinya yang melejang-lejang sampai pria itu harus memeganginya dengan kuat agar tidak tertendang.

Namun ia masih menggenjotnya dengan bersemangat hingga sekitar lima menit kemudian.
Ali Muchtar mencabut penisnya dari vagina Grace lalu dengan agar buru-buru ia berdiri di dekat wajah wanita itu.

Crett.. crett..! "Aaaahhh..!"
Desahnya sambil menyemprotkan spermanya ke wajah Grace yang telah terkulai lemas di sofa.

Cairan putih kental itu menyemprot deras bagaikan kilang minyak, bercipratan membasahi wajah cantik itu.
Grace membuka mulutnya membiarkan cipratan itu masuk, rambutnya yang hitam pendek itu juga terkena cipratan sperma.

Setelah semprotannya reda, Grace meraih penis itu lalu menjilati sisanya yang masih menetes pada kepala penis itu.

Ali Muchtar mendesah keenakan sambil meremas rambut Grace karena menahan nikmat penisnya yang seperti jamur hitam itu disedot-sedot.

Sesudahnya, Grace mengelap cipratan di wajahnya dengan jarinya, dihisapnya jari-jarinya yang belepotan sperma itu.

Ali Muchtar menghempaskan dirinya di sofa setelah menikmati orgasme dahsyat tadi.
Ia meraih tubuh telanjang Grace yang belum pulih benar.

Ia naikkan wanita itu ke pangkuannya dalam posisi menyamping, tangannya yang satu menyangga punggung wanita itu dan satunya meraba-raba tubuh mulusnya.

"Demikian penjelasan saya tentang pornografi dan pornoaksi, apa ada yang ditanyakan lagi..?" katanya.

"Mmhh.. baik Pak, sekarang kita akan hadirkan narasumber lain untuk sshhh.. membahas lebih jauh.." kata Grace masih terengah-engah.

"Silakan.. saya harap narasumber yang cantik supaya kita bisa main bareng ronde berikutnya.."
Katanya mesum sambil mengelusi paha dalam Grace.

"Baiklah pemirsa.. kita sambut narasumber berikutnya.. Ratna Sarumpaet!"

Ali Muchtar langsung terhenyak mendengar nama itu.. terlebih ketika wanita paruh baya itu muncul dengan mengenakan lingerie seksi.. membuat penisnya tambah menyusut, wajahnya memucat seperti orang mati.

Ratna Sarungkaret ehh.. Sarumpaet masuk.. dan langsung menyapa..
"Selamat malam Pak Ali, ayo sekarang kita bahas pro kontra UU Pornografi..!" sapa Ratna genit.
"Kalau saya pakai kaya gini itu porno gak Pak?"

"Waaaa.. kenapa yang nongol kok kaya gini..?"
Ali Muchtar bangkit dari sofa dan mundur-mundur melihat wanita itu mendekati mereka.

"Ayo dong Pak.. Bapak kan suka nyerang saya terus tiap bicarain undang-undang ini, ayo sini dong Pak katanya mau main bareng!"

"Wadow tobat..! Gak mau..! Saya pulang aja..!" Ali Muchtar langsung berbalik dan Ratna Sarumpaet langsung mengejarnya.

"Demikian pemirsa tentang pembicaraan malam ini tentang pornografi dan pornoaksi.."
kata Grace ke arah kamera dengan gayanya ketika membawakan berita namun tanpa memakai pakaiannya..
sesekali ia nampak menyeka ceceran sperma di bibirnya, "saya Grace Natalie undur diri".

"Aaaahhh.. tuuuluuunggg! Saya mau diperkosa!"

Ali Muchtar lewat di belakang sofa berlari tanpa celananya yang belum sempat dipakai, sorbannya sudah miring sebelah, kemeja dan jasnya sudah acak-acakkan.

Sedetik kemudian Ratna Sarumpaet juga muncul lagi di depan kamera berlari mengejar sambil memanggil nama pria itu.
-------------

Zuhri mengucek-ngucek matanya seakan belum percaya pada pengelihatannya sendiri.
"He..he..he.. bagaimana? Kamu sudah percaya?" tanya Jin Dildo.

"Ppp.. pef.. percaya, PERCAYA jadi.. jadi semua ini kamu yang ngatur?"

"Yo'i.. kamu kira saya gak serius? Sekarang apa fantasi seks terliarmu?
Saya akan bantu mewujudkannya" kata Jin Dildo sambil menggaruk-garuk selangkangannya.

Zuhri memegang dagu dan memikirkan apa yang akan dimintanya dari jin ini.
"Nih ambil!" sahut Jin Dildo seraya melemparkan sesuatu pada Zuhri yang masih belum selesai berpikir setelah lima menit

"Buat apaan ini? katanya mau mengabulkan permintaan, koq malah dikasih kondom??"

"Yee.. denger dulu dong, kamu cukup melemparkan kondom itu ke arah wanita yang kamu sukai.. setelah itu permintaanmu untuk bercinta dengannya akan terkabul..!"

"Wah, nggak bener nihhhh..! Gimana kalau kondomnya nggak berfungsi??
Gimana kalau dikasih testernya dulu.."

"TESTER..!? Loe pikir kue..!? Ya udahlah ngalarisan, nihhhh.. ambil..!"
Jin Dildo memberikan kondom yang ukurannya lebih kecil untuk dipakai sebagai tester.

Zuhri lalu keluar dari ruangannya, didengarnya suara langkah kaki di koridor samping, ia segera mendatangi asal suara.

Seorang gadis cantik sedang berjalan ke arah tangga turun dekat lift, nampaknya ia hendak ke lantai di bawahnya saja karena tidak mengambil lewat lift.

Dengan hati was-was Zuhri mengeluarkan kondom tester dari Jin Dildo.
Dasar Zuhri, biarpun cuma sebagai tester ia tidak mau merugi, dipilihnya yang bening pula.

Dengan gerakan cepat dari atas tangga Zuhri menjatuhkan kondom tester di tangannya ke arah si gadis yang sedang berjalan turun

Criiinggg..!
"Ehhh ?? LHAAAAAA..!"

Plekkkkk..!
Lemparan Zuhri malah meleset dikit dan mengenai sesuatu yang lain yang membuat lutut Zuhri gemetar hebat.

"Mas, sini dooonggg.." terdengar suara merdu imitasi.
"Ehhh.. enggak.. enggak makasih.."

"Masss ayooo dooonggg!" suara itu terdengar semakin merdu dan manja.
"Nggakk usah.. nggak usahhhh.. MAKASIHH.. suzz..!" Zuhri segera mundur teratur.

"MASSS SINI DOOOONGGG, WOIII, MO LARI KE MANA..!? GUA BERI LUHHH..!"
Nada suara merdu dan manja itu mendadak berubah menjadi aslinya.

"MAMPUS dahh..! WOAAWWWWW!"
tanpa harus berpikir dua kali Zuhri mengeluarkan ilmu meringankan tubuh dan berlari sekencang-kencangnya tanpa menoleh ke arah suara berat mirip seperti suara bass betot itu.

"NGOSS-HHH, Ngoossh, uhukkk, NMGOSSS.."
Setelah berlari putar-putar menghindari pengejar itu Zuhri akhirnya memasuki ruanganna sendiri dan berhenti berlari..
Sesekali ia menengok lewat jendela ke luar dengan wajah ketakutan.

Di belakangnya muncul kepulan kabut yang semakin tebal dari balik kabut muncullah Jin Dildo.
"Nahh gimana? ampuh bukan??" tanyanya sambil menyeringai.

"Ampuh apanya..? Kira-kira dong, masa saya dikasih yang kaya begituan..!? Saya ini normal Om Jin..!
Sukanya ama yang bening-bening..!" Zuhri membentak Jin Dildo.

"Lohhh, yang salah sasaran kan ente buka ane! yang kena lempar malah Ivan Gunawan!"
Jin Dildo balas membentak, nyali Zuhri langsung menciut melihat sikap galak Jin Dildo.

"Tenang Omm, tenangg.. orang sabar banyak rejeki"

"Ya sudah, sekarang ga usah pake kondom-kondoman.. langsung aja ucapin permintaannya.. ingat cuma satu permintaan..
kalau sampai salah.. KASIAN DEH LOEEE!"

"Langsung aja? Jadi ga usah pake lempar-lemparan kondom kaya tadi?"

"Yup tinggal ucapkan keinginan, nanti gua yang ngatur gimana kejadiannya, gitu aja" Jin Dildo mengangguk.

"Yaillah.. kenapa baru sekarang bilangnya?
Gua udah ampir diembat sama diva jadi-jadian tau ga sih!" kata Zuhri dengan wajah dongkol, kecele dan agak sebal dengan si jin ini.

"Ya abis situ mikirnya lama banget tadi, ya gua kasih itu aja biar instan tinggal lu lempar!" tangkis Jin Dildo.

Meskipun sebel, Zuhri kini memikirkan baik-baik apa fantasi terliarnya yang terpendam, ia tak mau salah lagi karena kesempatannya cuma satu saja.

Kini ia baru teringat lagi dengan Arline yang diidam-idamkannya, saking antusiasnya tadi ia sampai lupa memikirkan gadis idolanya di kantor ini.
Senyumnya langsung mengembang di bibir tebalnya.

"Hhhmmm ini aja, di kantor sini ada karyawati cantik banget namanya Arline.. dia sekarang di lagi beresin pekerjaan di ruangannya.
Coba lu atur.. supaya saya bisa ngentot sama dia.. Gimana, bisa ga..?" tanya Zuhri penuh harap.

"Cuma gitu aja? Dengan cara bagaimana?
Ingat permintaannya cuma satu.. coba pikir baik-baik fantasi seks seperti apa yang kamu inginkan bersama dia.. karena setelah ini kamu tidak akan bisa meminta lagi.."
Tanya Jin Dildo meyakinkan Zuhri sambil menggosok-gosok kedua telapak tangannya.

Zuhri berpikir ulang lagi, bagaimana prosesi seks yang diinginkannya, benar juga kata jin itu, ini kesempatan sekali seumur hidup jadi harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

"Ah begini aja, gua pengen terlibat seks di dalam lift sama Non Arline.. kalau bisa sih pesta seks jadi ada cewek lain juga hehehe.." jawab Zuhri.
Ia teringat lagi film semi yang ditontonnya beberapa hari lalu.. dimana ada adegan sepasang kekasih bercinta di dalam lift.

"Ohoho.. fantasi yang bagus, as your wish!" katanya

"Es yur wis? Apaan tuh? Mantranya ya?" tanya Zuhri bingung.

"Itu bahasa Inggris artinya sesuai permintaanmu, dogol!" kata si jin sambil menggeplak kepala Zuhri.

"Dasar jin galak, gua kan ga pernah belajar bahasa Inggris" Zuhri mengelus-elus kepalanya.

"Nah sekarang yang kamu lakukan tinggal ke lift dekat tangga darurat terus masuk ke dalamnya!"

"Terus? Masa gitu aja?"

"Udah ikutin aja kata gua, selanjutnya lu tinggal liat sendiri, sana cepet!" perintah Jin Dildo.

Masih antara percaya dan tidak, juga takut gagal seperti sebelumnya, Zuhri mengikuti saja apa kata jin itu.
Ia melangkahkan kakinya menuju lift yang dimaksud.

Ting..!
Setelah tiga menit akhirnya lift membuka di lantai 12..

Di dalam nampak seorang pria berkumis tipis berusia 40 tahunan bertubuh agak gemuk dan seorang pria setengah baya berambut sudah mulai memutih yang tubuhnya sudah mulai bongkok.

"Yang bener aja? Isinya kok kaya gini?
Masa gua disuruh main pedang-pedangan ama mereka?"
keluh Zuhri dalam hati memandang pada kedua orang itu.

"He.. mau masuk atau ngga? Kok malah bengong di situ?" tanya si pria berkumis tipis.

"Ehehe.. iya, iya saya mau masuk!" ia memilih untuk masuk saja karena ingin menguji kemampuan si Jin Dildo.

Setelah pintu menutup lift naik ke atas, detik demi detik terasa lama bagi Zuhri yang sudah was-was takut kalau pesta seks yang dimaksud si jin adalah bersama kedua orang ini.

"Aduh emak harusnya gua gak masuk tadi, mana Non Arlinenya, tadi banci kaleng, sekarang masak sama dua bandot ini sih?" keluh Zuhri dalam hati sambil menjeduk-jedukkan kepalanya pelan ke dinding lift.

"Nih orang kenapa sih? Nasib.. nasib udah pulang malam, selift ama wong gendeng lagi" kata si pria gemuk dalam hati sambil memandang aneh pada office boy itu.
Si pak tua juga mengernyitkan dahi melihat tingkah aneh pemuda itu.

'Ting' lift membuka di lantai 16, kali ini barulah mata Zuhri berbinar-binar karena yang masuk memang sesuai harapan.

Seorang gadis berambut panjang berparas cantik, tubuhnya yang ideal dibungkus kemeja putih dengan aksen kotak-kotak pada pinggirannya serta rok bermotif senada dengan motif pakaian atasnya.

Gadis ini bernama Karina, 22 tahun, sekretaris salahsatu perusahaan di gedung ini.

Bukan hanya Zuhri, kedua orang pria itu juga turut terpesona pada kecantikan Karina.

Lift kembali menutup dan kini menuju ke bawah, di lantai 12, 'ting', inilah yang diharap-harapkan Zuhri sejak tadi, wajahnya langsung berubah cerah melihat yang menunggu di depan pintu lift.

Si cantik Arline kini hendak pulang, ia membawa map dan tas jinjingnya dan melangkah memasuki lift itu.
------------