Tuesday, September 1, 2015
12:24 PM

Fitri, Pengamen yang jadi Pelayan Seks

Setelah membaca dan ngecrot, jangan lupa kasih GRP, Cendolnya ya..

Kisah ini bermula pada saat aku pulang kantor. Namun sebelum itu, aku perkenalkan diri dahulu, namaku Idan, itu hanya nama panggilan, dan tak usah ku sebutkan jelasnya. Umurku 28 tahun, dan di umur ini, aku telah meraih S2 dan bekerja menjadi manager di sebuah perusahaan di Bandung Hidupku lumayan berkecukupan, rumah yang cukup besar di sebuah kompleks, dan mobil pribadi merupakan raihan atas kerja kerasku. Namun, meski sudah banyak yang kuraih, aku belum juga memiliki istri. Bukan tidak laku, wajahku yang lumayan dan tubuhku yang juga lumayan, banyak perempuan yang mendekati. Namun, pengalaman burukku dengan mantan kekasih yang meninggalkanku tanpa alasan, menjadikan aku trauma untuk berpacaran. Walhasil aku tak juga dapat calon istri.

Namun, meski begitu, namanya laki-laki memiliki birahi yang cukup tinggi. Bahkan, aku rasakan birahiku sangat tinggi, hampir setiap hari, harus saja aku keluarkan mani ku sendiri. Sampai lima kali, baru aku benar2 puas. Karena di rumah hanya sendirian, kadang ketika santai aku tak pakai baju maupun celana di rumah. Coli pun bisa kulakukan bebas dimana saja. Kadang di depan tv, kamar, dapur dan dimanapun aku mau. Namun, aku tak jua berkehendak memiliki pacar atau istri, jajan juga tak pernah, aku hanya bisa bermain sendiri. Sampai umurku yang segini, aku hanya pernah satu kali ML, dengan pacarku yang akhirnya memutuskan pergi. Kadang terpikir untuk jajan, karena untuk pacaran aku malas, tapi selalu buru2 ku urungkan niatku untuk soal itu.

Namun kehidupanku berubah sejak saat pulang dari kantor, sore itu. Ketika ku pacu kuda besiku di jalan menuju pulang, aku sempat terhenti oleh kemacetan di perempatan. Saat itu, banyak sekali peminta-minta mendatangi mobilku. Aku memberikan receh ke setiap peminta-minta yang datang. Lalu, kemudian aku didatangi oleh seorang pengamen. Ia seorang gadis, suaranya merdu dan kelihatan lihai memainkan gitarnya. Meski dengan baju yang kumal, aku melihat ada kecantikan yang tersembunyi dibalik debu-debu yang menempel di mukanya. Ia kelihatan pucat seperti sakit, namun tetap mengamen dengan sepenuh hati.

Aku sedikit terkagum dengan suaranya itu, juga merasa iba dengan pucat mukanya. Kemudian aku buka jendela kaca mobilku. Neng, udah nyanyinya..kasian, sakit yah? tanyaku iba. Iya a, nuhun (terimakasih), saat ku beri uang selembar sepuluh ribu. Karena iba, akupun kembali memanggilnya lagi dengan maksud membawanya ke dokter. Ia yang sedikit berjalan lemah dan tertatih, aku ajak masuk ke mobilku. Hayu neng, tenang sama aa dibayarin dokternya, kasihan.. kataku mengajak. Sejenak ia ragu, namun akhirnya mau juga karena mungkin tidak tahan karena sakitnya.

Setelah Ia masuk mobil dan lampu hijau, akupun memacu kembali mobilku namun tujuanku berbeda: ke dokter. Di mobilku, aku sempat tanya-tanya anak yang berpakaian kaos ketat kekecilan dan celana pendek jeans itu.

Neng, namanya siapa? tanyaku memecah keheningan yang sempat hinggap.

Fitri a, nuhun ya a.. jawabnya.

Iya tenang aja Fitri, kasihan.. udah lama ngamen?

Dari percakapan itu akhirnya akupun tau bahwa Fitri sudah mengamen satu tahun. Ibu bapaknya sudah meninggal, tinggallah ia bersama kakaknya. Namun kemudian kakaknya pergi dengan laki-laki dan tak pernah kembali. Fitri terpaksa menghidupi dirinya sendiri dengan mengamen. Umur Fitri, 15 tahun yang beberapa bulan lagi 16 tahun. Ia mengaku sejak pagi tidak enak badan, karena dari kemarin belum juga makan. Ia memaksakan diri untuk mengamen agar dapat uang untuk hidup.

Tak berapa lama, akupun sampai di sebuah klinik. Aku daftarkan Fitri untuk diperiksa. Kata dokter, dia hanya dehidrasi dan kurang makan. Diberinya resep vitamin, dan obat lainnya yang aku tidak begitu mengerti. Setelah itu, aku ajak Fitri untuk makan, karena kebetulan akupun belum makan sejak siang tadi. Setelah habis makan, akupun kembali memacu kuda besi, menuju perempatan tadi. Dari obrolan di rumah makan, Fitri ini anak yang menyenangkan dan penurut. Sopan tak seperti layaknya anak jalanan yang berwatak keras. Dengan seketika akupun menyukai gadis manis ini. Di mobil aku sempat berbincang, Fit, udah aja kerja di rumah aa? Fitri mah tugasnya Cuma jagain rumah aa, bersih-bersih, masak dan ngurusin yang ada di rumah aa, ntar sama aa digaji tiap bulan, makan dan yang lainnya aa yang tanggung, kataku menawarkan kepada Fitri. Tak lama Fitripun menyetujui, toh iapun sudah tak punya siapa-siapa dan sudah lelah ngamen di jalanan.

Tak jadi ke perempatan, akupun memacu kuda besiku, menuju Rumah. Sampai dirumah, aku kenalkan setiap sudut rumah, mana yang mesti bersih, mana yang mesti beres dan tempat masak, kebetulan ia bisa masak. Aku yang biasa makan diluar, cukup gembira dengan kedatangan Fitri yang artinya bisa memasak untukku. Akupun memberinya uang belanja untuk makan malam, aku tambah dengan uang yang bisa ia beli untuk dirinya sendiri. Setelah itu aku antar Fitri ke kamarnya di belakang dekat dapur. Akupun menyuruhnya mandi dahulu setelah itu belanja, akupun pamit ke kamarku untuk beristirahat dan mandi.

Setelah mandi, akupun nongkrong depan televisi. Fitri yang selesai mandi dan bergegas ke tempat belanja tak jauh dari rumah, menyempatkan diri melewat didepanku dan pamit. A, aku berangkat ya, ujarnya memecah konsentrasiku menonton. Bukan main, setelah Fitri mandi, tiba tiba aku lihat Fitri begitu cerah, ia kelihatan cantik setelah mandi, tak kumal seperti tadi. Mukanya kuning langsat dan cukup mulus, bibirnya mini, rambut sebahu, dan deg, aku langsung berdebar kala melihat payudaranya. Di mobil tadi, ia tak seperti ini, tadinya kumal, dan pucat, namun setelah mandi dikasih makan dan minum obat, seketika ia berubah segar kembali dan jadi kelihatan cantik.

Aku melongo melihat Fitri kali ini, dengan kaosnya yang masih tak diganti yang kekecilan, payudaranya membusung membuat kontolku sontak berdiri. Betapa beruntungnya aku ternyata dapatkan anak manis ini ada dirumahku. Aku yang melihat baju dan celananya yang masih sama, memberi uang tambahan kepadanya. Fit, kamu beli baju yah, buat kamu yang pantes, beli celananya sekalian, kataku, dan uangnya ia terima. Mmmh,, a, boleh Fitri belikan juga daleman nggak?, katanya ragu dan malu malu. Karena uang yang kuberi pasti cukup, langsung aku iyakan, dan lantas aku menyadari payudaranya yang membusung itu tanpa dilapisi bra.

Fitri segera bergegas pergi meninggalkanku yang konak karenanya. Aku mulai berfikir, bagaimana caranya aku menikmati tubuhnya yang indah itu. Akupun memainkan kontolku, namun aku tahan, aku ingin mengeluarkannya di memek Fitri.

Cukup lama juga Fitri belanja kebutuhan makanan dan pakaian. Sampai hampir maghrib baru ia datang. A, tadi wortelnya ga ada, sama Fitri ganti lobak aja yah? katanya kepadaku yang sedang mengambil air di dapur. Iya gapapa fit, udah beli baju teh? Ganti bajunya atuh, sambil ku sunggingkan senyumanku kepadanya. Iya a, Fitri juga mau mandi lagi, gerah, katanya pamit kepadaku lalu menuju kamarnya. Aku kembali menonton tv, namun sempat melihat goyang pinggulnya saat berjalan menuju kamarnya. Namun ia tak jadi kekamar, balik lagi kedapur menghampiriku yang sedang memperhatikan pantatnya yang semok. Ah, nanti aja a mandinya, tanggung kan Fitri mau masak dulu,katanya berbalik. Tak sadar, aku yang saat itu hanya menggunakan boxer, kontolku mencuat di celana, karena sudah tegang melihat pantat Fitri. Sempat kulihat dia melirik ke arah kontolku, namun segera mengubah pandangannya ke sayuran.

Akupun pergi meninggalkannya, dengan sedikit puas. Kembali ku menonton tv, selama menonton aku tak konsen, terus memikirkan dan meyakinkan bahwa malam ini maniku mesti keluar di memek Fitri.Toh ia sudah jadi pelayanku, dan harus melayani kebutuhan seksualku juga. A..makanan sudah jadi! teriak Fitri dari dapur, akupun bergegas datang. Bukan main, Fitri yang sudah mandi dan ganti baju ternyata kelihatan jadi lebih cantik dari sebelumnya. Dia membeli rok kain, dan baju berkancing. Penampilannnya sungguh membuat kontolku nyut-nyutan.

Aku mengajaknya makan bersama, sambil ku curi curi pandang ke payudaranya yang besar. Entah apa ukurannya, aku tak begitu mengerti. Yang jelas, susunya besar untuk ukuran gadis kecil umur 16 tahun. Selama makan kami ngobrol-ngobrol dan bercanda, serasa pengantin baru. Beberapa kali Fitri ku goda dan ku puji, dia malu, seringnya dia mengucapkan terimakasih padaku, dan tak tahu bagaimana membayar kebaikanku. Seusai makan Fitri masuk ke kamarnya. Kamar yang tak ada kuncinya, karena aku yang pegang.

Setelah menonton tv, akupun kekamarku. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku tak bisa tidur, membayangkan terus Fitri yang kini ada di rumahku. Karena tak tahan, akupun memberanikan untuk ke kamar Fitri, aku ingin menikmati tubuhnya malam ini. Dengan mengendap-endap, aku masuk ke kamar Fitri yang tak jauh dari kamarku juga. Perlahan, aku buka pintu yang tak ada kuncinya itu. Kulihat Fitri sudah tergolek, tertidur. Roknya sedikit tersingkap sampai lutut. Dadanya naik turun perlahan seiring hembus nafasnya.

Aku mengendap mendekati Fitri, memandangi lekuk tubuh gadis yang berperawakan tinggi sekitar 157 cm, dengan dada yang besar dan kulit mulus kecoklatan. Namun, pahanya yang sedikit terbuka, kulitnya berbeda, kuning mulus tanda yang kecoklatan hanya terbakar matahari. Wajahnya ayu, manis, dan lucu. Perlahan aku daratkan tanganku di dadanya. Bukan main besarnya, lembut juga, aku remas pelan susunya yang besar itu dari luar bajunya yang baru. Kenyal, dan ranum karena masih ABG dan ternyata, bra yang dibelinya tadi tak ia pakai untuk tidur!. Wah semakin menikmati aku meremas susunya yang lama-lama menjadi padat. Roknya perlahan aku singkap, naik, naik, memperlihatkan gundukan memeknya yang ditutup celana dalam yang masih baru. Warnyanya putih, namun sedikit tipis, memperlihatkan lekuk belahannya yang cukup tembem.

Puas ku remas susunya, akupun mendaratkan tanganku di memek Fitri. Aku korek belahan memeknya yang masih tertutup celana dalam. Ia sedikit bergerak, gerak, ku tak khawatir dia terbangun, toh kami hanya berdua di rumah besar ini. Akupun perlahan memelorotkan celananya hinggga lutut. Pahanya mulus, kuning langsat. Memeknya mulus dengan bulu bulu halus yang mulai tumbuh. Tak membuang waktu aku mulai mengelus memeknya. Memeknya kenyal, belahannya sedikit lembab. Aku korek-korek memeknya, itilnya kubuka dan ku elus perlahan. Memek abg memang mulus, membuatku sangat terangsang. Aku terus-terus mengelusi memeknya yang lembut. Pantatnya sedikit bergeser ke kanan ke kiri saat aku memainkan memeknya yang lembut.

Saat ku melihat wajahnya, ternyata Fitri sudah terbangun. Ia memandangiku dengan muka sayu. Tanganku masih di memeknya, dan aku senyum kepadanya. Fit, aa pengen ngewe Fitri yah? Boleh kan? sambil ku mainkan memeknya. Fitri hanya memandangiku, ia jelas sudah tahu maksud perkataanku, aku terus senyum padanya, dan perlahan menganggukkan kepalanya masih dalam keadaan terlentang. Pelan ya, a.. katanya pelan, hanya itu yang keluar dimulut Fitri. Akupun langsung buka boxerku, dan kontolku yang tegang langsung mengacung.

Aku naik ke ranjang Fitri. Memandang matanya yang ia juga memandangiku. Sambil sesekali melihat kebawah ke kontolku yang berdiri tegak. Ia memandangiku saat aku beringsut menuju sela antara kedua pahanya, seolah menanti perlahan apa yang akan terjadi pada dirinya. Aku tak hendak melama-lama, tak mau foreplay dulu karena yang dikepalaku ingin segera menikmati memek sebelum Fitri berubah pikiran. Perlahan aku arahkan kontolku yang berukuran standar, ke sela memeknya yang sempit. Tangan Fitri masih tak bergerak terlentang. Mata Fitri terus memandangi wajahku yang tengah mencoba memasukkan kontolku ke memeknya.

Tahan ya fit, saat kepala kontolku mulai menyelip di belahan memeknya. Akupun menopang tubuhku dengan kedua tangan disamping ketiak Fitri. Aaaaccchhh.. desahku saat mulai masuk perlahan ke memek Fitri yang sempit. mmmmhhhhhhhhh.. desah fiitri, mata yang asalnya memandangi wajahku, naik keatas bersembunyi seiring tusukan kontolku di memeknya. aaachhh.. awwhh, sakit a,, kata Fitri saat kontolku mulai bergerak dan menabrak selaput daranya. aaaaacchh..ssshh, sakit memeknya a,,gamuat kontol aa.. katanya sambil meringis. Ntar juga masuk sayang, aaahh memek Fitri sempit, enak..aaacchh kataku sambil mendorong kontolku lebih masuk ke memek Fitri.

aaaaarggghh.. aa...ssshhh..haahh.. desah Fitri saat perawannya ku bobol. Akupun menghentikan entotanku, membiarkan memek Fitri beradaptasi dengan kontolku yang sudah melesak ke memeknya. Akupun memeluk Fitri, mencumbui pipinya, memaguti mulutnya. Tak lupa payudaranya ku remas, ia hanya mendesah pelan. A, sakit memek aku, katanya sambil berbisik. Ntar juga enak Fit, tiap hari ku aa ewe nya, Fitri mesti biasa di ewe ku aa.. kataku, sambil mencium bibirnya yang mungil. Iya a, jawabnya sambil mengangguk pelan. Memeknya berkedut kedut, meremas remas kontolku. Fitri sedikit tersenyum, namun sudut matanya berair, keluar saat perawannya ku robek.

Akupun mulai memaju mundurka kontolku di memek Fitri. aaah..aahh,, memek kamu enak fit, aahh ahh sshh ahhh.. aaachh iya a,,,sshh enaakkhh ahh ahh ahh... memek aku jadi enak..shhh ahh balas Fitri menikmati entotanku. Oochh, enak ngewe kamu fit.. shh ahh ahh...aku mulai mempercepat kocokanku di memeknya. a, ewenya pelanin a.. aahh memek Fitri masih sakit..ahh sshh ahh.. kata Fitri merespon entotanku yang menjadi cepat. Tahan ya sayang, uuhh shh ahh ahh... sambil kupelankan entotanku di memek Fitri, gadis cantik 16 tahun ini.

A, shh ahh... a..sshh ahhh kontol aa gede... shh ahh ahhh racau Fitri. A, udahan ngewenya a, sshh ahh.. Fitri pengen pipis.. ahh.. udah ngewenya ah...sshh ahhh ahhh katanya lagi. Aku yang sadar Fitri hendak orgasme, malah mempercepat entotanku di memeknya. Ahhh ahhh sayang sok pipisin aja..shh ahh ahh gapapa..shh ahhhh ahhh ah sambil ku percepat mengocok memek sempitnya. Akupun merasa gak kuat menikmati jepitan memek abg Fitri yang sempit ini. ahh ahhh ahhh.. aa, Fitri pengen pipis..sshhh iiiihhhhhhhhshshhhh akhirnya Fitripun orgasme pertamanya, terasa kontolku disiam dan diremas hangat. uuuuhhhhhhhhhhh... haahh haaahh haaahh...iiiihhhhh desah Fitri sambil berorgasme dan memelukku erat.

Memek Fitri mulai licin dan semakin enak, aku mulai tak tahan untuk menyemprotkan mani ku di memeknya. Secara otomatis aku semakin mempercepat entotanku di memek Fitri. oohh oohh sayaang...fitt.. ahhh ahh ahhhhhhh aku terus bersemangan menggenjot memek Fitri dan Fitri sudah lemas menikmati orgasmenya. Tak lama akupun hendak muncrat aaahhhh fitt, aa bucaatt.. shhh aahhhhhhh aarrgghh dan crot berkali kali maniku tersemprot di memek Fitri. Akupun memeluknya erat, memagut liar bibir Fitri yang mulai hari ini menjadi pelayan seks ku.

Kita lama saling berpelukan. Lalu melepaskan pelukan, dan aku berbaring disampingnya dengan sama-sama setengah bugil. Aku masih pakai kaos, diapun masih pakai baju, namun roknya tersingkap sampai perut karena memeknya aku ewe. Fit, enak nggak ku aa di ewe? tanyaku sambil memeluk Fitri. Enak a, Fitri baru pertama kali ewean, enak, aa ge hebat..nuhun aa.. kata Fitri tersenyum puas. Fit, selama di rumah, layanin aa ya kalau aa pengen ngewe Fitri? Kataku. Iya a, kalau aa lagi pengen ngewe, Fitri ga akan nolak ngasih memek Fitri buat aa, katanya sambil tersenyum puas. Akupun menciumnya mesra dan melampiaskan hasratku lagi di memek Fitri sampai pagi.

Bersambung...

Jangan lupa kasih komen, ijo-ijo, thanks, GRP nya ya gan.. ntar dilanjutin ceritanya..