Sunday, March 29, 2015

[DUEL] Peju Siapa ini karya Ethan

Cerita ini diambil dari Master Ethan_ tidak ada tujuan lebih selain ingin mmelanjutkan karya master Ethan sesuai ssudut pandang kami masing masing.

Duelist:
Chadzelongated and Upil_Hero
Story picker:
Super_puss
Original story by:
Ethan

Hope you guys like this!

Cheers!


Peju Siapa Ini??

Original Story by Ethan


Jalanan kota Jakarta seperti biasa selalu padat dipenuhi berbagai macam kendaraan yang dengan ramahnya saling bertegur sapa dengan derung gas, lengkingan tinggi klakson yang kompak membentuk sebuah orkestra sebagai soundtrack pengiring denyut nadi sang ibukota yang konon katanya jauh lebih kejam dari ibu tiri!
Tapi ada satu orang yang seakan tidak ikut serta larut dalam carut marut jalanan ibukota malam itu, hanya dengan bersenjatakan sepasang headphones Beat ciptaan rapper legendaris Dr. Dre, dia terlihat enjoy dengan gadget berukuran 7 inch yang sekarang sedang bekerja multitasking. Memutar mp3, download TV series Agent of Shield complete season 2, email-email dari rekanan yang sedang dibalas. Semua dilakukan dalam satu gadget yang tebalnya mungkin tidak lebih dari 1 inchi.

Pria itu bernama Albert, dia baru saja pulang dari Singapura, untuk menyelesaikan suatu deal penting bagi perusahaan tempat dia bernaung saat ini. Apartemen mewah, tunjangan berlimpah, mobil operasional, dan tentu saja akomodasi lengkap tiap kali Albert diharuskan untuk melakukan perjalanan bisnis (tentunya mixed with pleasure!) bagi perusahaannya.
Deal antara dua perusahaan multi-nasional tersebut pada awalnya berjalan tersendat karena permasalahan lokasi pabrik yang belum cocok, tapi dengan sedikit polesan disana-sini saat presentasi Albert berhasil meyakinkan perusahaan yang berkonsentrasi di bidang olahraga itu bahwa Karawang adalah spot terbaik untuk mendirikan pabrik bagi perusahaan berlogo 'manusia terbang' itu. Sebenarnya dia bisa saja pulang keesokan harinya dan menikmati pelayanan spesial dari sekretaris pribadinya, tapi entah kenapa rasa rindu akan kekenyalan buah dada Vani membawanya ke airport dan naik penerbangan pertama ke Jakarta. Sengaja Albert tidak memberitahu pacarnya Vani dengan harapan dia akan menikmati sebuah Hot Sex sebagai hadiah atas surprise yang dia berikan pada Vani. Pandangannyaa kini beralih dari gadget berlambang buah apel yang sudah tergigit, ke arah lampu-lampu kota yang terlihat indah dari atas flyover. Pemandangan menipu yang sudah menjebak jutaan orang di lebatnya hutan belantara bernama Jakarta.

"TING TUNG!

Diambilnya telepon genggam yang juga berasal dari pabrikan yang sama dengan Ipadnya, rupanya BBM dari pacarnya, mengatakan betapa rindunya dia dan juga sebuah bonus manis berupa foto close-up buah dada sentosa milik Vani. Dengan lincah jari-jarinya menari diatas touch-screen itu dan membalas,

"Be there shorty dear! Hehehe!"

Tidak lama datang lagi balasan dari Vani, tentunya tidak percaya dengan perkataan Albert barusan, pria berpotongan crew-cut itu hanya tersenyum simpul membayangkan raut wajah kaget dari Vani.
"Bakal jadi malam penuh surprise buat lo Van.." Tanpa sengaja Albert mengatakan apa yang ada dalam pikirannya. Supir taksi yang sedari tadi melirik ke jok belakang dengan reflek bertanya, "maaf pak, bilang apa tadi?"
"Oh.. Maaf pak, bukan apa-apa ko, tadi saya hanya berbicara sendiri." Dengan senyum yang masih melekat diwajahnya Albert menjawab pertanyaan sang supir.
Kembali pandangannya menerawang ke arah gedung-gedung bertingkat di antara bangunan-bangunan mini dibawahnya, dari posisinya gedung-gedung itu seakan terlihat seperti mandor-mandor tegap yang sedang mengawasi para budak di sebuah ladang.
Bayangan horor itu ditepiskannya dengan menggelengkan kepala perlahan, dipejamkannya kedua mata dengan harapan dapat sedikit beristirahat sebelum 'bertempur' dengan pacarnya yang super seksi!
Dentuman musik dari DJ Calvin Harris membawanya dengan kecepatan cahaya ke alam mimpi, sedangkan orkestra butut jalanan kota Jakarta masih mengalun tersendat bagai sebuah piringan hitam yang sudah tergores disana-sini...

Yang tidak diketahui oleh Albert adalah, dia sendiri akan mendapatkan kejutan yang tidak akan dia lupakan!


*********


"Aaakkhh! Terusin sayaaaaanghh! Entotin memek gueeh!"
Tanpa ragu-ragu Albert menggenjot tubuh mulus menggairahkan Vani dengan posisi doggy style. Suara pahanya yang beradu dengan pantat bulat Vani semakin menambah semangatnya memaju-mundurkan pinggulnya mengejar kenikmatan, dengan gemas ditamparnya pantat Vani berkali-kali sampai meninggalkan bekas merah menyala.
"SPANK ME HARDER ROLAND! Spank your bitch! Aaahhkk!"
Albert mengayunkan tangannya berusaha menuruti keinginan pujaan hatinya saat dia menyadari sesuatu..
Itu bukan namanya yang dipanggil.. Diliriknya kaca besar yang terpajang tepat disamping king-size bed itu, bukan kontolnya yang sedang bergerak keluar masuk memek Vani, bukan pula badannya yang tampak mengkilat bermandikan peluh, dan wajah itu.. Diangkatnya tangannya, disentuhnya wajah asing itu..

"What the fu.."

.........

"Pak.. Maaf pak, kita sudah sampai.. Semuanya dua ratus lima puluh tujuh ribu pak."
Albert dibangunkan oleh panggilan supir taksi yang membawanya dari bandara. Dikeluarkannya tiga lembar seratus ribu dan langsung keluar dari taksi berlambang burung itu tanpa meminta kembalian uangnya.
Setelah sedikit berbasa-basi dengan satpam yang berjaga di lobby, Albert permisi dengan alasan ingin segera beristirahat, tentunya tidak lupa sambil menyelipkan selembar lima puluh ribuan dikantong sang satpam yang langsung sumringah mendapat rejeki tak terduga di tanggal tua.
Di dalam lift Albert kembali teringat mimpinya yang sangat aneh.. Wajah siapa itu..
Dan siapa Roland..

"Anjing.. Nape gue harus dapet mimpi macem gitu si!?"

Albert keluar dari lift dan berjalan lesu menyusuri lorong sempit yang sepi dari tanda-tanda kehidupan. Hilang sudah semangat yang dia bawa sejak dari Singapura. Tangannya bergerak hendak memencet bel dan terhenti saat dia mendengar suara-suara seperti orang yang sedang berkelahi.. Atau sedang terluka?
Ah.. Tidak tidak! Tepatnya seperti orang yang sedang bercinta!
Seketika wajahnya terasa panas oleh emosi yang datangnya seperti kereta cepat Shinkansen!

"BRUAK!" Tanpa pikir panjang pintu ringkih itu ditendangnya sampai terlepas dari engsel hidroliknya! Dengan nafas memburu dia berjalan ke arah kamar tidur tempat Albert biasa bercinta dengan Vani, tongkat baseball yang ada di sudut ruangan dia ambil, dalam pikirannya hanya satu,

Dia akan membunuh siapapun laki-laki yang sedang berada di kamarnya bersama Vani!
Tapi, ternyata Albert sama sekali tidak siap dengan pemandangan vulgar yang tersaji dihadapannya, Vani pacarnya sedang menggoyangkan pinggulnya dengan posisi Cowgirl, laki-laki bajingan yang berada di bawah Vani merem melek menikmati goyangan liar pacar tersayangnya itu..

"KLONTANG!" Stik baseball itu terlepas dari genggaman Albert, sontak Vani dan pasangan mainnya menoleh ke arah suara itu. Wajah keduanya pucat pasi! Seakan darah mereka tersedot oleh vacuum berkekuatan tinggi! Ketiganya terdiam mematung seakan roda waktu memutuskan untuk berhenti sejenak untuk mengabadikan momen gila di kamar Albert.

........


Vani yang pertama bereaksi, dia langsung bangun dari atas laki-laki itu diiringi suara 'plop!' pelan yang berasal dari arah selangkangan mereka. Vani berusaha menutupi buah dada dan memeknya dengan kedua tangan meskipun di mata Albert jadi terlihat konyol setelah apa yang dia lihat sebelumnya.
"Beb! Aku bisa ngejelasin ini semua sama kamu.. Aku.." Suara Vani terhenti seketika saat Albert mengangkat tangannya dengan ekspresi datar. Dia berjalan ke arah sebuah sofa yang terletak di pojok ruangan dan duduk dengan posisi kaki kirinya diangkat ke atas paha kanannya.
"Lanjutin Beb.. Nanggung kan kalian.. Kasian tuh si.. Umm.. Let me guess, Roland right?" Rahang Vani semakin terbuka mendengar Albert mengucapkan nama mantan kekasihnya! Bagaimana Albert bisa mengetahui soal Roland, wajah Vani yang dipenuhi tanda tanya malah membuat Albert tersenyum geli, dia teringat mimpi yang baru saja terjadi di dalam taksi dan semakin tertawa lebar.. Perasaan konyol, marah dan sakit hati menimbulkan efek yang cukup membuat bulu kuduk Vani merinding mendengarnya..

Selama Vani menjalin hubungan dengannya belum pernah dia melihat sisi Albert yang seperti ini. Dia berusaha mendekati Albert untuk meminta maaf,
"BALIK LAGI KE KASUR LO! Siapa yang nyuruh lo berhenti?! Heh bangsat! Ngapain lo pake lagi sempak lo?? Entotin lagi tuh pecun! Buru!" Wajah Albert berubah seakan dapat memakan kedua orang itu hidup-hidup. Tanpa disuruh dua kali, Vani menaiki ranjang dan menarik Roland yang sedang sibuk memakai celananya. Laki-laki itu kebingungan dengan situasi dimana dia terjebak sekarang. Albert sendiri dengan santai mengambil telepon genggamnya dan menghubungi.. Boris!

"Bor, lagi dimane lo?? Buru ke apartemen gueh! Lagi dapet mangsa nih!
Iye gue dah balik dari Singapur, buruan sinih! Lo pasti ga nyesel deh.."

Perhatian Albert kembali teralih ke pasangan mesum didepannya, dengan segala upaya Vani berusaha membangkitkan kontol Roland yang menciut. Jemari lentik Vani bergerak cepat mengocok kontol Roland bahkan mulut mungilnya mulai beraksi mengulum dengan semangat 45! Tapi tetap tanpa hasil..
Matanya menatap Albert berusaha mencari sedikit belas kasihan dari pacarnya, tapi tidak menemukan apapun selain tatapan sedingin es dari Albert.

"Make it hard.. Atau gue suruh Boris make lo bolak-balik!"

Ancaman itu terasa sangat nyata buat Vani, dengan tangan bergetar dia mati-matian berisaha merangsang kontol Roland, tapi sang empunya kontol sudah terlanjur ketakutan, wajahnya berulang kali menatap kontolnya sendiri berusaha mengirimkan perintah yang tetap saja tanpa hasil!

"Gue gak bisa Van.. Ma.. maaf.. Gue ga bisa.." Akhirnya Roland mengaku kalah. Tepat saat Vani akan bangkit dari ranjang, Boris datang dan berdiri kaku di sebelah sofa tempat Albert duduk. Wajahnya sama kagetnya dengan Vani, Sahabat karib Albert itu duduk disebelah Albert tanpa sedetikpun mengalihkan pandangannya dari tubuh polos Vani. Tangannya meraih pundak Albert dan menggoyangnya perlahan

"Sob, ini.. Gue ga salah liat nih??? Itu kan.." Boris kehilangan kata-kata untuk melanjutkan pertanyaannya, Albert tersenyum geli dan menepuk punggung Boris.
"Giliran lo Bor.. Entot dah tu pecun ampe memeknya lecet! Gue ga perduli!
Dan buat elo, keluar dari sini sebelum gue berubah pikiran dan mecahin batok kepala lo!"
Demi mendengar perintah Albert, mantan pacar Vani yang matre itu langsung memunguti semua pakaiannya dan berlari terbirit-birit dari ruangan itu!

"Now it's our turn Bor.. Kita entotin ni pecun ampe die ga bisa jalan!"


********


Suara teriakan menyayat minta ampun lamat-lamat terdengar dari arah kamar apartemen yang pintunya sudah jebol itu.. Suara geraman dan lenguhan dua orang pria yang sedang menyetubuhi seorang perempuan terdengar jelas dari lorong panjang lantai 5 apartemen tersebut. Beberapa pintu terbuka sedikit berusaha mendengarkan dengan lebih jelas suara minta tolong tadi, tapi yang terdengar justru teriakan binal perempuan, "TERUS BEB! AAAKHH TERUS ENTOTIN GUUUEEEHKK!"
Pintu-pintu itupun menutup kembali, mungkin para penghuninya merasa salah mendengar sebelumnya.. Mungkin...

End of

Peju Siapa Ini??