Monday, June 29, 2015

INES (4) : Serangan Beruntun "HARDCORE"

Hari itu aku ada janji dengan dua sahabat ku Anin dan Sandra. Mau jalan-jalan katanya. Paling juga shopping atau ke salon.
Anin umurnya 26 tahun, seumuran dengan ku, badannya agak pendek namun bodinya sintal. Rambutnya pendek sebahu, paling sexy diantara kami bertiga. Baru nikah tapi belum punya anak seperti ku.
Sedangkan Sandra 24 tahun, badannya agak berisi lebih tinggi dari Anin. Rambutnya panjang dan pakaiannya selalu menggoda pria. Sandra baru tunangan dengan seorang pegawai bank dan akan segera menikah.

Jam 10.00 aku dijemput oleh dua sahabat ku itu, menuju ke sabuah mall. Setibanya di sana kami langsung menuju butik pakaian. Aku memang berniat untuk membeli pakaian dalam, terutama BH. Semua sudah terasa sesak setelah aku dikerjain Pak Burhan. Rasanya susu ku mau tumpah setiap aku bergerak.
"Nes, ini cocok buat kamu", tukas anin.
"Gak muat nin uda aku coba",
"Apa gak muat, itu kan ukuran kamu",
"Coba yang ini nes", tambah Sandra,
"Ini baru muat san",
"Ya ampun nes itu kan ukuran double D", Anin kaget.
"Gede amat punya kamu nes", sandra juga gak percaya.
"Aku juga gak ngerti", aku coba menghindar.
"Kamu pake obat apa sih?", Anin makin penasaran.
"Gak kok, cuma krim".
Agaknya dua sahabat ku itu iri dengan perubahan pada perabotan ku yang ini.

Seusai belanja kami bergegas pergi ke tempat makan. Aku saat itu mengenakan Baju lengan pendek warna putih agak ketat dan mini skirt jeans. Risih juga aku* berulang kali harus membenarkan posisi gunung kembar ku yang ingin melompat keluar.

Banyak orang yang sedang makan disitu memperhatikan area terlarang itu. Terutama para pria melotot memperhatikan dada ku.

"Mas Handi kapan pulang nes?", tanya sandra.
"Suami ku pulang lusa san, masih ada kerjaan",
"Kamu sendirian donk dirumah?",
"Iya, Mau gimana lagi, kan juga cari nafkah".

Payudara ku terasa kencang dan berat, rasanya seperti waktu mau keluar air susu. Mungkin efek obat perangsang itu belum hilang. Air susu ku mulai keluar sedikit karena tertekan BH ku, sehingga membuat noda basah.
Tanpa ku sadari seorang bapak yang sedari tadi memperhatikan aku. Ternyata dia memperhatikan puting cokelat ku yang mengintip dari celah baju ku. Aku mencoba menutupinya namun malah makin keluar. Berarti dia sudah liat susu ku dari tadi. Cepat-cepat aku ke kamar mandi untuk membenar kan BH ku.

Di kamar mandi air susu ku benar-benar keluara dan cukup banyak. Ku buka baju dan BH ku, aku mencoba untuk memeras susu ku. Keluarlah air susu ku cukup deras. Lega rasanya, namun airnya malah makin deras. Aku sumbat dengan kain sapu tangan lalu ku pakai lagi baju ku, mu kenakan jaket jeans ku agar menutupi bekas basah itu.

"Ayo pulang san, nin", ajak ku sambil ku tarik tangan mereka.
"Kenapa buru-buru sih", tanya sandra.
"Udah ayo, aku ada perlu".

Mobil melaju cepat meninggalkan mall itu menuju kompleks rumah ku. Setibanya di rumah aku langsung masuk, sedangkan Anin dan Sandra mau lanjut ke salon.

Aku ganti baju dengan daster ku yang agak longgar. Susu ku yang terus menetes ku perah lalu ku masukkan dalam gelas. Mau di buang sayang kayaknya. Mending aku tampung dulu. Sambil memerah susu aku terbayang rasanya dientot Pak Burhan dan Panjul. Kontol mereka begitu kekar dan bisa menghentak rahim ku. Rasanya sampe ke perut ku. Tak terasa aku masturbasi di dapur.
"Aaahhhhh aaaaaaaahhhhhhh aaaaaaahhhhh", aku orgasme, saat aku orgasme air susu ku pun muncrat dengan deras kemudian ku tampung dalam gelas.

Aku terduduk lemas di kursi. Gelas itu penuh dengan air susu ku. Setelah mandi aku langsung tidur, badan ku memang masih capek setelah dihajar kemarin.

Saat tidur terasa ada yang meraba payudara ku, ada yang memainkan puting susu ku.
"Uuhhhhhhh geliii", desah ku.
Tangan itu kemudian masuk ke dalam celana dalam ku. Memainkan klitoris ku dengan sangat nikmat. Digosok-gosoknya itil ku dengan jarinya.
"Aahhhhhh akkkkhhhhhhh aakkkkhhhhh", aku merasakan ada yang mengentot meki ku. Entah mimpi atau nyata.
"Uhhhhhhh aaaakkkkkkhhhhhhhhhhhh", aku mendesah panjang dan aku orgasme lagi.

Saat ku bangun suami ku sudah tidur disamping ku.
"Papah kapan datang?",
"Tadi mah jam 7 malam, mamah tidur sih",
"Ihh papah jorok, spermanya dikeluarin diluar jadi kotor kan",
"Itu punya mamah, papah cuma keluar dikit",
"Masa sih pah?".
"Itu di belakang susu apa, kok rasanya aneh?",
"Anu pah susu murni", jawab ku gugup.
"Susu sapi?",
"Iya pah".
Aku lupa untuk menyingkirkannya, untung aja gak ketahuan suami ku.

...
Keesokan harinya aku berangkat kerja. Aku mengenakan blasser dan rok agak pendek.
Aku juga sudah menyiapkan pad untuk menahan rembesan air susu ku barangkali nanti keluar lagi. Hari itu berjalan dengan lancar tanpa masalah. Aku harus lembur, karena ada sedikit pekerjaan yang harus aku selesaikan.
Salah seorang satpam menemui ku. Pak Amir namanya, teman Panjul.
"Mbak Ines, kata Panjul susu mbak seger ya?",
"Pak, jangan kurang ajar kalo ngomong!!",
"Mbak gak usah sok jual mahal gitu, Panjul yang cerita susu mbak muncrat-muncrat kayak air mancur hehehehhe",
"Maaf pak saya gak bisa ngeladeni omongan bapak, sekarang keluar dari ruang saya!!".

Bukannya pergi Pak Amir malah memanggil Panjul dan teman-temannya. Mereka ada enam orang.
"Apa-apaan ini saya laporin Bu Mei biar kalian di pecat!!",
"Gak perlu repot-repot mbak, gak bakal dipecat juga, malah mungkin mbak yang dipecat",
"Tolong pak, ampun saya jangan diperkosa",
"Enggak mbak, saya cuma mau main-main bentar sama mbak", kata pak Danu salah seorang satpam.
Mereka langsung menarik ku, Pak Danu membekap ku dari belakang. Pak Amir meraba-raba tubuh ku dan mulai membuka baju ku. Pak Wardoyo, Dodit, dan Wahyu ikut meraba-raba tubuh ku. Sedangkan Panjul hanya nonton sambil tersenyum. Mulut ku mulai dilumat Pak Danu, lidahnya menjelajahi mulut ku. Tangan-tangan itu memainkan seluruh tubuh ku hingga geli.
"Wahh susu mu besar ya mbak jadi ngiler", kata Dodit mau mengenyot susu ku.
"Eh dot jangan di kenyot dulu, kita kan sama-sama pengen nyusu", cegah Panjul.
"Terus gimana Jul?",
"Kita undi siapa yang duluan nyicipin susu cewek montok ini",
"Ok setuju".
Mereka lalu membuat undian untuk mendapatkan susu ku. Pak Wardoyo mendapat urutan pertama lalu dilanjut dengan Dodit, Pak Danu, Wahyu, Pak Amir, dan terakhir Panjul.

"Biar susunya keluar banyak kita tampung dulu pak", Panjul memainkan puting ku dengan cara di pelintir-pelintir lalu mengikatnya dengan karet.
"Aaaduuuhhh sakkkiittttttt",
Mereka lalu membuka pakaian ku, aku ditelanjangi didepan mereka. Kontol mereka sudah benar-benar tegang dan siap menghajar ku. Vagina ku dikocok-kocok oleh mereka. Tidak lupa itil ku di mainkan, kadang juga dijilati hingga aku kegelian.
"Aahhh uuuuuuhhhhh akuuuhhhh keluuuaarrr", aku orgasme dan mereka makin suka.
Tempik ku dihajar makin keras, kontol Pak Wardoyo langsung menghujam di liang tempik ku.* Sedangkan Pak Danu siap-siap menusuk anus ku. Jarinya dilumuri ludah lalu dimainkan di anus ku.
"Jangannnn anusss kuuhhhh pakkkkk",
"Ahhhhh silit mu sempit mbak", kata Pak Danu keenakan menusuk anus ku",
"Sakiittttt pakkkk ooooooehhhhhhhh",
"Anus nya masih perawan ini sempit banget", tukas Pak Danu.
Mulut ku dijejali kontol Wahyu. Kontol mereka panjang dan besar.

"Crooootttt croooot",
"Nih mbak terima anak mu aahhhh", pejuh Pak Wardoyo menyirami rahim ku. Pak Danu juga menyemburkan pejuh hangat, tak tahan dengan empotan anus ku.
"Gantian dong", kata Dodit.
"Tenang semua dapat bagian", kata Panjul.
Gantian meki ku di sodok Dodit, dan Pak Amir menusuk anus ku.

Belum sampai setengah jam mereka juga menyemprotkan pejuh dalam anu
s dan rahim ku. Sekarang giliran Wahyu dan Panjul. Wahyu menusuk meki ku dengan sangat kasar, lebih kasar dari yang lain. Sedang kan Panjul menghajar anus ku. Payudara ku juga tak luput dari hajaran mereka. Payudara ku terasa penuh dengan air susu. Berat dan kencang, nyeri rasanya.
"Ahhh aahhhh aahahhh udaa pakk, akuu gaak kuaaaatttt", aku memelas.
"Dikit lagi mbak", Wahyu menembakan pejuhnya di dalam liang peranakan ku. Panjul pun menyemprot dalam anus ku.

Aku terkulai lemas, tapi mereka malah mendudukkan ku. Lalu mengikat kedua tangan ku dibelakang kepala ku.
"Sekarang semua baris sesuai urutan, yang belum dapat giliran pegangi Mbak Ines", kata Panjul.
"Kalo mau susunya keluar banyak harus sambil mainin mekinya", tambah Panjul.


Pak Wadoyo dapat duluan, ketika dibuka karetnya air susu ku sudah menetes. Lalu dimaikannya tempik ku. Air susu ku pun langsung muncrat tak karuan. Pak Wardoyo tak menyia-nyiakan hal itu langsung dikenyotnya susu ku. Pak Wardoyo di susu kanan sedangkan Dodit disisi kiri.
"Aaahhhhh aaauuuhhhh ampunnn pak", aku orgasme untuk kesekian kalinya.
"Susunya seger banget hahahaha", Dodit tertawa.
Kemudian gantian Pak Danu dan Wahyu yang menyusu pada ku.
"Uhhh teteknya gemesin", kata wahyu sambil menggigit pentil ku.
"Saaaakkiitttt maassss ahhhhhh", aku merintih.
Setiap kali aku orgasme pasti air susu ku muncrat-muncrat.
Terakhir giliran Pak Arif dan Panjul, mereka juga dengan ganas menyusu pada ku. Tidak hanya disedot susu ku, namun buah dada ku juga diremas kuat-kuat. Alhasil susu ku muncrat seperti selang air.
"Udaaaahhhhh maaasssss sakiiittttttuuhhhhhhhh", aku berteriak-teriak.

Setelah puas menyusu mereka lalu memerah susu ku dan memasukanya kedalam dua gelas. Satu buat Pak Burhan dan satu gelas untuk ku. Mereka melepaskan tangan ku dan tertawa melihat ku lemas.
"Mbak minum susunya biar gak lemes hehehe", kata Panjul nakal.
"Cepat minum, atau mau diperkosa lagi!!", bentak Pak Amir.
"Iyyyaaa",
Ketika aku meminum susu ku itu, mereka berdiri mengelilingi ku sambil mengocok kontol mereka masing-masing.
"Crooottt crroottt crroooott crooooooott", pejuh mereka menyemprot wajah ku, ada yang memasukannya dalam mulut ku dan gelas ku.
"Nih minum SUJUH alias susu campur pejuh ahahahha".

Setelah puas, mereka meninggalkan ku yang terkulai lemas. Aku kemudian bangun dan menuju ke kamar mandi. Ketika sudah selesai aku menelpon taksi untuk pulang.
Untung saja suami ku belum pulang, jadi dia tidak tau pemerkosaan yang aku alami. Walaupun sakit namun lama-lama aku ketagihan...