Saturday, March 14, 2015

Kelainan itu menyiksaku

Icha : Yang... Nanti jadi?
Alan : Habis aku selesaikan laporannya ya?
Icha : Okey, dirumah kmrn?
Alan : Yah... Sabar dikit, bentar juga selesai. Sekalian aku titipkan berkas ini ke bagian CS
Icha : Sipp... Miss you

Langsung mata ini terasa gelap, dada sesak karena jantung berdegup tanpa jeda. Gagang pintu kulkas disamping kujadikan pegangan. Z10 hitam itu terjatuh mengenai jari kaki. Pelan kupaksakan rebahan di sofa ruang temaram. Kusandarkan kepala. Sorot jam digital itu berwarna biru, 23.37.

Kukumpulkan tenaga yang masih tersisa untuk menyalakan lampu ruang tamuku. Dinginnya air kulkas tak mampu membasahi tenggorokan. Masih terasa capek setelah perjalanan dari surabaya. Yah... Aku barusan pulang tanpa mengabari Icha dulu. Aku biasa pulang sabtu siang. Malam ini kupaksakan pulang lebih awal karena kalah dengan rasa kangen memeluk Icha. Perjalanan yang biasanya empat jam lebih pun tadi ku tempuh hanya 3 jam.

Ku buka lagi pintu kamar, ku lihat Icha nampak pulas entah memimpikan apa. Ada rasa kepuasan di mimik wajahnya. Baju tidur hitam pendek itu tersingkap memperlihatkan paha putih mulus Icha. Ingin sekali aku mencium wajah itu. Tapi sepenggal pesan yang masih tersimpan tadi menghentikanku untuk melakukannya. Kupegang pelan tangannya. Ma.... Bangun... Ma... Icha hanya menggeser posisi tidurnya. Maa....! Kukeraskan suaraku. Matanya mulai terbuka. Ehmmm ... E.. Papa kok ndak bilang2 kalo mau pulang? Aku hanya memegang tangannya agak kecang. Bangun sebentar yuk... Papa mau ngobrol di luar. Agak kutarik tangan Icha untuk bangun. Masih dengan mata yang belum terbuka lebar, kutarik lagi tangan itu untuk mengikutiku keluar.

Kami duduk berdua berhadapan di bagian sofa yang panjang. Tanpa bersuara aku sengaja memperlihatkan Z10 itu. Perubahan raut mukanya terlihat jelas. Icha masih terdiam, tapi duduknya agak mendekat untuk mengambil benda yang masih sengaja kuperlihatkan. "Mama kenapa? Maksudnya apa ini semua?" Dengan pelan saja kuucapkan. "Ada apa sih pa kok aneh banget pertanyaanmu?" Sahut Icha. Kebuka lock bb itu dan kubuka percakapan tadi. Kubatalkan niatku untuk membukanya. "Mama sudah berapa kali seperti ini?" Icha tampak menjauh dan diam saja. "Berapa kali ma...?" Kali ini sambil kupegang dengan erat tangannya.

Lanjut entar malam ceritanya ya... Ni lagi pake hp agak susah buat ngetiknya. Ini merupakan cerita yang lebih banyak bersifat curhat. So... It's my true life story. Selain saya, Icha dan Alan ada beberapa nama lain yang akan menjadi pelaku dalam cerita ruwet yang aku alami.