Perkenalkan nama saya Tria, laki-laki berumur 19 tahun pada saat cerita ini berlangsung. saya bukan laki-laki yang secara fisik menarik. Culun, itulah kesan pertama yang mungkin keluar dari setiap orang yang bertemu.
Kisah ini diawali perkenalanku dengan wanita cantik lewat sms nyasar. maklum waktu itu baru punya HP. saya baru masuk kuliah tingkat pertama di sebuah PTN di kota besar di Indonesia. Dalam masa awal kuliah memang diwajibkan berkenalan dengan mahasiswa baru lainnya disertai nomor HP. Ternyata, wanita ini, kita sebut saja Sari merespon dan melanjutkan obrolan. Akhirnya, saya tahu bahwa dia satu fakultas dengan saya. Kopi darat pun terjadi. Rambut panjang lurus, bibir sensual dan pakaiannya mencetak tubuhnya.
Kami akhirnya memutuskan berhubungan lebih jauh sebagai pacar karena saling cocok satu sama lain. Awal-awal pacaran sering jalan berdua ke taman-taman yang memang dekat dengan kampus. Beberapa bulan setelah kami jadian, saya mulai di ajak main ke rumah dikenalkan dengan orang tua sari. Ternyata, ayahnya adalah dosen di kampus kami.
Semakin lama, saya semakin sering berkunjung ke rumahnya. orang tuanya sudah menganggap saya sebagai anaknya. Dengan semakin dekatnya kami, kami mulai berani saling merangkul, meraba, dan tentunya ciuman.
Hal itu selalu kami lakukan ketika di rumah pacar saya tidak ada orang.
Suatu hari libur, seperti biasa, saya datang ke rumahnya dan saya sudah tahu bahwa orang tua Sari pergi ke luar kota. Kami berdua di rumah seperti biasa menikmati keindahan berdua. Mulai saling raba, ciuman, sampai akhirnya saya memberanikan diri meraba bagian paling sensitifnya.
Awalnya dia menolak sambil menggelengkan kepala.
"please, kali ini saja." saya coba merayu.
Akhirnya diapun mengalah. " jangan keterusan ya."
Aku tak peduli, aku buka celana kolornya (biasa kalo di rumah pake kolor) dan mencoba memujinya. " mulus banget".
diapun tersipu malu. Rangsangan yang saya berikan di tempat sensitifnya makin membuat kami lupa diri. Saya coba masukkan jari2 saya, dia mulai geli keenakan.
Saya lanjutkan dengan menindihnya dan mencoba memasukkan kontol saya. Dia selalu menghindar tanpa berkata. Tapi karena saya terus memaksa akhirnya blessss. masuk sedikit kontol saya kedalam memeknya. Dia kaget dan menangis. "maaf ya sayang." saya mencoba minta maaf. Sya hentikan dulu aktivitas saya menembus memeknya. Dia masih menangis dan saya coba menenagkan. "Masih boleh dilanjut kan?" " Ya sudah, sudah tanggung". Akhirnya dengan jawaban itu saya pun semakin semangat, dan memang itulah pengalam pertama kami dalam melakukan hubungan badan.
Selanjutnya, pertemuan kami makin hot. Bahkan saya sering nginep di rumahnya. Setiap malam pula kami mereguk kenikmatan pada saat orang tua Sari sedang tertidur (atau pura-pura tidur).
Ingin sekali rasanya mengulangi masa itu.
Saturday, September 5, 2015